Panen Pertama l Peneliti dari Pusat Riset Padi Air Asin Qingdao, Provinsi Shandong, saat memanen varietas padi air asin yang pertama pada musim gugur tahun lalu. Para peneliti Tiongkok berambisi mengubah gurun pasir yang ada di Dubai jadi lahan persawahan lewat teknik pertanian mereka.

Para ilmuwan Tiongkok diwartakan South China Morning Post (SCMP) edisi Kamis (31/5) telah berhasil memanen padi yang ditanam di gurun pasir yang ada di Dubai. Hal ini terjadi setelah mereka berhasil mengembangkan varietas padi yang bisa tumbuh dengan air asin.

“Sekelompok ilmuwan yang diketuai pelopor beras hibrida Tiongkok, Yuan Longping, telah memulai menanam padi dengan air payau di dalam negerinya, kini membawa teknik itu ke Timur Tengah, sebuah kawasan dimana air tawar terlalu berharga hanya untuk menanam padi secara intensif,” demikian ditulis SCMP.

Sementara itu diwartakan kantor berita Xinhua bahwa beras yang baru dipanen pekan lalu dari persawahan yang dicetak pada Januari dan berada di luar Dubai itu, telah melampaui harapan para ilmuwan.

“Hasil panen mencapai 7.500 kilogram per hektare. Ini melampaui rata-rata panen global sebaanyak 3.000 kilogram per hektare. Hasil yang amat luar bisa ini semakin memicu para ilmuwan untuk terus mengembangkan proyek ini,” tulis Xinhua.

Rencananya akan dibuat 100 hektare persawahan eksperimen pada pengujung tahun ini dan secara reguler akan terus ditanami pada tahun berikutnya serta akan diperluas setelah 2020. Target dari persawahan eksperimen ini yaitu akan mengubah sekitar 10 persen luas gurun pasir di wilayah Uni Emirat Arab yang memiliki luas 83,600 kilometer persegi.

Terobosan yang terjadi di gurun pasir Dubai terwujud akibat kerja sama Pusat Riset Padi Air Asin yang ada di kota pelabuhan Qingdao, Tiongkok, dengan perusahaan swasta milik Sheikh Saeed Bin Ahmed Al Maktoum, seorang miliuner salah satu anggota keluarga penguasa di Dubai. Kedua pihak ini telah menandatangani kesepakatan untuk mempromosikan varietas padi air laut di seluruh jazirah Arab demi mencegah terjadinya kekurangan pangan di masa mendatang.

Pendekatan Berbeda

Sejumlah ilmuwan di beberapa negara yang kekurangan pasokan air tawar seperti Israel dan Australia, selama ini berkutat untuk mengembangkan teknik desalinitasi untuk mengubah air laut menjadi air tawar yang bisa dipergunakan bagi pertanian. Sementara di Tiongkok selama empat dekade terakhir, ilmuwan di sana justru mengembangkan varietas padi tahan garam.

Kendala dari megaproyek persawahan di gurun pasir Dubai sejauh ini yaitu ketersediaan air tawar yang dipergunakan untuk mengencerkan air laut sehingga jadi air payau.

Di Tiongkok sendiri hal itu tak jadi masalah apalagi di Negeri Tirai Bambu ini terdapat satu juta kilometer persegi lahan puso dimana tanaman sulit tumbuh akibat tingginya kadar garam atau alkali dalam lahannya.

“Jika sepersepuluh lahan puso ini ditanami oleh varietas padi air laut, maka bisa meningkatkan produksi beras Tiongkok hampir 20 persen, atau bisa memproduksi 50 juta ton bahan makanan yang sanggup memberi makan 200 juta orang,” kata Yuan.

Proyek pengembangan varietas padi air laut dimulai di Tiongkok pada era 70-an saat seorang peneliti bernama Chen Risheng menemukan padi liar yang tumbuh dekat sebuah hutan mangrove yang ada di selatan Provinsi Guangdong.

Setelah 4 dekade dilakukan perkimpoian silang dan pemantauan genetik, peneliti berhasil mengembangkan 8 varietas, namun sayangnya hasil panen dari varietas ini amat rendah dan tak sepadan bagi cocok tanam dalam kapasitas yang amat luas.

Namun kerja keras mereka tak sia-sia setelah tahun lalu tim peneliti itu berhasil membuat terobosan panen lebih dari 4,5 ton per hektarenya. Dan pada musim gugur lalu, panen padi tahan garam pertama berhasil dipetik dari lahan sawah dekat sebuah pantai di Qingdao, dan dipasarkan

http://www.koran-jakarta.com/ilmuwan-tiongkok-siap-ubah-gurun-pasir-jadi-persawahan/

yg ngaku2 punya kitab langit sumber sains mana hasilnya?