Quote:
RMOL. Terlahir sebagai warga keturunan Tionghoa sempat membuat Audrey Yu Jia Hui (29) minder. Berbagai cara dilakukannya agar teman-temannya mau menganggap dirinya sebagai warga Indonesia.
Anak jenius yang menyelesaikan SMP dalam satu tahun itu menolak belajar bahasa Mandarin hanya untuk membuktikan dirinya cinta Indonesia.
"Tapi, tetap saja ada yang bilang saya Cina. Saya sampai pernah benci dengan wajah saya, gara-gara dibilang tidak asli Indonesia. Cinta saya tidak divalidasi dong," ungkapnya dalam acara Festival Prestasi Indonesia (FPI) di JCC, Senayan
Audrey dinobatkan sebagai salah satu dari 72 Ikon Prestasi Indonesia dalam acara yang digagas Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP-PIP) bertema "Pancasila Inspirasi Maju."
Pengalaman masa kecil Audrey telah dituangkannya dalam sebuah buku berjudul "Mencari Sila Kelima" tahun 2014 silam. Menurutnya, sila yang berbunyi "Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia" itu masih belum teraplikasikan dengan baik. Buku yang hanya dikerjakan selama tiga bulan itu ditujukan kepada seluruh anak bangsa. Tujuannya, untuk membumikan Pancasila.
Buku tersebut berjudul asli "Kung Pau." Namun, oleh penerbit diganti menjadi "Mencari Sila Kelima." Perempuan bernama lahir Maria Audrey Lukito itu menjelaskan bahwa Kung Pau dalam bahasa Mandarin berarti dari rahim yang sama atau kompatriot.
"Artinya, bangsa negara seperti ibu pertiwi melahirkan tunas bangsa. Setiap warga dari negara yang sama merupakan bangsa yang sama karena lahir dari rahim yang sama," urai peraih gelar S1 dari The College of William and Mary Virginia, Amerika Serikat di usia 16 tahun, tersebut.
Saat ini Audrey melihat berbagai kelompok masyarakat tidak lagi berpedoman pada Pancasila. Buktinya, ada berbagai kubu yang mengkotakkan diri berdasar agama, idola dan macam hal lainnya. Terlepas dari kondisi yang ada saat ini, Audrey berharap masyarakat Indonesia dapat lebih mencintai Pancasila dan bangsanya.
Wanita yang bekerja sebagai guru di Shanghai, China, itu yakin ada banyak warga Indonesia yang mampu menulis buku inspiratif seperti dirinya.
"Terus terang, ini buku biasa saja. Hanya ingin menginspirasi, supaya cinta Pancasila. Sehingga nanti ada ratusan orang bikin buku yang lebih bagus dari buku saya," kata dia.
Dia juga menanggap anugerah prestasi dan label jenius yang diberikan kepadanya bukan hal yang kekal dan layak dibanggakan. Ia menganggap bangsa dan lambang negara Pancasila akan ada selamanya sehingga perlu dijaga dengan penuh cinta.
"Kesehatan, kepintaran saya cuma sementara. Besok diambil Tuhan saya tidak bisa komplain. Tapi, negara dan Pancasila tetap ada. Seperti menanam benih, akan tetap tumbuh," pungkasnya
SUMBER
luar bisa membohongi, tapi dalam pasti jujur
lebih baik pentingin bagian dalam daripada luar
percuma lu teriak2 sebut pribumi, akhirnya ajak rush money hanya buat hancurkan ekonomi negara
percuma lu teriak2 cinta NKRI tapi dalam hati selalu membela ARAB
percuma pakaian lu full agamis tapi isinya hanya caci maki
percuma lu teriak bela agama, jika masih suka sebar fitnah
apalah arti warna kulit jika kita punya
darah yang sama berwarna merah
dan tulang yang sama berwarna putih
mari cintai merah putih ini
karena disinilah kamu lahir, tinggal dan berkeluarga