Kaskus

News

annisaputrieAvatar border
TS
annisaputrie
Rupiah Terpuruk, Utang Bertumpuk!
Rupiah Terpuruk, Utang Bertumpuk! Ekonomi Indonesia yang Kian Terpuruk
23 May  15:142018

KBRN, Jakarta : BI Tak Bisa Sendirian Menjaga Rupiah. Begitu judul berita yang dimuat sejumlah media online, hari ini (23/5/2018). Bagaimana kita memaknai berita ini? Apakah ini isyarat Bank Indonesia (BI) melempar handuk?

Rupiah dalam beberapa waktu terakhir memang terkulai, tidak berdaya menghadapi keperkasaan dolar Amerika. Kurs tengah BI hari ini menunjukkan angka Rp 14.192/US$. Jika dihitung sejak awal tahun, rupiah tercatat melemah sekitar 4,5 persen.


Publik percaya, kalau pun rupiah tidak terjerembab ke angka Rp15.000/US$ bahkan Rp17.000/US$ itu semata-mata karena BI mati-matian berusaha menjaganya melalui intervensi pasar. Sayangnya sampai sekarang tidak jelas betul, berapa devisa yang telah digerojok ke pasar. Namun bisik-bisik di pasar menyebutkan angkanya sudah menembus US$8 miliar.


Menurut Gubernur BI Agus Martowardojo, upaya penguatan rupiah tidak bisa melulu mengandalkan intervensi BI. Pemerintah juga kudu harus ikut gotong-royong menopang agar rupiah tidak benar-benar terkapar.


Salah satu usaha yang bisa Pemerintah lakukan adalah dengan mereduksi defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD). Agus yakin upaya ini dapat menjadi amunisi ampuh bagi penguatan rupiah. Pada titik ini, jelas Pemerintah punya peran amat vital.


Sekadar mengingatkan saja, BI tahun memperkirakan defisit transaksi berjalan bakal bertengger di 2,3 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Nominalnya di kisaran US$23 miliar, alias sekitar Rp326,4 triliun. Angka ini lebih tinggi kertimbang proyeksi sebelumnya yang berkisar 2,2 persen -2,3 persen terhadap PDB.


Kita memang tidak bisa menyimpulkan BI seperti hendak lempar handuk alias menyerah. Tentu saja, ini (nyaris) tidak mungkin terjadi. Tapi, paling tidak, pernyataan Agus itu menjelaskan bahwa BI sudah kerepotan, kalau tidak mau disebut sempoyongan. Itulah sebabnya BI minta Pemerintah ikut cawe-cawe dalam menopang rupiah.


Lampu kuning
Bicara soal defisit transaksi berjalan sebagai elemen penting vitamin penguat rupiah, sebenarnya bukanlah perkara baru. Lebih dari tiga tahun silam ekonom senior Rizal Ramli sudah memberi warning soal ini. Dalam satu kalimat pendeknya yang terkenal, Menko Ekuin dan Menkeu era Presiden Gus Dur ini menyebut, ekonomi Indonesia sudah lampu kuning!


Hari-hari ini peringatan serupa kembali dia kumandangkan. Mantan anggota panel ekonomi Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) ini bukan sekadar mengkhawatirkan terus membumbungnya jumlah utang yang kini nyaris menyentuh Rp 5.000 triliun. Tapi dia juga menyoroti sejumlah indikator makro ekonomi kita yang belepotan warna merah.


Sepanjang 2018, angka-angka itu memang bertabur defisit. Sampai April neraca perdagangan (trade balance) tercatat minus US$1,6 miliar. Begitu juga dengan neraca perdagangan jasa dan neraca perdagangan migas kuartal pertama, masing-masing defisit US$1,4 miliar dan USS2,4 miliar. Bahkan defisit transaksi berjalan sudah berada di US$5,5 miliar. Berikutnya, neraca pendapatan primer dan neraca pembayaran (balance of payment) US7,9 miliar dan US$3,9 miliar.


“Lha wong semuanya defisit, kok Menkeu masih saja ngotot bilang mengelola APBN dengan prudent. Apanya yang prudent? Kalau benar-benar prudent, tentu angka-angkanya tidak defisit seperti itu,” tukas Rizal Ramli.


Sehubungan dengan itu, tokoh nasional yang dikenal gigih melawan penerapan mazhab ekonomi neolib ala Bank Dunia ini, mengeritik pemerintah yang doyan menyalahkan asing atas memburuknya perekonomian nasional. Para pejabat  publik kita selalu menyebut faktor global, terutama Amerika, sebagai biang kerok terkulainya rupiah dan jebloknya kinerja ekspor nonmigas.


Benar-benar celaka
Di sisi lain, tentu saja, Rizal Ramli tidak menampik bahwa faktor global dan regional punya peran penting. Tapi, ibarat tubuh, jika kondisinya kuat dan sehat, walau duduk di ruangan bersama banyak orang yang kena flu, tentu kita tidak kena dampak. Ga ngefek, kata anak muda zaman now.


Sebaliknya, jika tidak sehat, kondisi fisik memang lemah, ada orang lewat dan bersin saja, langsung bisa tertular. Jadi, kalau Pemerintah, khususnya para pejabat yang bertanggungjawab di bidang ekonomi, bekerja dengan benar tentu stamina Indonesia akan sehat dan kuat. Hal itu ditandai dengan birunya angka-angka sejumlah indicator makro tad

http://www.rri.co.id/post/berita/531...bertumpuk.html



RR Prihatin Ekonomi Indonesia yang Kian Terpuruk
23/05/2018 
Rupiah Terpuruk, Utang Bertumpuk!
Jakarta – Tanda awas bagi ekonomi Indonesia! Sejumlah pihak mulai kwatir dengan kondisi ekonomi kita yang kian lama kian terpuruk.


Salah satunya yang prihatin, mantan Menteri Koordinator bidang Perekonomian, Rizal Ramli. Dirinya mengaku khawatir jika perubahan kekuasaan di Indonesia dapat lebih cepat sebelum pemilu tahun 2019.

Mantan aktivis ITB ini menilai, situasi tanah air saat ini memiliki kesamaan dengan gejala krisis yang terjadi pada 20 tahun lalu.
“Menilik lebih jauh saat era orde baru, Ada tiga faktor perubahan kekuasaan, yakni; krisis kepercayaan, ekonomi, pangan, dan moneter pada saat bersamaan,” tegasnya.


Rizal menilai saat nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika anjlok kini, mencapai Rp [url=tel:14190][size=4]14.190[/size][/url] dan beberapa gejala krisis ekonomi lainnya, akan timbulnya krisis kepercayaan dan krisis ekonomi sebagai awal dari krisis moneter.


Selain itu, dirinya juga menuturkan akan ada keresahan dari berbagai kelompok yang merasa tidak aman dan nyaman.
“Akan sulit dihindari apabila pemerintah terus menerus salah langkah dalam menentukan kebijakan,” tutur dia.


Kesalahan-kesalahan tersebut menutnya, dapat berujung kepada sikap antipati dan hilangnya kepercayaan masyarakat kepada pemerintah yang berkuasa saat ini.


Kekwatiran yang sama juga muncul dari Kadiv Advokasi Partai Demokrat, Ferdinand Hutahaean.


Kendati demikian, salah satu capres 2019 ini berharap reformasi 20 tahun silam tidak perlu terjadi.


Asal Rizal saat pergantian kekuasaan di tahun 2019 berjalan sesuai aturan.


Sementara, Pengamat politik Indonesian Public Institute (IPI) Jerry Massie menilai apa yang dikatakan Rizal sangat rasional dan masuk akal.


“Saya tahu dia adalah ekonom terbaik saat ini yang kajian dan analisisnya tak pernah meleset. Dia pun 20 tahun lalu sudah memprediksi keterpurukan ekonomi kita dan itu benar-benar terjadi,” kata peneliti dari Amerika ini.


Ditambahkan Jerry, Rizal bukan hanya smart, clever namun wise. Jarang ada ahli ekonomi seperti beliau.


“Pemerintah Jokowi harus listen better apa yang disampaikannya. Rizal tidak bermaksud melemahkan tapi mengingatkan akan adverse effect (dampak buruk) ekonomi kita.


“Dalam ekonomi ada istilah : economic forecast atau ramalan ekonomi, dan RR punya kelebihan itu yang tak dimiliki para ekonom lain,” kata dia.

https://berantasnews.com/rr-prihatin...kian-terpuruk/

-------------------------

Gitu kok mau 2 periode ...

emoticon-Bingung
0
1.8K
28
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan