- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Bir Khas Indonesia Ini Digilai Penduduk Lokal dan Dijadikan Obat


TS
drunkard.family
Bir Khas Indonesia Ini Digilai Penduduk Lokal dan Dijadikan Obat
Bir sejak dulu dianggap sebagai minuman yang berbahaya.
Selain memabukkan juga mampu merusak organ dalam tubuh.
Banyak orang ditangkap karena mengkonsumsi dan mengedarkan minuman ini.
Namun ada satu bir yang justru digilai dan populer di kalangan masyarakat.
Mereka sering mengkonsumsinya sebagai obat untuk melepas lelah dan juga menghangatkan tubuh.
Tak cuma dikonsumsi masyarakat, bahkan pejabat juga banyak yang menyukainya.
Dilansir TribunTravel.com dari laman omucu.com, bir pletok menjadi satu minuman tradisional yang populer di Jakarta dan sekitarnya.
Meski menggunakan kata bir, minuman ini sama sekali tak mengandung alkohol.
Pertama kali ada sejak masa penjajahan Belanda.
Saat itu, Belanda sudah menguasai Batavia atau sekarang dikenal dengan Jakarta.
Saat ada perayaan pesta, orang-orang Belanda menggunakan alkohol dalam drum besar dan musik yang menghentak.
Perayaan itu tentu membuat para remaja di sekitar acara merasa cemburu.
Mereka kemudian datang ke sana dan mencoba mencicipi minuman itu.
Ketika dicoba, mereka terkejut karena air yang mereka minum adalah alkohol.
Karena mayoritas etnis Betawi beragama Islam, tentu minuman itu sangat dilarang.
Mereka kemudian berusaha mencari bahan untuk membuat minuman yang sama namun tanpa rasa alkohol.
Anak muda Betawi segera melakukan berbagai eksperimen dengan fermentasi dan ekstrasi buah.
Namun tak berhasil.
Selanjutnya mereka mencoba menggunakan rempah sebagai bahan utama.
Mereka kemudian menemuka kombinasi yang sempurna antara jahe dan serai.
Sebagai tambahan mereka juga menambahkan pandan untuk memberikan aroma yang lebih menyegarkan.
Untuk penyajian, ada dua opsi pilihan, yakni, dingin dan hangat.
Pada masa itu banyak orang lebih suka penyajian yang dingin karena lebih menyegarkan.
Warna merah dari bir mereka dapat karena menggunakan ekstraksi sepang.
Pada zaman modern, minuman ini memiliki beberapa varian rasa seperti cengkeh, pala, kayu manis, dan kapulaga.
Nama pletok sendiri berasal dari onomatopoeia.
Ketika bir pletok dituangkan ke dalam gelas, ada sedikit bunyi popa.
Sebagian besar, orang berpikir bahwa rasanya akan pahit atau asam seperti bir asli.
Namun, kenyataannya memiliki rasa manis dan hangat di dalam usus.
Selain itu, tidak ada sensasi menggigit soda di lidah.
Juga dipercaya bahwa minuman ini sangat baik untuk kesehatan tubuh karena karena menggunakan rempah.
Hingga saat ini, bir pletok terus dilestarikan sebagai warisan budaya.
Biasanya disajikan sebagai minuman sambutan dalam perayaan seperti pernikahan.
http://travel.tribunnews.com/2018/05...-obat?page=all.
Selain memabukkan juga mampu merusak organ dalam tubuh.
Banyak orang ditangkap karena mengkonsumsi dan mengedarkan minuman ini.
Namun ada satu bir yang justru digilai dan populer di kalangan masyarakat.
Mereka sering mengkonsumsinya sebagai obat untuk melepas lelah dan juga menghangatkan tubuh.
Tak cuma dikonsumsi masyarakat, bahkan pejabat juga banyak yang menyukainya.
Dilansir TribunTravel.com dari laman omucu.com, bir pletok menjadi satu minuman tradisional yang populer di Jakarta dan sekitarnya.
Meski menggunakan kata bir, minuman ini sama sekali tak mengandung alkohol.
Pertama kali ada sejak masa penjajahan Belanda.
Saat itu, Belanda sudah menguasai Batavia atau sekarang dikenal dengan Jakarta.
Saat ada perayaan pesta, orang-orang Belanda menggunakan alkohol dalam drum besar dan musik yang menghentak.
Perayaan itu tentu membuat para remaja di sekitar acara merasa cemburu.
Mereka kemudian datang ke sana dan mencoba mencicipi minuman itu.
Ketika dicoba, mereka terkejut karena air yang mereka minum adalah alkohol.
Karena mayoritas etnis Betawi beragama Islam, tentu minuman itu sangat dilarang.
Mereka kemudian berusaha mencari bahan untuk membuat minuman yang sama namun tanpa rasa alkohol.
Anak muda Betawi segera melakukan berbagai eksperimen dengan fermentasi dan ekstrasi buah.
Namun tak berhasil.
Selanjutnya mereka mencoba menggunakan rempah sebagai bahan utama.
Mereka kemudian menemuka kombinasi yang sempurna antara jahe dan serai.
Sebagai tambahan mereka juga menambahkan pandan untuk memberikan aroma yang lebih menyegarkan.
Untuk penyajian, ada dua opsi pilihan, yakni, dingin dan hangat.
Pada masa itu banyak orang lebih suka penyajian yang dingin karena lebih menyegarkan.
Warna merah dari bir mereka dapat karena menggunakan ekstraksi sepang.
Pada zaman modern, minuman ini memiliki beberapa varian rasa seperti cengkeh, pala, kayu manis, dan kapulaga.
Nama pletok sendiri berasal dari onomatopoeia.
Ketika bir pletok dituangkan ke dalam gelas, ada sedikit bunyi popa.
Sebagian besar, orang berpikir bahwa rasanya akan pahit atau asam seperti bir asli.
Namun, kenyataannya memiliki rasa manis dan hangat di dalam usus.
Selain itu, tidak ada sensasi menggigit soda di lidah.
Juga dipercaya bahwa minuman ini sangat baik untuk kesehatan tubuh karena karena menggunakan rempah.
Hingga saat ini, bir pletok terus dilestarikan sebagai warisan budaya.
Biasanya disajikan sebagai minuman sambutan dalam perayaan seperti pernikahan.
http://travel.tribunnews.com/2018/05...-obat?page=all.
0
2.2K
14


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan