indahairaAvatar border
TS
indahaira
[Generasi Inspirasi] Raeni, Anak Tukang Becak yang S2 di Inggris


"Keterbatasan ekonomi bukanlah penghalang untuk terus maju."- Raeni

Yuk kenalan sama anak bangsa yang memiliki prestasi tinggi. Namanya Raeni. Fotonya sempat viral ketika dia wisuda S1 beberapa tahun lalu. Dengan toga wisudanya, Raeni diantar oleh Ayahnya dengan becak. Ya, Raeni anak tukang becak yang sukses meraih predikat mahasiswa terbaik di Universitas Negeri Semarang dengan Cumlaude dengan IPK 3,96 sebagai lulusan S1 jurusan Pendidikan Ekonomi Akuntansi di Unnes.



Gak cuma itu prestasinya. Raeni juga berhasil mendapatkan beasiswa LPDP, untuk S2 di University of Birmingham, UK. Ia berhasil lulus juga tuh S2 di jurusan Akuntansi dan Keuangan. Saat ini, Raeni sedang dalam proses untuk berkuliah doktoral/S3 di Inggris juga nih untuk jurusan Akuntansi.



Saat ini, kesibukan Raeni adalah sering mengisi seminar tentang pentingnya pendidikan di era kemajuan teknologi, kolaborasi dengan orang tua, pentingnya belajar bahasa global, beasiswa, dan maupun bidang ekonomi syariah.

Simak wawancara ane bersama Mba Raeni via telepon, mengingat saat ini Mba Raeni berdomisili di Semarang.

Mba Raeni ini kan mahasiswi terbaik di Unnes, dapat beasiswa di Universitas Birmingham, dan sedang mempersiapkan studi S3-nya di Inggris, pastinya Mba Raeni memiliki motivasi dan kerja keras yang tinggi. Lalu, apakah yang membuat Mbak Raeni tergerak dan termotivasi untuk meraih pendidikan setinggi-tingginya dan meraih prestasi membanggakan ini?

"Sebagai seorang muslim menuntut ilmu itu pada dasarnya wajib, itu yang pertama. Nah yang kedua memang karena saya banyak yang belum saya kuasai, jadi saya pinginnya itu terus belajar untuk jadi pribadi yang lebih baik, itu secara personal. Lalu, dalam hal karir saya ingin mendedikasikan diri saya ke dunia pendidikan yang mana meskipun bidang saya adalah akuntansi dan keuangan, tapi ada korelasinya dengan dunia pendidikan. Jadi, menjadi seorang dosen adalah salah satu alternatif yang saya tempuh. Dan menjadi dosen itu membutuhkan bekal yang tidak hanya studi S1 atau S2, tapi juga studi di jenjang doktoral dan juga tahu di dunia praktis. Jadi, satu hal yang saya temukan, makanya saya sangat bersemangat untuk studi lanjut apalagi mengingat dari pemerintah itu memberikan kesempatan kepada setiap warga negaranya untuk mengenyam pendidikan setinggi-tinggi mungkin dengan beasiswa yang tersedia meskipun harus ikut seleksi ya, tapi kan udah ada kesempatan nih tinggal kita mau memanfaatkan atau enggak, mengoptimalkan potensi diri atau enggak. Karena tujuannya kan ingin bermanfaat bagi tidak hanya diri saya sendiri tapi juga untuk sesama."

Memang sebelumnya selalu jadi dosen atau sempat masuk ke instansi di pemerintahan atau swasta?

"Raeni kerja. Dulu waktu setelah lulus SMK malah kerja di kontraktor bagian Akuntansi kontraktor. Setelah itu break, karena studi S1 kan full time jadi gak bisa disambi. Terus, waktu S2 sambil magang juga sih jadi Finance Officer di kampus, di Research Centre-nya kampus."

Kenapa memilih magang bukan kerja?

"Karena saya kan penerima beasiswa, lebih kepada karena saya penerima beasiswa jadi ya lebih ke internship sih."

Seperti apa sih orang tua Mba Raeni mendidik Mba Raeni dari kecil sampai bisa jadi seperti yang sekarang?

