- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Deadpool 2, dengan kadar kejutan tak kalah dibanding Avengers: Infinity War
TS
bombombeechanne
Deadpool 2, dengan kadar kejutan tak kalah dibanding Avengers: Infinity War

Bismillahirrahmanirrahim
Assalamualaikum


Deadpool alias Wade Wilson (Ryan Reynolds) tidak bisa mati, bahkan ketika ledakan
membuat seluruh bagian tubuhnya
berhamburan seperti tampak pada adegan
pembuka. Dia bisa tanpa ragu menerjang
markas Yakuza maupun mafia berbahaya
mana pun. Pasca film pertama, seolah
segalanya menjadi mudah bagi Wade yang
kini berprofesi sebagai pembunuh bayaran
pengincar kepala para kriminal di seluruh
dunia. Rupanya tidak semudah itu. Dia kebal
dan “tak tersentuh”, tapi tidak demikian
dengan orang-orang di sekitarnya. Berpijak
pada gagasan itu, Deadpool 2 mengangkat
cerita yang amat mewakili rasa buku komik.
Saya tak bisa mengungkapnya, tapi jika anda
familiar dengan komik pahlawan super, anda
tahu aspek mana dalam hidup mereka yang
tersulit, bahkan tidak jarang tragis.
Di balik segala guyonan semau sendiri serta
olok-olok terhadap nuansa gelap film DC,
Deadpool 2 sejatinya mengusung kisah
kelam. Tidak hanya bagi Mr. Pool, juga Russell Collins (Julian Dennison), si mutan muda
berkekuatan api, dan Cable (Josh Brolin),
mantan prajurit yang datang dari masa depan guna membunuh Russell. Dua wajah
berlawanan itu turut ditampakkan oleh
performa Ryan Reynolds. Mengenakan topeng Deadpol, ia tampil jenaka, layaknya penampil
yang mampu melakukan apa pun, membuat
gestur apa saja. Tanpa topeng, sebagai Wade Wilson, meski tetap ada kekonyolan, Reynolds menyuntikkan sisi melankolis tragis dalam diri Wade.
Biasanya dari sini saya akan mengulik satu
per satu elemen cerita filmnya, tapi Deadpool 2, dengan kadar kejutan tak kalah dibanding
Avengers: Infinity War menyulitkan itu
dilakukan. Satu hal yang perlu anda ketahui,
bahwa ada banyak kejutan bertebaran, baik
berbentuk poin plot, kemunculan dan
kematian karakter (so many hilarious death
scenes), serta beberapa cameo termasuk
kemunculan sekejap mata seorang bintang
ternama. Belum termasuk empat mid-credit
scenes—dengan tiga adegan terakhir
dirangkum jadi satu—yang membuktikan
kreativitas gila Ryan Reynolds selaku penulis
naskah bersama Rhett Reese dan Paul
Wernick.
Karena sulit mengulas alur, mari membahas
suguhan aksinya. Memiliki David Leitch di
kursi penyutradaraan, meski koreografinya tak sekompleks karya-karya Leitch sebelumnya
(John Wick, Atomic Blonde), beberapa porsi
laga, khususnya saat mengeksploitasi
kegarangan Josh Brolin sebagai Cable, acap
kali mengundang decak kagum. Tidak kalah
mencuri perhatian yakni Zazie Beetz sebagai Domino si mutan penuh keberuntungan. Beetz adalah talenta langka. Punya fisik atraktif,
berkarisma dan tampak tangguh kala
melakoni aksi, namun piawai melucu. Apabila suatu hari nanti ada usaha membangkitkan
blaxploitation lewat remake judul-judul klasik
macam Foxy Brown dan Coffy, Beetz mestinya jadi pilihan utama.
Untuk Deadpool sendiri, Leitch memanfaatkan ketidakmampuan si tokoh meregang nyawa
guna memoles aksi kreatif. Dia bisa mencekik musuh dengan lengannya sendiri yang patah, terpotong tubuhnya menjadi dua, sampai
hancur berkeping-keping tapi masih sempat mencela Wolverine. Dia bisa melakukan
semua hal kecuali tutup mulut. Dan satu hal
yang filmnya tak bisa lakukan adalah berhenti menggila, berhenti melontarkan lelucon-
lelucon meta. Deadpool 2 enggan
membiarkan satu pun pihak lolos dari caci
maki, termasuk Rob Liefeld, sang kreator
tokoh Deadpool, Cable, dan X-Force, yang
konon tidak bisa menggambar kaki (silahkan googling “Rob Liefeld’s feet). Kegilaan non-
stop adalah keputusan tepat, kecuali pada
first act, sekitar 10-15 menit awal ketika
penonton—setidaknya saya—masih butuh
waktu menyesuaikan diri.
Dari Only Time milik Enya yang syahdu,
Bangarang-nya Skrillex yang menjadikan
perkelahian Deadpool melawan Cable
semakin keren, hingga Ashes milik Celine
Dion selaku pengiring intro ala James Bond,
jadi bukti betapa kegilaan dan daya kejut Deadpool 2 ikut menular ke soal pemilihan musik. Siapa sangka juga versi akustik mellow dari
Take on Me dapat terdengar luar biasa manis? Atau lebih tepatnya, siapa sangka film seperti Deadpool 2 mampu tampil manis, romantis,
menyentuh, setidaknya di bagian penutupnya? I can’t believe I’m saying this, but yes, I cried
watching Deadpool 2!

Sekian Thread dari Ane
Semoga Bermanfaat


0
1.7K
5
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan