- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Milenial harus berani beda kalau mau sukses berbisnis


TS
kangemilaza
Milenial harus berani beda kalau mau sukses berbisnis
Dunia bisnis tak lagi menjadi liga para pengusaha yang berusia separuh baya. Kini, kaum muda atau milenial secara perlahan tapi pasti mulai mendominasi dunia bisnis.
Teknologi bisa dibilang merupakan salah satu pemicu yang menggerakan minat usaha para generasi muda. Hal ini bisa terlihat dari menjamurnya perusahaan aplikasi start upyang menawarkan ragam inovasi dan kemudahan terbaru pada konsumen.
Sebuah penelitian pada tahun 2014 yang digelar oleh Bentley University di Boston, Amerika Serikat (AS), merilis informasi yang menyimpulkan bahwa telah terjadi “ledakan” pengusaha atau entrepreneur.
Peneliti mempelajari perilaku kaum milenial atau generasi Y mengenai rencana masa depan mereka. Hasilnya, hanya 13 persen responden yang berminat meniti karier di sebuah perusahaan. Lalu, 63 persen lainnya memiliki tujuan hidup untuk segera memulai bisnis.
Menurut Fred Tuffile, seorang direktur pada program Bentley’s Entrepreneuriual Studies, alasan kaum milenial tertarik memulai bisnis karena mereka memandang bahwa mendapatkan penghasilan dengan bekerja untuk orang lain sebagai cara yang lama dan tidak membuat mereka lebih sukses.
“Kaum milenial tidak menutup mata pada segala kekacauan, seperti, PHK, putus kontrak, hilang kepercayaan pada manajemen perusahaan, dan segala kabar mengerikan mengenai karier korporasi,” jelas Tuffile seperti dilansir Forbes.
Para milenial ini, kata Tuffile, melihat saudara mereka kena pecat atau mendengarkan salah satu anggota keluarga yang seharian duduk di depan meja hingga bosan.
“Mereka (milenial) berpikir, pasti ada cara lain yang lebih baik,” imbuhnya.
Dia menambahkan bahwa cara berpikir milenial lebih cepat daripada generasi sebelumnya sehingga mereka pun kaya dengan ide dan semangat.
“Milenial berpikir, memulai bisnis, meskipun banyak rintangan dan tantangan, tetapi itu memberikan mereka lebih banyak pengalaman serta pelajaran selama dua tahun, ketimbang kerja dalam kubikel selama 20 tahun,” urainya.
“Peluang mereka untuk membuat produk seperti Facebook mungkin sangat minim, jadi mereka berpikir merintis usaha lain yang lebih keren,” jelasnya.
Salah satu jenis bisnis yang popular digeluti oleh kalangan muda adalah coffee shop atau kedai kopi modern. Anda yang tinggal di kota besar pasti melihat betapa banyak kedai kopi modern hadir dan hilang silih berganti. Bisnis yang termasuk dalam kategori food & beverage ini memang terbilang susah-susah gampang untuk dikembangkan.
Edward Tirtanata, pemilik kafe teh premium, Lewis & Carrol, menganjurkan, anak muda yang ingin memulai usaha harus jeli dalam melakukan riset pasar dan tren yang tidak lekang oleh waktu.
“Cari produk yang beda dengan orang lain. Jangan menyeragamkan diri. Sebab, itu bisa membuat kita sulit berkembang,” ujar Edward kepada beritagar.id, di sela-sela peluncuran Cashbac, aplikasi instant reward, beberapa waktu lalu.
Dia mengisahkan saat dulu membuka Lewis & Carrol, konsep kafe teh seperti miliknya masih sangat sedikit, pun ada kebanyakan datang dari luar negeri.
“Lewis & Carrol ini asli dari Indonesia. Namun, memang beberapa teh kami import, tetapi untuk brand-nya murni ide anak Indonesia,” imbuhnya.
Awal membuka Lewis & Carrol, menurut dia, tidak mudah jalannya karena sepi pengunjung sekitar dua atau tiga bulan. Namun, dia mengaku tetap semangat dengan konsepnya tersebut.
Sekarang ini, Lewis & Carrol yang telah meraup omzet ratusan juta per bulan dan telah memiliki cabang di sejumlah mal besar di Jakarta.
Kesuksesan tersebut, kata Edward, karena dia berani menghadirkan produk yang berbeda dan berani menggebrak kebiasaan orang Indonesia yang hobi gelontorkan uang di kedai kopi waralaba.
Berdasarkan laporan BNP Paribas Global Entrepreneur Report, anak muda berusia 20 hingga 35 tahun sudah memulai merintis bisnis dan membuka usaha.
Milenial, menurut laporan itu, lebih percaya diri untuk mengelola tim kerjadan berhasil mendapatkan profit ketimbang generasi baby boomers.
Peter Shankman, pendiri Shank Minds: Breakthrough, bisnis yang berkonsentrasidengan komunitas, mengatakan, laporan itu tidak mengejutkan.
“Kita ini sekarang hidup di era Zucks (Mark Zuckerberg),” ujar Shankman.
Menurut dia, keberhasilan Zuckerberg menginspirasi banyak anak muda untuk memilih membuat bisnis ketimbang bekerja kantoran seperti orang tua mereka.
Namun, dia mengingatkan bahwa menjadi pengusaha itu tidak mudah dan tidak selalu seperti apa yang diperlihatkan secara kasat mata.
“Menjadi pengusaha itu pekerjaan yang bisa membuat Anda kesepian. Jadi,apabila Anda tidak memiliki sistem pendukung yang benar, maka itu semakin sulit. Anda harus mendapatkan dukungan dari tim tempat Anda berbagi ide dan pertanyaan, Anda juga harus banyak mendengar dari orang-orang yang telah sukses.Jika tidak seperti, maka Anda akan gagal,” urainya.