"Nah Alhamdulillah sih orang tua sangat mendukung. Maksudnya bapak itu sebenarnya orangnya tegas, jadi kalau kamu niat mau sekolah yaudah bener-bener ditelateni, kalau enggak-enggak sekalian, kalau iya-iya sekalian. Jadi memang kalau melakukan sesuatu harus optimal. Dan juga Alhamdulillah orang tua sangat mendukung. Bapak selalu bilang, meskipun bapak hanya bisa mendoakan, tapi Insha Allah doa itu akan memberikan manfaat. Apalagi ketika ada orang (bertanya),

'Kenapa sih Raeni sekolah? bukannya kalau kerja dapat uang? kayak gitu kan bisa membantu orang tua..' 

Tapi orang tua justru sangat mendukung karena pada dasarnya itu, ibarat kita mau mancing. Kalo kailnya kecil kan dapetnya ikan kecil, kalau kailnya besar kan dapetnya ikan besar."

Gimana itu reaksi orang tua saat dari awal Mba Raeni jadi mahasiswa terbaik di Unnes, dapet beasiswa S2, sekarang lagi ngejar S3 nya?

"Sewaktu awal semester 1 kan saya IP-nya 4, orang tua kaget 'loh kok hanya 4?' Padahal pikiran nilai itu 0-10, padahal IP tuh sampai 4. Saya sampaikan bahwa'empat itu yang terbaik lho, Pak.' Terus Bapak, 'Oh iya, berarti ditingkatkan.' 

"Ketika saya agak turun, Bapak 'Kenapa turun?' Terus ditanyain diperbaiki. Waktu saya wisuda jadi mahasiswa terbaik, Bapak sangat bersyukur. Karena pada dasarnya, kalau saya menganggap saya ini orang biasa bukan orang yang jenius banget. Tapi ya Alhamdulillah mungkin karena berusaha semaksimal mungkin dan tekun, itu yang mungkin diberikan kemudahan dari Tuhan untuk mencapainya. Untungnya dari situ kan memberikan semangat kepada orang-orang bahwa, meskipun anak tukang becak tapi kan kalau kita punya semangat kita bisa mencapai cita-cita kita."

"Waktu S2 pun sempat, kadangpun ada yang gak paham, terutama pas pertama penyesuaian itu kan Bahasa Inggrisnya, dosennya dari berbagai macam. British-nya yang (aksennya) aneh-aneh. Hal-hal kayak gini yang gak dipahami Bapak dan Ibu, mereka juga khawatir.

"Kalau yang berkesannya itu waktu bertemu Bapak Presiden (SBY), tahun 2014. Waktu selesai wisuda S1.

"Jadi waktu Raeni awalnya setelah selesai ujian skripsi, Raeni kan memang pengen kuliah ke Inggris. Orang tua nanya "Gimana?", saya sampaikan "Insha Allah akan ada beasiswa, kebetulan ya memang ada LPDP itu kan. Tapi yang pertama daftar saya belum lolos, belum wisuda juga sih, jadi masih pake SKL, lalu Bapak menyampaikan "Nanti setelah wisuda Insha Allah semuanya diberikan kemudahan.

"Terus abis itu, ketika wisuda kan saya diantarkan Bapak naik becak. Dengan semangat untuk memberikan motivasi kepada yang lainnya untuk tambah semangat. Eh, ternyata jadi viral dan dapat undangan dari Bapak Presiden RI ke ruang khusus Presiden yang ada di Halim. Itu jadi momen yang berkesan sih menurut saya, karena saya ngefans banget dengan beliau, jadi bisa hadir kesana bersama Bapak.. Awalnya gak diberitahu kalau akan ada Bapak Presiden di ruangan itu, hanya ditelepon untuk diberikan apresiasi. Eh tapi malah bertemunya Bapak Presiden sama Ibu Ani. Saya jujur kalau Bahasa Inggris itu kurang begitu bagus, nah Bu Ani itu sangat support, "Bahasa Inggris itu bisa dilatih Raeni, jadi Raeni kalau misalnya bersemangat, dan tetap berusaha semaksimal mungkin Insha Allah bisa, dan ternyata benar.

"Kalau terkait IP, itu hanya yang lebih value itu kan apa sih manfaat dibanding sebuah IP, karena kan IP hanya sebuah kertas. Jadi value apa sih yang didapat melalui sebuah studi. Lebih kepada gimana bisa memberi manfaat tidak hanya bagi diri sendiri, tetapi juga kepada orang lain. Ya itu yang memberikan semangat saya untuk terus studi semaksimal mungkin, karena kalau misalnya untuk bisa mengembangkan bidang keilmuan, itu kan salah satu syarat maupun hal yang harus ditempuh mengejar doktoral.

Bagaimana kabar Ayahnya saat ini?

"Jadi memang sekarang Bapak udah gak naik becak. Bapak sekarang udah nganter anak sekolah. Dulu kan nganternya pakai becak, terus sama bapak (anak) tersebut kan gak boleh, kan beliau Bupati Kendal sebelumnya. Jadi disuruh ngantar pakai mobil, kebetulan Bapak saya kan dulunya pernah jadi sopir juga, jadi sekarang nganternya pakai mobil, kalau malam jaga malam. Jadi penjaga malam di SMK.

Apakah tidak ada kesulitan berarti selama proses pencarian kampus untuk S3 dan beasiswanya?

"Tentu untuk mendapatkan sesuatu membutuhkan proses. Saya sangat bersyukur proses yang saya lalu menjadikan saya untuk ‘belajar’ terkait makna sebuah proses dan kemampuan.

"Dalam proses pencarian kampus, pada awalnya saya mendaftar di beberapa kampus di beberapa negara. Akan tetapi, setelah konsultasi, diskusi dan mendapatkan beberapa saran, akhirnya saya selesaikan aplikasi pendaftaran di University of Birmingham, tempat saya studi S2 sebelumnya. Kalau di tanya apakah dengan Professor saat menempuh Master Thesis S2, jawabannya adalah tidak. Karena saat S2, Professor saya berasal dari kampus lain dan Professor saat ini tidak membimbing master thesis mahasiswa coursework S2 (saat itu). Mungkin karena Beliau jadwalnya sudah lumayan padat. Karena berbeda professor, saya harus menempuh proses wawancara dengan calon Professor dan Program Director S3 hingga akhirnya mendapatkan Unconditional Offer Letter.

"Terkait beasiswa memang tidak mudah, saya pernah dinominasikan dalam Shortlist beasiswa dari Kampus, untuk Internasional Student tidak mencover semua biaya, jadi saya menyampaikan ke kampus bahwa saya tidak bisa menerima hanya partically funded. Selanjutnya saya mencoba mendaftar Beasiswa Unggulan Dikti – LPDP, yaitu beasiswa untuk dosen. Akan tetapi saya belum mempunyai NIDN, saya hanya mempunyai NIDK dan secara sistem tidak bisa mendaftar. Lalu saya mendaftar beasiswa lanjutan LPDP, awalnya belum diterima karena ada salah satu persyarakat yang belum memenuhi. Alhamdulillah, saya mendapatkan kesempatan untuk mendaftar lagi pada periode berikutnya dan lolos untuk direkomendasikan sebagai penerima beasiswa lanjutan dari magister ke doktoral LPDP.

Apa sih pengalaman berkesan Mba Raeni tentang perjuangan di balik semua prestasi tersebut? 

"Pengalaman berkesan, pada dasarnya ini. Kebetulan pas S1 dan S2 itu saya tidak hanya kuliah ke kampus, kuliah ke kos, saya Alhamdulillah mendapat kesempatan untuk mengikuti berbagai aktivitas kayak volunteering, terus ikut bantuin dosen, maupun aktivitas lain. Nah pada dasarnya ketika kita saling membantu sesama Insha Allah urusan kita akan diberikan kemudahan. Meskipun waktu kita untuk fokus pada satu hal itu kurang, nah Alhamdulillah nya itu diberi kemudahan ketika memahami sesuatu dan dipertemukan dengan orang-orang yang baik, nah pada dasarnya itu salah satu value yang memang diajarkan orang tua untuk kalau melakukan sesuatu itu jangan memikirkan diri sendiri, tetap membantu sesama. Insha Allah urusan kita akan diberikan kemudahan juga. Nah dari situ, ya Alhamdulillah sih, menurut saya itu cukup berkesan. Karena saya suka juga, ternyata ada makna lain di balik itu. Ketika kita mau melakukan sesuatu misalnya ujian, eh ternyata ada kegiatan lain yaitu volunteer, nah saya tetap belajar untuk ikut ujian juga, ikut kegiatan volunteer juga dan Alhamdulillah justru diberikan kemudahan ketika menghadapi ujiannya. Kalau saya memikirkan diri sendiri, justru saya kurang diberkahi."

Bagaimana Mba Raeni bisa membagi waktu antara keluarga dan pendidikan?

"Keluarga sangat mendukung dalam aktivitas saya dalam pendidikan, jadi saya pamit ke orang tua kalau mau apa, mau apa. Jadi, untuk tetap mendekatkan hubungan dengan keluarga. Kalau misalnya Bapak Ibu sudah kangen juga saya segera pulang, meskipun cuma sebentar. Jadi ya bener-bener mensupportlah, orang tua. Jadi ya untuk bagi waktunya menggunakan berbagai teknologi yang bisa digunakan untuk menjaga (hubungan). Waktu di Inggris juga video call, Bapak beli HP yang bisa video-call-an. Kadang saya nelponnya jam 3 pagi, di sini jam 9 pagi.

Apa sih yang paling Mba Raeni syukuri dengan segala prestasi yang sudah Mba Raeni dapatkan?

"Kalau yang paling disyukuri ya setiap apa yang diberikan Tuhan saya sangat ya Alhamdulillah diberikan kesempatan berbagai hal. Ya tentunya bisa merasakan hidup yang lebih baik dibandingkan saat saya kecil. Sangat bersyukur banget Mbak dengan kondisi saat ini."

Apa tips belajar Mba Raeni sampai bisa sukses seperti sekarang ini?

"Untuk belajar kalau kita mau belajar itu yang pertama yaitu niatnya, niat mencari ilmu itu untuk apa. Lalu, bagaimana kita berusaha untuk berada di lingkungan yang saling mendukung. Karena lingkungan itu sangat, baik lingkungan keluarga, lingkungan sosial, maupun lingkungan di kampus, itu kan pada dasarnya cari tempat yang memberikan dampak positif dan tentunya karena ilmu itu salah satunya dari guru maupun dosen, sebisa mungkin menghargai menghormati apa yang diberikan oleh Bapak Ibu Guru atau Bapak Ibu Dosen. Meskipun kadang-kadang kalau diterangin ngantuk, tetap ya murid harus tetap patuh kepada guru. Karena untuk mendapatkan ilmu yang bener-bener semoga bisa bermanfaat itu gak mudah, harus berbagai hal misalnya kalau saya jujur sebelum belajar lebih suka kalau dalam keadaan berwudhu. Karena pada dasarnya ilmu itu, ketika kita lebih dalam keadaan suci/bersih, jadi lebih berkah. Lalu, untuk waktu belajar sendiri, ketika saya berada di kelas, saya optimalkan karena selama di kelas kan aktivitas lain tetap berjalan. Saya suka diskusi kalau ada yang gak paham saya diskusikan baik sama teman atau sama Bapak Ibu Guru. Lebih kepada itu sih, semoga ilmu itu jadi lebih berkah."

Apa pesan-pesan Mba Raeni buat generasi Indonesia supaya bisa menginspirasi dan berprestasi seperti Mba Raeni?

"Ya tentunya mengoptimalkan potensi yang dimiliki, karena setiap anak-anak muda sekarang potensinya, mereka masing-masing itu punya potensi. Gak ada orang yang bodoh, gak ada orang yang paling pintar. Semuanya diberikan keunggulannya masing-masing. Nah, gimana kita cara mensyukuri hidup yaitu dengan mengoptimalkan potensi. Untuk generasi muda tentunya terus berjuang untuk mengoptimalkan potensi dan gantungkan cita-cita setinggi mungkin, dan ketika kita berani berkomitmen menggantungkan cita-cita setinggi mungkin kita harus berani mempertanggungjawabkannya. Insha Allah kalau misalnya ada yang berasal dari orang yang punya keterbatasan dalam hal ekonomi, keterbatasan itu bukanlah penghalang untuk kita terus maju. Karena, pintu-pintu Sang Pencipta itu sangat terbuka lebar bagi hambanya yang mau meminta. Jadi, Insha Allah akan diberikan kemudahan. Ketika satu pintu tertutup, Insha Allah banyak pintu lain yang terbuka. Jadi, tetap semangat untuk berprestasi setinggi mungkin."

Kata-katanya menginspirasi sekali ya, GanSist! Semangat mengejar mimpi!

:tepuktangan :tepuktangan :tepuktangan


Diubah oleh indahaira 07-06-2018 03:07
0
11.4K
158
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan