- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
DITA BOMBER SURABAYA KEPONAKAN ANGGOTA JARINGAN BOM BALI I


TS
doronpa31
DITA BOMBER SURABAYA KEPONAKAN ANGGOTA JARINGAN BOM BALI I
Dita Bomber Gereja Surabaya Disebut Keponakan Anggota Jaringan Bom Bali I

keponakan

Spoiler for :
Dita Oepriarto mengajak serta istri dan anaknya dalam aksi bom bunuh diri di tiga gereja di Kota Surabaya, Minggu (13/5). Dia menjadi otak sekaligus eksekutor bom tiga gereja Surabaya.
Tidak banyak yang tahu bahwa Dita Oepriarto, disebut-sebut memiliki hubungan kerabat dengan Sukastopo, anggota jaringan bom Bali I. Hal ini diungkapkan adik pelaku bom Bali I, Amrozi yakni Ali Fauzi Manzi, dalam diskusi publik di Gedung LIPI, Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan, Kamis (17/5).
"Dita ini keponakan Sukastopo. Sukastopo ditangkap 2002 akhir karena masuk jaringan bom Bali satu. Teroris melahirkan teroris," jelas adik kandung Amrozi dan Ali Imron ini.
Sukastopo juga memiliki anak yang terlibat peristiwa bom Bali I yaitu Amin Abdullah. Amin ditangkap pada tahun 2002. Jaringan Sukastopo ini adalah jaringan lama. Sedangkan Dita disebut jaringan baru.
"Genetiknya nyambung," ujarnya.
Ali Fauzi yang juga mantan kepala instruktur perakitan bom Jemaah Islamiah (JI) Jawa Timur ini mengatakan, satu keluarga bergabung dengan jaringan teroris bukan hal baru. Ini telah berlangsung sejak 2002 sebagaimana yang terjadi pada keluarganya.
"Di 2002 dan seterusnya sudah ada keluarga yang ramai-ramai masuk jaringan (teroris), salah satunya saya," kata pendiri Yayasan Lingkar Perdamaian ini.
Ali mencoba menganalisa yang dilakukan Dita hingga berhasil membujuk keluarganya melakukan aksi bom bunuh dri. Dia yakin Dita telah melakukan radikalisasi kepada istri dan anak-anaknya sejak lama, sejak anak-anaknya berusia dini. Ia kemudian mengajak anak-anaknya melakukan aksi mematikan tersebut dengan memberikan pemahaman bahwa yang mereka lakukan akan berbuah surga.
"Yang dilakukan Dita sekeluarga bukan bimsalabim dan sudah melakukan radikalisasi usia dini baik kepada anaknya yang laki-laki dan anak-anaknya yang perempuan dan mereka sudah paham, sudah tahu, saya yakin. Kecuali pelaku bom bunuh diri di Mapolrestabes Surabaya. Tapi pelaku bom bunuh diri di gereja itu satu keluarga sudah paham dan mereka tentu ada perpisahan dan ada dialog-dialog sebelum melakukan itu," paparnya.
Banyak pihak heran dan menyebut perilaku Dita tak bisa diterima akal sehat karena mengajak keluarganya. Ali menilai itu tidak lepas dari ideologi yang dipegang dan diyakini.
"Ini bagian dari ideologi yang mereka punyai. Apa pun kalau sudah tentang ideologi tentu akan sangat susah (dicegah) kecuali dengan trik-trik tertentu," kata dia.
Menurutnya para teroris ini adalah kaum yang overdosis dalam beragama. Islam adalah sebenarnya agama yang mengajarkan wasathiyah atau pertengahan.
"Agama jangan terlalu berlebihan, berbahaya. Saya dulu memahami agama secara berlebihan," ujarnya.
"Konsep Islam paling aman di tengah-tengah. Tidak lebih, tidak kurang," sambungnya.
Tidak banyak yang tahu bahwa Dita Oepriarto, disebut-sebut memiliki hubungan kerabat dengan Sukastopo, anggota jaringan bom Bali I. Hal ini diungkapkan adik pelaku bom Bali I, Amrozi yakni Ali Fauzi Manzi, dalam diskusi publik di Gedung LIPI, Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan, Kamis (17/5).
"Dita ini keponakan Sukastopo. Sukastopo ditangkap 2002 akhir karena masuk jaringan bom Bali satu. Teroris melahirkan teroris," jelas adik kandung Amrozi dan Ali Imron ini.
Sukastopo juga memiliki anak yang terlibat peristiwa bom Bali I yaitu Amin Abdullah. Amin ditangkap pada tahun 2002. Jaringan Sukastopo ini adalah jaringan lama. Sedangkan Dita disebut jaringan baru.
"Genetiknya nyambung," ujarnya.
Ali Fauzi yang juga mantan kepala instruktur perakitan bom Jemaah Islamiah (JI) Jawa Timur ini mengatakan, satu keluarga bergabung dengan jaringan teroris bukan hal baru. Ini telah berlangsung sejak 2002 sebagaimana yang terjadi pada keluarganya.
"Di 2002 dan seterusnya sudah ada keluarga yang ramai-ramai masuk jaringan (teroris), salah satunya saya," kata pendiri Yayasan Lingkar Perdamaian ini.
Ali mencoba menganalisa yang dilakukan Dita hingga berhasil membujuk keluarganya melakukan aksi bom bunuh dri. Dia yakin Dita telah melakukan radikalisasi kepada istri dan anak-anaknya sejak lama, sejak anak-anaknya berusia dini. Ia kemudian mengajak anak-anaknya melakukan aksi mematikan tersebut dengan memberikan pemahaman bahwa yang mereka lakukan akan berbuah surga.
"Yang dilakukan Dita sekeluarga bukan bimsalabim dan sudah melakukan radikalisasi usia dini baik kepada anaknya yang laki-laki dan anak-anaknya yang perempuan dan mereka sudah paham, sudah tahu, saya yakin. Kecuali pelaku bom bunuh diri di Mapolrestabes Surabaya. Tapi pelaku bom bunuh diri di gereja itu satu keluarga sudah paham dan mereka tentu ada perpisahan dan ada dialog-dialog sebelum melakukan itu," paparnya.
Banyak pihak heran dan menyebut perilaku Dita tak bisa diterima akal sehat karena mengajak keluarganya. Ali menilai itu tidak lepas dari ideologi yang dipegang dan diyakini.
"Ini bagian dari ideologi yang mereka punyai. Apa pun kalau sudah tentang ideologi tentu akan sangat susah (dicegah) kecuali dengan trik-trik tertentu," kata dia.
Menurutnya para teroris ini adalah kaum yang overdosis dalam beragama. Islam adalah sebenarnya agama yang mengajarkan wasathiyah atau pertengahan.
"Agama jangan terlalu berlebihan, berbahaya. Saya dulu memahami agama secara berlebihan," ujarnya.
"Konsep Islam paling aman di tengah-tengah. Tidak lebih, tidak kurang," sambungnya.
keponakan
0
4K
Kutip
47
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan