The Eurovision music competition — the longest running music competition in the world, watching by hundreds of millions of viewers around the globe — is slated to be held next year in Jerusalem after Israel’s contestant, Netta Barzilai, won this year’s competition with her entry, “Toy.”

But so far, at least three European nations — Iceland, Sweden and Ireland — have announced they will not send representatives to the competition next year in Jerusalem — in order to boycott Israel’s capital city.

A petition of 25,000 signatures — out of its population of 350,000 — demanded Iceland ensure it would not compete in Jerusalem. The move by Iceland was a huge insult, since earlier this year Israel provided a major tourism grant to Iceland’s small, low-cost airline in order to give it a boost in establishing a new route between Tel Aviv and New York with a stop in its capital city.

Israelis have begun to travel to Iceland as a selected tourist destination, with IDF veterans adding it to their itinerary post-mandatory service as well. The response to Israel’s victory at this year’s Eurovision was a major slap in the face by Iceland to the Israeli people.

The response by Ireland, on the other hand, comes as no surprise; the Dublin Lord Mayor is Sinn Fein councilor Michaell Mac Donncha, a member of the political wing of the IRA, and someone active in Ireland Palestine Solidarity and the Boycott, Divest and Sanctions campaign against Israel.

Ditto for Sweden, which has had a recent history of serious anti-Semitism and anti-Israel support for the Palestinian Authority.

It’s not yet clear how many other nations may use the supposedly non-political, musical bridge between cultural groups that Eurovision was supposed to represent since its creation in 1956, as a platform to express their hate for the Jewish State. We have only the FIFA World Cup events as a sample for consideration thus far.

Kompetisi musik Eurovision - kompetisi musik terpanjang di dunia, ditonton oleh ratusan juta pemirsa di seluruh dunia - dijadwalkan akan diadakan tahun depan di Yerusalem setelah kontestan Israel, Netta Barzilai, memenangkan kompetisi tahun ini dengan masuknya, “ Toy."

Namun sejauh ini, setidaknya tiga negara Eropa - Islandia, Swedia dan Irlandia - telah mengumumkan bahwa mereka tidak akan mengirim perwakilan ke kompetisi tahun depan di Yerusalem - untuk memboikot ibu kota Israel.

Sebuah petisi 25.000 tanda tangan - dari jumlah penduduknya 350.000 jiwa - menuntut Islandia memastikan tidak akan bersaing di Yerusalem. Langkah Islandia merupakan penghinaan besar, sejak awal tahun ini Israel memberikan hibah pariwisata utama kepada maskapai kecil dan murah di Islandia untuk memberikan dorongan dalam membangun rute baru antara Tel Aviv dan New York dengan berhenti di ibu Kotanya.

Orang-orang Israel telah mulai melakukan perjalanan ke Islandia sebagai tujuan wisata terpilih, dengan veteran IDF menambahkannya ke layanan pasca-wajib mereka juga. Tanggapan terhadap kemenangan Israel di Eurovision tahun ini adalah tamparan besar Islandia kepada rakyat Israel.

Tanggapan oleh Irlandia, di sisi lain, tidak mengherankan; Tuan Walikota Dublin adalah anggota dewan Sinn Fein Michaell Mac Donncha, anggota sayap politik IRA, dan seseorang yang aktif dalam Solidaritas Palestina Irlandia dan kampanye Boikot, Divest dan Sanksi terhadap Israel.

Ditto untuk Swedia, yang telah memiliki sejarah baru dukungan anti-Semitisme dan anti-Israel yang serius bagi Otoritas Palestina.

Belum jelas berapa banyak negara lain yang mungkin menggunakan jembatan musikal yang seharusnya non-politis antara kelompok budaya yang seharusnya dikatakan Eurovision sejak pembentukannya pada tahun 1956, sebagai platform untuk mengekspresikan kebencian mereka terhadap Negara Yahudi. Kami hanya memiliki acara Piala Dunia FIFA sebagai sampel untuk pertimbangan sejauh ini.