Sumur
Teknologi bisa dibilang merupakan salah satu pemicu yang menggerakan minat usaha para generasi muda. Hal ini bisa terlihat dari menjamurnya perusahaan aplikasi start upyang menawarkan ragam inovasi dan kemudahan terbaru pada konsumen.
Sebuah penelitian pada tahun 2014 yang digelar oleh Bentley University di Boston, Amerika Serikat (AS), merilis informasi yang menyimpulkan bahwa telah terjadi “ledakan” pengusaha atau entrepreneur.
Peneliti mempelajari perilaku kaum milenial atau generasi Y mengenai rencana masa depan mereka. Hasilnya, hanya 13 persen responden yang berminat meniti karier di sebuah perusahaan. Lalu, 63 persen lainnya memiliki tujuan hidup untuk segera memulai bisnis.
Menurut Fred Tuffile, seorang direktur pada program Bentley’s Entrepreneuriual Studies, alasan kaum milenial tertarik memulai bisnis karena mereka memandang bahwa mendapatkan penghasilan dengan bekerja untuk orang lain sebagai cara yang lama dan tidak membuat mereka lebih sukses.
“Kaum milenial tidak menutup mata pada segala kekacauan, seperti, PHK, putus kontrak, hilang kepercayaan pada manajemen perusahaan, dan segala kabar mengerikan mengenai karier korporasi,” jelas Tuffile seperti dilansir Forbes.
Para milenial ini, kata Tuffile, melihat saudara mereka kena pecat atau mendengarkan salah satu anggota keluarga yang seharian duduk di depan meja hingga bosan.
“Mereka (milenial) berpikir, pasti ada cara lain yang lebih baik,” imbuhnya.
Dia menambahkan bahwa cara berpikir milenial lebih cepat daripada generasi sebelumnya sehingga mereka pun kaya dengan ide dan semangat.
“Milenial berpikir, memulai bisnis, meskipun banyak rintangan dan tantangan, tetapi itu memberikan mereka lebih banyak pengalaman serta pelajaran selama dua tahun, ketimbang kerja dalam kubikel selama 20 tahun,” urainya.
“Peluang mereka untuk membuat produk seperti Facebook mungkin sangat minim, jadi mereka berpikir merintis usaha lain yang lebih keren,” jelasnya.
Salah satu jenis bisnis yang popular digeluti oleh kalangan muda adalah coffee shop atau kedai kopi modern. Anda yang tinggal di kota besar pasti melihat betapa banyak kedai kopi modern hadir dan hilang silih berganti. Bisnis yang termasuk dalam kategori food & beverage ini memang terbilang susah-susah gampang untuk dikembangkan.
Edward Tirtanata, pemilik kafe teh premium, Lewis & Carrol, menganjurkan, anak muda yang ingin memulai usaha harus jeli dalam melakukan riset pasar dan tren yang tidak lekang oleh waktu.
“Cari produk yang beda dengan orang lain. Jangan menyeragamkan diri. Sebab, itu bisa membuat kita sulit berkembang,” ujar Edward kepada beritagar.id, di sela-sela peluncuran Cashbac, aplikasi instant reward, beberapa waktu lalu.
Dia mengisahkan saat dulu membuka Lewis & Carrol, konsep kafe teh seperti miliknya masih sangat sedikit, pun ada kebanyakan datang dari luar negeri.
“Lewis & Carrol ini asli dari Indonesia. Namun, memang beberapa teh kami import, tetapi untuk brand-nya murni ide anak Indonesia,” imbuhnya.
Awal membuka Lewis & Carrol, menurut dia, tidak mudah jalannya karena sepi pengunjung sekitar dua atau tiga bulan. Namun, dia mengaku tetap semangat dengan konsepnya tersebut.
Sekarang ini, Lewis & Carrol yang telah meraup omzet ratusan juta per bulan dan telah memiliki cabang di sejumlah mal besar di Jakarta.
Kesuksesan tersebut, kata Edward, karena dia berani menghadirkan produk yang berbeda dan berani menggebrak kebiasaan orang Indonesia yang hobi gelontorkan uang di kedai kopi waralaba.
Berdasarkan laporan BNP Paribas Global Entrepreneur Report, anak muda berusia 20 hingga 35 tahun sudah memulai merintis bisnis dan membuka usaha.
Milenial, menurut laporan itu, lebih percaya diri untuk mengelola tim kerjadan berhasil mendapatkan profit ketimbang generasi baby boomers.
Peter Shankman, pendiri Shank Minds: Breakthrough, bisnis yang berkonsentrasidengan komunitas, mengatakan, laporan itu tidak mengejutkan.
“Kita ini sekarang hidup di era Zucks (Mark Zuckerberg),” ujar Shankman.
Menurut dia, keberhasilan Zuckerberg menginspirasi banyak anak muda untuk memilih membuat bisnis ketimbang bekerja kantoran seperti orang tua mereka.
Namun, dia mengingatkan bahwa menjadi pengusaha itu tidak mudah dan tidak selalu seperti apa yang diperlihatkan secara kasat mata.
“Menjadi pengusaha itu pekerjaan yang bisa membuat Anda kesepian. Jadi,apabila Anda tidak memiliki sistem pendukung yang benar, maka itu semakin sulit. Anda harus mendapatkan dukungan dari tim tempat Anda berbagi ide dan pertanyaan, Anda juga harus banyak mendengar dari orang-orang yang telah sukses.Jika tidak seperti, maka Anda akan gagal,” urainya.
Sumur
0
678
4


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan