

TS
khazanahislam
Mengapa seorang muslim bisa jadi teroris?
Inilah tingkatam doktrin yang dilalui hingga seorang muslim berubah menjadi penebar teror dan kehilangan nilai kasih sayang kepada sesama manusia:
Level 1.
Mereka adalah orang-orang baik yang berkeinginan memperbaiki diri dengan mengikuti pengajian di kelompok-kelompok yang sebelumnya tidak diketahui misi kotor yang mendasarinya.
Level 2.
Oleh guru ngaji kelompok pengajiannya ditanamkanlah mana sikap-sikap yg sesuai sunnah nabi (berdasarkan versi mereka tentunya) , mana yg tidak nyunah, mulai dari makan minum sambil duduk, tidur berbaring ke kanan, Kalo ada lalat masuk ke minuman tuh laler dicelupin dulu ke air baru airnya bisa diminum.
Merembet ke celana cingkrang, pake jenggot, jidat item, kalo ngobrol dg lawan jenis gak boleh kontak mata.
Wal hasil itu ditanamkan terus hingga mereka yg melakukan itu semua merasa lebih "nyunnah" dari yg lain.
Belajar agama dg orang² ini adalah SAMI'NA WA ATO'NA (saya dengar dan taat). Nurut ajaran mereka sama dengan taat kepada Nabi. Sikap kritis adalah tabu. Beda cara beragama berarti menyimpang dari sunnah Nabi. Karena sumber sunnah Nabi harus berasal dari golongan yg sepemikiran dengan mereka. Mau dia kyai, mau dia profesor lulusan Mesir, gak peduli. Pokoknya Beda = Ngga sunnah.
Jangan heran kalau ulama besar sekaliber Quraish Shihab, KH Said Aqil, Gus Mus, dll dianggap kalah ilmu dengang ustad-ustad yg ngajinya seminggu sekali dg murobi yg ilmunya 1 tahun di atas dia. Sekalipun dia mualaf (orang yg baru kenal Islam beberapa tahun saja).
Level 3.
Dari sikap paling sesuai sunnah, merembet ke sikap lebih Islami dari yg lain. Mereka hobbinya teriak² "KAMI UMAT ISLAM". Seolah-olah agama ini hanya mereka yg punya, muslim yg lain ngontrak doang. Karena kurang Islami.
Kalau uda begini anda beda pilihan/pendapat dg mereka langsung dianggap sesat, kafir, bid'ah. Kadang terhadap orang tua/keluarganya sendiri sering konflik hanya karena beda cara beragama.
Level 4.
Dari menolak perbedaan, sampai menganggap mereka yg beda itu musuh. Walau pun mereka satu agama. Mereka merasa mewakili "Umat Islam" yg sedang dizolimi hingga harus melawan. Musuh kelompok dianggap musuh agama. Hingga membuat isu hoax/fitnah/kebencian thd kelompok2 yg beda dianggap bagian dari perjuangan agama.
Level 5.
Kebencian yg mendalam terhadap kelompok yg berbeda, yg dianggap kafir, dianggap dzolim, berubah menjadi perilaku keras yg berujung terorisme. Membunuh mereka dianggap jihad dan mereka bangga melakukannya. Sungguh mengerikan.
Embrio kelompok-kelompok ini mulai dari Rohis di sekolah² , kampus², kegiatan² masjid.
Sasarannya adalah orang² baik yg polos. Mereka memilih serius belajar agama dan ingin jadi pribadi yg lebih baik. Mereka mengira guru² yg mengajarkan agama adalah orang² tulus, ikhlas & tidak punya kepentingan apa pun spt dirinya. Guru yg sama yg mengajarkan ma'rifatullah, ma'rifaturrasul, akhlaq, shirah nabawi, tauhid adalah orang yg sama yg juga mengajarkan kebencian dan membunuh saudaranya yg tidak sepaham sbg ibadah. Sehingga ajaran kebenaran dan kebatilan terlihat sama.
*
Saran saya, gunakan "AKAL" mu saat akan berguru ke mana pun. Dengan akal kita bisa membedakan mana yg baik yg bisa diambil ibroh/pelajaran, dan mana yg penting untuk dikritisi. Meski pun itu keluar dari GURU NGAJI. Akal itulah yg membedakanmu dg makhluk lainnya, hingga ketika kamu belajar kamu menjadi "Manusia" bukan malah menjadi "Domba" yg dicocok hidungnya. Hidupmu spt zombie yg dikendalikan orang lain.
Ketahuilah bahwa ustadz yang baik selalu merasa bangga ketika memiliki murid yang kritis dan ingin tahu
Kamu diperintahkan Belajar Agama untuk menjadi menusia yg berilmu. Karna ciri orang berilmu itu pasti BIJAK & TUJUAN AKHIR BERILMU AGAMA adalah TAWADLU & BERAKHLAQ MULIA thd sesama. Bukan malah semakin sombong dan buas.
:monggo
Level 1.
Mereka adalah orang-orang baik yang berkeinginan memperbaiki diri dengan mengikuti pengajian di kelompok-kelompok yang sebelumnya tidak diketahui misi kotor yang mendasarinya.
Level 2.
Oleh guru ngaji kelompok pengajiannya ditanamkanlah mana sikap-sikap yg sesuai sunnah nabi (berdasarkan versi mereka tentunya) , mana yg tidak nyunah, mulai dari makan minum sambil duduk, tidur berbaring ke kanan, Kalo ada lalat masuk ke minuman tuh laler dicelupin dulu ke air baru airnya bisa diminum.
Merembet ke celana cingkrang, pake jenggot, jidat item, kalo ngobrol dg lawan jenis gak boleh kontak mata.
Wal hasil itu ditanamkan terus hingga mereka yg melakukan itu semua merasa lebih "nyunnah" dari yg lain.
Belajar agama dg orang² ini adalah SAMI'NA WA ATO'NA (saya dengar dan taat). Nurut ajaran mereka sama dengan taat kepada Nabi. Sikap kritis adalah tabu. Beda cara beragama berarti menyimpang dari sunnah Nabi. Karena sumber sunnah Nabi harus berasal dari golongan yg sepemikiran dengan mereka. Mau dia kyai, mau dia profesor lulusan Mesir, gak peduli. Pokoknya Beda = Ngga sunnah.
Jangan heran kalau ulama besar sekaliber Quraish Shihab, KH Said Aqil, Gus Mus, dll dianggap kalah ilmu dengang ustad-ustad yg ngajinya seminggu sekali dg murobi yg ilmunya 1 tahun di atas dia. Sekalipun dia mualaf (orang yg baru kenal Islam beberapa tahun saja).
Level 3.
Dari sikap paling sesuai sunnah, merembet ke sikap lebih Islami dari yg lain. Mereka hobbinya teriak² "KAMI UMAT ISLAM". Seolah-olah agama ini hanya mereka yg punya, muslim yg lain ngontrak doang. Karena kurang Islami.
Kalau uda begini anda beda pilihan/pendapat dg mereka langsung dianggap sesat, kafir, bid'ah. Kadang terhadap orang tua/keluarganya sendiri sering konflik hanya karena beda cara beragama.
Level 4.
Dari menolak perbedaan, sampai menganggap mereka yg beda itu musuh. Walau pun mereka satu agama. Mereka merasa mewakili "Umat Islam" yg sedang dizolimi hingga harus melawan. Musuh kelompok dianggap musuh agama. Hingga membuat isu hoax/fitnah/kebencian thd kelompok2 yg beda dianggap bagian dari perjuangan agama.
Level 5.
Kebencian yg mendalam terhadap kelompok yg berbeda, yg dianggap kafir, dianggap dzolim, berubah menjadi perilaku keras yg berujung terorisme. Membunuh mereka dianggap jihad dan mereka bangga melakukannya. Sungguh mengerikan.
Embrio kelompok-kelompok ini mulai dari Rohis di sekolah² , kampus², kegiatan² masjid.
Sasarannya adalah orang² baik yg polos. Mereka memilih serius belajar agama dan ingin jadi pribadi yg lebih baik. Mereka mengira guru² yg mengajarkan agama adalah orang² tulus, ikhlas & tidak punya kepentingan apa pun spt dirinya. Guru yg sama yg mengajarkan ma'rifatullah, ma'rifaturrasul, akhlaq, shirah nabawi, tauhid adalah orang yg sama yg juga mengajarkan kebencian dan membunuh saudaranya yg tidak sepaham sbg ibadah. Sehingga ajaran kebenaran dan kebatilan terlihat sama.
*
Saran saya, gunakan "AKAL" mu saat akan berguru ke mana pun. Dengan akal kita bisa membedakan mana yg baik yg bisa diambil ibroh/pelajaran, dan mana yg penting untuk dikritisi. Meski pun itu keluar dari GURU NGAJI. Akal itulah yg membedakanmu dg makhluk lainnya, hingga ketika kamu belajar kamu menjadi "Manusia" bukan malah menjadi "Domba" yg dicocok hidungnya. Hidupmu spt zombie yg dikendalikan orang lain.
Ketahuilah bahwa ustadz yang baik selalu merasa bangga ketika memiliki murid yang kritis dan ingin tahu
Kamu diperintahkan Belajar Agama untuk menjadi menusia yg berilmu. Karna ciri orang berilmu itu pasti BIJAK & TUJUAN AKHIR BERILMU AGAMA adalah TAWADLU & BERAKHLAQ MULIA thd sesama. Bukan malah semakin sombong dan buas.
:monggo
1
3.1K
29


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan