Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

indopos.idAvatar border
TS
indopos.id
Pilih Mati Syahid, tapi Masih Mau Ikut Arisan
INDOPOS.CO.ID - Wakil Ketua Takmir Musala Al Ikhlas di kompleks Perumahan Wisma Indah Khorihah masih ingat betul wajah Dita saat terakhir bertemu. Tepatnya, saat salat Subuh berjaamah Minggu lalu (13/5). Di musala itu, Dita dan dua anak laki-lakinya selalu melaksanakan salat berjamaah.

”Magrib, Isya, dan Subuh, Dita pasti salat di sini. Anaknya malah Duhur dan Asar juga (salat) di musala,” ujar pria 65 tahun tersebut.

Mereka selalu datang belakangan. Seusai iqamah atau saat surah Al Fatihah dibacakan. Begitu juga halnya setelah salat, mereka langsung pulang. Tidak pernah duduk dulu ikut berdoa ataupun mengobrol dengan jamaah lain. Hal itu berlangsung bertahun-tahun. Jamaah lain sudah hafal.

Mereka melihat tidak ada yang aneh dengan Dita dan kedua anaknya, menjelang aksi pengeboman. Hal janggal justru didapati sehari dan dua hari sebelum aksi pengeboman yang dilakukan Dita Oepriarto, 47, bersama istrinya, Puji Kuswati, 43, dan keempat anaknya, Yusuf Fadhil, 18; Firman Halim, 16; Fadhila Sari, 12; dan Famela Rizqita, 9; tersebut.

Pada Kamis (10/5) Firman menangis setelah salat Subuh. Khorihah sempat mendengar sedikit bisikan Dita kepada anaknya. ”Sabar ya, Nak. Ikhlaskan,” ujar Khorihah menirukan ucapan Dita kepada Firman.

Tak hanya sampai di situ, Sabtu (12/5) sesudah melaksanakan salat Magrib, warga melihat lagi Firman menangis. Dita pun memeluk anaknya dan mencoba menenangkan. Warga sebenarnya penasaran, tapi tidak berani menanyakan.

Puji pun dikenal santun dan ramah dengan ibu-ibu di kompleks. Tiap arisan rutin setiap bulan, dia selalu datang. ”Bahkan, waktu tiba giliran arisan di rumahnya, dia selalu terbuka,” ujar ketua RT tersebut.

Puji sendiri ternyata kelahiran Dusun Krajan, Desa Tembokrejo, Kecamatan Muncar, Banyuwangi. Dia merupakan putri ketiga di antara empat bersaudara pasangan H Koesni dan Hj Minarti. Koesni yang kini berumur 82 tahun adalah pensiunan TNI-AL dan kini bersama putranya mengelola usaha jamu tradisional.

H Rusiyono, juru bicara keluarga H Koesni mengatakan, Puji sejak kecil tidak tinggal bersama orang tuanya. Saat masih berumur 20 bulan, Puji diadopsi almarhumah Ny Sukar, kakak kandung Koesni yang tinggal di Kecamatan Gorang Gareng, Kabupaten Magetan.

”Sejak kecil diasuh budenya. Karena saat itu budenya tidak memiliki anak,” ujarnya.

Sebelum menikah dengan Dita, Puji datang ke Banyuwangi untuk minta restu. Saat itu Koesni bersama keluarga tidak merestui. 

”Puji tetap nekat menikah. Katanya sudah saling cinta,” ungkapnya.

Karena nekat menikah, hubungan Puji dan keluarganya di Banyuwangi tidak baik. Nyaris tidak pernah ada komunikasi. Puji bersama suami dan anaknya terakhir pulang pada 28 Januari 2018 saat keluarga menggelar hajatan. ”Kalau di rumah tidak pernah lama,” katanya.

Meski jarang berkomunikasi, Koesni tetap memperhatikan putrinya. Selain membelikan rumah, dia sempat membelikan mobil. ”Membelikan rumah dan mobil itu karena melihat cucu-cucunya,” sebut Sujiyo, kerabat Koesni.

Sujiyo menambahkan, Koesni sempat kesal dengan ulah menantunya itu. Tiga kali dibelikan mobil, tapi dijual semua. Pada 2013 pasutri tersebut kembali dibelikan mobil Toyota Avanza, tapi BPKB-nya tidak diberikan agar tidak dijual lagi. ”Mobil itu sepertinya yang dibuat bom bunuh diri,” ujarnya.

Sementara itu, Rektor Unair M. Nasih mengatakan, Dita memang benar pernah menjadi mahasiswa Unair. Dia mengambil D-3 program studi manajemen pemasaran, tapi tidak sampai lulus. Dita drop out pada semester III karena tidak pernah masuk dan hanya menempuh 47 SKS dengan IPK 1,47. ”Jadi bukan alumni,” tegasnya.

Selama kuliah, jelas Nasih, Dita juga tidak pernah aktif di organisasi mahasiswa. Baik senat mahasiswa maupun unit kegiatan mahasiswa (UKM). Termasuk tidak pernah ikut kelompok kajian masjid kampus. (gal/hen/ayu/rio/abi/c9/oki/jpg)
FacebookTwitterEmail
Polling
Poll ini sudah ditutup. - 22 suara
Kenapa bapaknya harus membawa anak-anaknya?
Supaya bisa masuk surga bersama anaknya
77%
Agar anaknya tidak menjadi bahan caci maki dari masyarakat kelak mereka udah dewasa
23%
0
9.5K
62
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan