- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Gaji BPIP 6M/Thn (demiPancasila) VS Gaji TGUP 26M/Thn (Pohon Plastik&Air Minum Tinja)


TS
dishwala
Gaji BPIP 6M/Thn (demiPancasila) VS Gaji TGUP 26M/Thn (Pohon Plastik&Air Minum Tinja)
Jakarta, (WN) – Setelah kasus pernyataan Wakil Gubernur DKI Jakarta, Sandiaga Uno yang menyebut air limbah Tinja (kotoran buangan yang dikeluarkan dari alat pencernaan manusia melalui dubur) hanya perlu diproses 30 menit untuk bisa dikonsumsi menghebohkan jagat raya dunia maya.
Kali ini terulang lagi kasus yang sama membuat geger warga Jakarta yaitu Pohon Imitasi yang dipasang Pemerintah Provinsi DKI Jakarta di sejumlah trotoar.
“Pemasangan Pohon plastik berwarna-warni itu di trotoar Jakarta merupakan inisiatif daripada suku dinas (Sudin) DKI Jakarta (anak buahnya-red) untuk mempercantik kota. Hal itu sudah menjadi kebiasaan kami dalam menyambut hari raya atau hari besar seperti saat ini,” ujar Sandiaga Uno, di Jakarta, Kamis (31/5/2018).
Terkait penanaman pohon plastik tersebut, kritikan tajam dari berbagai kalangan masyarakat terus ramai di media sosial. Salah satunya datang dari pemilik Facebook Eko Kuntadhi.
Di statusnya, Eko mengatakan Jakarta butuh reboisasi karena trotoar telah gundul dan penuh beton. Lalu digelontorkan duit Rp 8,2 miliar untuk menanami pohon plastik di sepanjang trotoar.
Mahal? Gak juga. Apa sih, yang murah di Jakarta. Masih ingat kan, harga UPS yang sampai satu triliun rupiah dulu. Atau anggaran kolam air mancur sampai ratusan juta. Padahal kolamnya seuprit.
Wong gaji TGUPP pembantu Gubernur dan Wagub DKI saja totalnya sampai Rp 28 miliar setahun. Gak masalah tuh. Tapi gaji Rp 6 miliar setahun para tokoh nasional untuk mensosialisasi Pancasila sebagai ideologi negara karena ada ancaman sejak dua tahun terakhir malah dipermasalahkan.
Tugasnya, yakni membantu Presiden merumuskan arah kebijakan pembinaan ideologi Pancasila.
Mereka adalah Megawati Soekarnoputri, Try Sutrisno, Ahmad Syafii Maarif, Said Aqil Siradj, Ma'aruf Amin, Mahfud MD, Sudhamek, Andreas Anangguru Yewangoe, dan Wisnu Bawa Tenaya dan tokoh bangsa lainnya
Kalau pohon plastik, angka Rp 8,5 miliar yang dipasok perusahaan alat kesehatan pemenang tender, itu harga wajar. Kalau biaya tunjangan dan operasional para tokoh nasional mencapai Rp 6 miliar setahun, itu gak wajar. Begitulah cara berfikirnya.
Tampaknya ada yang mendorong kita untuk lebih menghormati kembang plastik dibanding para tokoh bangsa itu.
Ketika ditanam, pohonnya memang sudah besar dan daunya rimbun. Makanya jadi ngelewer kesana kemari. Pasangan yang sedang jalan di trotar sambil bergandengan tangan bisa kecolok matanya. Itu salah satu resiko dari ditanamnya pohon plastik.
Tampaknya penanaman pohon plastik sesuai dengan visi Wakil Gubernur DKI Jakarta. Pohon membutuhkan air. Kalau pohon asli, semakin kotor airnya maka semakin bagus hasilnya. Sekaligus menjadi pupuk. Beda sama pohon plastik, dia harus disiram air bersih agar tidak berdebu. Kalo airnya kotor malah jadi kelihatan dekil.
Lalu air kotornya buat apa? Ya, untuk diminum dong. Rakyat Jakarta sebentar lagi bisa minum air tinja. Jadi rumusnya, air bersih buat memandikan pohon plastik. Air tinja untuk minum warganya.
Sayangnya ide cemerlang ini diprotes warga. Mereka tampaknya lebih suka pohon hidup dibanding pohon plastik. Wajar sih, daun pohon hidup bisa menyegarkan udara. Sedangkan daun pohon plastik boro-boro menyegarkan. Yang ada malah sumpek.
Tapi sebetulnya, untuk apa sih pohon-pohon plastik itu?. Saya rasa itu untuk kompensasi rumah DP 0 rupiah yang sampai sekarang gak jelas juga juntrungannya.
Lho, apa hubungannya?. Di Jakarta sekarang kita gak perlu mikir apa hubungannya. Lihat saja, Sandiaga bisa ngomong soal Nadjib Rajak di Malaysia, lalu dijajarkan dengan Jokowi. Padahal, apa hubungannya?
Apalagi membandingkan Malaysia di jaman Nadjib dan Indonedia di jaman Jokowi. Jauh kale. Padahal sekarang Sandi kan posisinya sebagai Wagub. Bagian dari pemerintah. Lantas ngapain dia sok mengkritik pemerintah pusat. Bukankah mestinya dia menjalin kerjasama untuk memakmurkan rakyat Jakarta?
Saat kampanye Pilkada, Sandi boleh saja wakil partai. Tapi ketika sudah dipilih, dia wajib melepaskan baju partainya dong. Posisinya berubah menjadi pelayan rakyat.
Apa Sandi gak mencontoh Pak Prabowo. Prabowo itu, baru saja deklarasi Capres, sudah berani melepaskan bajunya, lalu diarak rame-rame. Sudahlah. Ketimbang ngomong ngelantur. Sebaiknya kita gaungkan lagi kampanye hari ini #2019GantiPohon.
“Mas, kalau pohon beneran dan rindang kan jadi seram. Nanti Jakarta suasananya seperti dalam film Pengabdi Setan,” tukas Abu Kumkum. “Kalau ditanam pohon plastik, kayak di film apa kang?”, cerita Eko.
https://www.harianwartanasional.com/jakarta-dihebohkan-pohon-plastik-dan-air-minum-tinja/11844/
NASBUNG baik!
Kali ini terulang lagi kasus yang sama membuat geger warga Jakarta yaitu Pohon Imitasi yang dipasang Pemerintah Provinsi DKI Jakarta di sejumlah trotoar.
“Pemasangan Pohon plastik berwarna-warni itu di trotoar Jakarta merupakan inisiatif daripada suku dinas (Sudin) DKI Jakarta (anak buahnya-red) untuk mempercantik kota. Hal itu sudah menjadi kebiasaan kami dalam menyambut hari raya atau hari besar seperti saat ini,” ujar Sandiaga Uno, di Jakarta, Kamis (31/5/2018).
Terkait penanaman pohon plastik tersebut, kritikan tajam dari berbagai kalangan masyarakat terus ramai di media sosial. Salah satunya datang dari pemilik Facebook Eko Kuntadhi.
Di statusnya, Eko mengatakan Jakarta butuh reboisasi karena trotoar telah gundul dan penuh beton. Lalu digelontorkan duit Rp 8,2 miliar untuk menanami pohon plastik di sepanjang trotoar.
Mahal? Gak juga. Apa sih, yang murah di Jakarta. Masih ingat kan, harga UPS yang sampai satu triliun rupiah dulu. Atau anggaran kolam air mancur sampai ratusan juta. Padahal kolamnya seuprit.
Wong gaji TGUPP pembantu Gubernur dan Wagub DKI saja totalnya sampai Rp 28 miliar setahun. Gak masalah tuh. Tapi gaji Rp 6 miliar setahun para tokoh nasional untuk mensosialisasi Pancasila sebagai ideologi negara karena ada ancaman sejak dua tahun terakhir malah dipermasalahkan.
Tugasnya, yakni membantu Presiden merumuskan arah kebijakan pembinaan ideologi Pancasila.
Mereka adalah Megawati Soekarnoputri, Try Sutrisno, Ahmad Syafii Maarif, Said Aqil Siradj, Ma'aruf Amin, Mahfud MD, Sudhamek, Andreas Anangguru Yewangoe, dan Wisnu Bawa Tenaya dan tokoh bangsa lainnya
Kalau pohon plastik, angka Rp 8,5 miliar yang dipasok perusahaan alat kesehatan pemenang tender, itu harga wajar. Kalau biaya tunjangan dan operasional para tokoh nasional mencapai Rp 6 miliar setahun, itu gak wajar. Begitulah cara berfikirnya.
Tampaknya ada yang mendorong kita untuk lebih menghormati kembang plastik dibanding para tokoh bangsa itu.
Ketika ditanam, pohonnya memang sudah besar dan daunya rimbun. Makanya jadi ngelewer kesana kemari. Pasangan yang sedang jalan di trotar sambil bergandengan tangan bisa kecolok matanya. Itu salah satu resiko dari ditanamnya pohon plastik.
Tampaknya penanaman pohon plastik sesuai dengan visi Wakil Gubernur DKI Jakarta. Pohon membutuhkan air. Kalau pohon asli, semakin kotor airnya maka semakin bagus hasilnya. Sekaligus menjadi pupuk. Beda sama pohon plastik, dia harus disiram air bersih agar tidak berdebu. Kalo airnya kotor malah jadi kelihatan dekil.
Lalu air kotornya buat apa? Ya, untuk diminum dong. Rakyat Jakarta sebentar lagi bisa minum air tinja. Jadi rumusnya, air bersih buat memandikan pohon plastik. Air tinja untuk minum warganya.
Sayangnya ide cemerlang ini diprotes warga. Mereka tampaknya lebih suka pohon hidup dibanding pohon plastik. Wajar sih, daun pohon hidup bisa menyegarkan udara. Sedangkan daun pohon plastik boro-boro menyegarkan. Yang ada malah sumpek.
Tapi sebetulnya, untuk apa sih pohon-pohon plastik itu?. Saya rasa itu untuk kompensasi rumah DP 0 rupiah yang sampai sekarang gak jelas juga juntrungannya.
Lho, apa hubungannya?. Di Jakarta sekarang kita gak perlu mikir apa hubungannya. Lihat saja, Sandiaga bisa ngomong soal Nadjib Rajak di Malaysia, lalu dijajarkan dengan Jokowi. Padahal, apa hubungannya?
Apalagi membandingkan Malaysia di jaman Nadjib dan Indonedia di jaman Jokowi. Jauh kale. Padahal sekarang Sandi kan posisinya sebagai Wagub. Bagian dari pemerintah. Lantas ngapain dia sok mengkritik pemerintah pusat. Bukankah mestinya dia menjalin kerjasama untuk memakmurkan rakyat Jakarta?
Saat kampanye Pilkada, Sandi boleh saja wakil partai. Tapi ketika sudah dipilih, dia wajib melepaskan baju partainya dong. Posisinya berubah menjadi pelayan rakyat.
Apa Sandi gak mencontoh Pak Prabowo. Prabowo itu, baru saja deklarasi Capres, sudah berani melepaskan bajunya, lalu diarak rame-rame. Sudahlah. Ketimbang ngomong ngelantur. Sebaiknya kita gaungkan lagi kampanye hari ini #2019GantiPohon.
“Mas, kalau pohon beneran dan rindang kan jadi seram. Nanti Jakarta suasananya seperti dalam film Pengabdi Setan,” tukas Abu Kumkum. “Kalau ditanam pohon plastik, kayak di film apa kang?”, cerita Eko.
https://www.harianwartanasional.com/jakarta-dihebohkan-pohon-plastik-dan-air-minum-tinja/11844/
NASBUNG baik!
Diubah oleh dishwala 01-06-2018 17:07


nona212 memberi reputasi
1
1.2K
1
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan