Kekayaan alam negeri ini bagaikan surga, hingga banyak negara senang menjajah dan singgah di negeri yang subur dan kekayaan alam yang melimpah ruah, namun semuanya itu seakan tak berarti ketika rakyat sibuk meratapi nasib melihat krisis moneter di depan mata.

Kembali lagi dan lagi dollar meroket tinggi hingga tak terasa sudah hampir mencapai ambang batas dimana tahun itu terjadi demo mahasiswa dengan menduduki pemerintahan.



Memang saat ini dollar sukses menembus Rp 14.000, dikit lagi mungkin akan menyamai rekor di tahun 1998. Banyak petinggi negeri ini bereaksi dan memberikan alasan. Tren pelemahan rupiah sudah berlangsung beberapa waktu terakhir ini. Memang dinamika nilai tukar ada pada kisaran saat ini awalnya Rp 13.700 sampai Rp 13.900 dan kini pun sukses menyentuh angka Rp 14.000 persenin kemarin dan semakin merangkak meninggi dengan pasti saat ini.

Rupiah terkoreksi karena menyesuaikan kebijakan dari Amerika sendiri, ucap mereka di balik pakaian safarinya. Entahlah bagi mereka yang ahli ekonomi nampaknya lebih mengerti tapi bagaimana dengan kami yang tidak mengerti apa-apa, yang jelas dari dollar yang meroket tinggi bahan import untuk kebutuhan pokok dan elektronik pun mengalami koreksi, hingga perlahan namun pasti harga-harga mulai merangkak naik. Di tambah lagi dengan memasuki bulan Ramadhan, tak hanya itu anak sekolah pun lulus dan naik kelas. Pastinya hal ini membutuhkan banyak biaya, dan pastinya uang sangat berharga bagi kami yang sering di singgung dalam pidato pejabat politik dengan nama rakyat.



Lucu, mana yang namanya sejahtera, mana yang namanya kemakmuran, semakin lama rakyat kecil hanya menjadi mainan saja jasanya diperlukan hanya ketika pilkada janji-janji manis pun bertebaran, namun isinya hanya kepahitan hidup dengan banyaknya masalah negeri ini.

Tapi sekali lagi rakyat kecil juga menjadi masalah negeri ini mereka tidak pernah mensuport pemerintah, malah banyak rakyat dengan bernaung di partai oposisi senang sekali membuat huru hara. Seakan-akan pemerintah perlu di ganti, dengan tag #ganti presiden 2019 mereka membuat resah masyarakat, bahkan Presiden pun menjadi pusing tujuh keliling.



Sebenarnya rakyat tak perduli mau presiden nya siapa yang penting perut mereka terisi, tapi dengan adanya gerakan senyap hingga banyaknya masalah di Indonesia menyebabkan ekonomi pun melemah. Entahlah senang sekali rakyat kita ini beseteru tanpa akhir, bukankan lebih baik bergandengan tangan. Nampaknya memang sulit sekali untuk menghindari perebutan kekuasaan dari para pejabat yang hampir sebagian besar hanya memikirkan perut sendiri.

Bahkan ketika rupiah meroket, sembako naik, daya beli melemah, pengangguran di depan mata, banyaknya kejahatan menjelang puasa, hal itu sirna oleh berita yang menghebohkan kerusuhan akibat teroris selisih paham tentang makanan, yang mengakibatkan gugurnya 6 orang di Mako Brimob.



Entahlah nampaknya masyarakat kembali ditakuti dengan aksi mereka yang rela mati demi menemui bidadari, namun sebenarnya banyak masyarakat yang kini menanti hidupnya mati karena kenyataan krisis moneter terjadi.

Semoga saja tak ada kejadian serupa di tahun 1998, sudah cukup rasanya negeri ini berseteru saatnya perlahan kita bangkit, walau utang menumpuk tinggi tapi yang jelas waspadalah dengan menikmati secangkir kopi.



By c4punk@2018