Kaskus

News

hahaiyaa.20Avatar border
TS
hahaiyaa.20
Korea Utara Lepaskan Tahanan Amerika, Turuti Lagi Permintaan Trump
Korea Utara Lepaskan Tahanan Amerika, Turuti Lagi Permintaan Trump

Korea Utara Lepaskan Tahanan Amerika, Turuti Lagi Permintaan Trump

Penasihat Keamanan AS John Bolton telah mendesak dilakukannya pembebasan para tahanan, dan Pompeo dilaporkan telah mengangkat isu itu selama pembicaraan tatap muka secara rahasia dengan para pemimpin Korea Utara, termasuk Kim, bulan lalu di Pyongyang.

Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un telah membebaskan tiga warga Amerika Serikat (AS) yang ditahan selama bertahun-tahun di kamp-kamp penjaranya yang mengerikan, menyerah kepada tuntutan Trump yang lain sebelum pertemuan bersejarah yang direncanakan antara kedua pemimpin yang negaranya telah lama menjadi musuh itu.

Serangkaian konsesi oleh Kim, dari menyetujui tujuan denuklirisasi Semenanjung Korea sampai membebaskan tiga warga Amerika, tidak meredakan ketakutan di kalangan kritikus Trump bahwa ia akan “melaksanakan perundingan dengan lancar” dan berpotensi memberi wewenang pada rezim komunis di Korea Utara tersebut.

Di balik layar di Gedung Putih, bagaimanapun juga, presiden telah mengerahkan tim yang tangkas untuk mengasah strategi negosiasi cepat dan mendukungnya dalam perundingan nuklir, yang akan diadakan bulan ini atau sebelum akhir Juni.

Gaya bertarung presiden dan manuver oleh timnya dari Dewan Keamanan Nasional dan Departemen Luar Negeri telah menuai kemenangan awal, tetapi mereka masih jauh dari meminta Kim untuk menyerahkan senjata nuklirnya.

“Kami berada di tahap awal pekerjaan, dan hasilnya tentu belum diketahui,” kata Pompeo, mantan kepala CIA, ketika disumpah pada hari Rabu (2/5) sebagai menteri luar negeri. “Tapi ada satu hal yang pasti: Administrasi ini tidak akan mengulang kesalahan masa lalu. Mata kami terbuka lebar. Saatnya untuk menyelesaikan sampai tuntas. Kesepakatan buruk bukanlah pilihan.”

Kelompok kecil yang mempersiapkan pertemuan dengan Korea Utara, diawasi oleh Pompeo dan Penasihat Keamanan Nasional John R. Bolton, mendapat stempel persetujuan dari Joseph R. DeTrani, mantan pejabat intelijen AS yang bertugas sebagai utusan khusus untuk pembicaraan multilateral dengan Korea Utara di tahun 2009.

“Tim ada di sana. Saya pikir administrasi sudah dipersiapkan dengan baik,” katanya kepada The Washington Times.

Dia menganggap Pompeo sebagai “kunci untuk menyukseskan Trump.”

Waktu dan tempat pertemuan itu akan diumumkan dalam beberapa hari. Kandidat teratas untuk tempat pertemuan tersebut adalah Singapura dan “Rumah Perdamaian” di Zona Demiliterisasi antara Korea Utara dan Korea Selatan.

Pembebasan tiga warga Amerika—pengusaha Kim Dong-chul dan pekerja Universitas Pyongyang, Kim Hak-song dan Kim Sang-duk, yang juga dikenal sebagai Tony Kim—menuruti tekanan yang meningkat dari Trump dan timnya saat mereka menyelesaikan persiapan untuk perundingan.

“Tim kami berada di sana, dan sangat mengusahakan untuk itu,” kata Trump bulan lalu tentang upaya untuk membebaskan mereka.

Bolton telah mendesak dilakukannya pembebasan para tahanan, dan Pompeo dilaporkan telah mengangkat isu itu selama pembicaraan tatap muka secara rahasia dengan para pemimpin Korea Utara, termasuk Kim, bulan lalu di Pyongyang.

Ketiga warga AS itu dibebaskan dari kamp kerja paksa pekan ini dan menjalani pemulihan di sebuah hotel di luar Pyongyang, menurut laporan dari media berita yang dikelola negara Korea Utara.

Mereka tetap berada dalam genggaman rezim Kim, yang mengatakan mereka sekarang ada di dalam program “turis”. Tetapi keadaan mereka meningkat secara dramatis, dan mereka diharapkan segera pulang ke rumah.

“Kami percaya bahwa Trump dapat membawa mereka kembali pada hari pertemuan AS-Korea Utara, atau dia dapat mengirim utusan untuk membawa mereka kembali ke AS sebelum pertemuan itu,” kata Choi Sung-ryong, seorang aktivis yang mengupayakan pembebasan tahanan politik Korea Utara.

Tim presiden telah mendesak tindakan yang lebih cepat daripada yang diusulkan oleh sekutu AS, Korea Selatan dan Jepang, yang akan menerima komitmen dari Kim untuk menyerahkan denuklirisasi yang lengkap, dapat diverifikasi, dan tidak dapat diubah pada tahun 2020, ketika Trump menghadapi pemilu kembali.

Bolton berpendapat bahwa pemerintah harus mengikuti “model Libya” dengan Korea Utara, merujuk situasi ketika diktator Libya yang dulu Moammar Gadhafi setuju pada tahun 2003 untuk segera meninggalkan program senjata nuklir negaranya dan sebagai gantinya ia mendapat kursi sementara di Dewan Keamanan PBB dan jaminan lainnya.

Seorang mantan pejabat yang dekat dengan pemerintah mengatakan bahwa di bawah pendekatan “model Libya,” Trump tidak akan membutuhkan tim besar untuk negosiasi panjang yang berlarut-larut dengan Korea Utara. Sebaliknya, ia akan membutuhkan tim teknis yang siap masuk ke Korea Utara dengan cepat untuk memverifikasi bahwa program nuklir sedang ditutup dan senjata-senjata itu diserahkan.

Perbedaan kali ini dibandingkan dengan negosiasi yang gagal dengan Korea Utara pada tahun 2009 adalah bahwa Trump—dengan dukungan Bolton—kemungkinan akan menuntut tindakan segera dari Kim, menurut seorang mantan pejabat AS yang secara langsung terlibat dalam negosiasi sebelumnya dengan Utara Korea.

Golongan yang skeptis khawatir bahwa Korea Utara akan memanfaatkan gaya dan sifat negosiasi presiden yang tidak bisa dipredisksi sebagai kelemahan, kata sumber itu, tetapi pola pikir para perunding yang bekerja di bawah Presiden George W. Bush dan Barack Obama “bersabarlah.”

“Logikanya adalah, jika kita bisa menegosiasi Korea Utara ke garis 5-yard, maka kita dapat menarik mereka untuk melewati garis akhir,” kata sumber itu. “Yah, lihat kemana strategi itu membawa kita saat digunakan terakhir kali. Strategi itu tidak membawa kita ke mana-mana, dan itulah mengapa kita berada dalam situasi yang kita hadapi saat ini. ”

Bolton mulai membangun tim ketika dia menunjuk Mira Ricardel, mantan penasihat pertahanan untuk kampanye Trump yang bertugas di Pentagon di bawah pemerintah Bush sebagai wakilnya.

Pemain kunci lainnya adalah Direktur NSC untuk Urusan Asia Matthew Pottinger dan Direktur NSC untuk Korea Allison Hooker.

Pottinger adalah mantan jurnalis dan Marinir AS yang bergabung ke pemerintahan sekitar setahun yang lalu. Hooker dihormati di kedua sisi lorong politik untuk keahliannya mengenai Korea Utara.

Seorang mantan analis Departemen Luar Negeri di Asia Timur, Hooker merupakan anggota pemerintahan yang masih dipertahankan Obama dalam tim. Pada tahun 2014, ia mendampingi Direktur Intelijen Nasional saat itu, James R. Clapper, ke Korea Utara untuk secara diam-diam menegosiasikan pembebasan dua tahanan Amerika.

Ada beberapa yang khawatir di lingkaran kebijakan luar negeri saat John Yun, seorang mantan anggota Departemen Luar Negeri di Korea Utara, yang meninggalkan jabatannya pada bulan Februari. Namun, sumber mengatakan presiden yakin bahwa timnya kuat tanpa Yun.

Ada juga keraguan kuat di sayap kiri.

“Ini adalah pertaruhan besar oleh seorang presiden yang sangat tidak siap dan yang telah banyak membahas masalah Korea Utara,” kata Rep. Gerald E. Connolly, anggota Partai Demokrat, dan anggota Dewan Luar Negeri DPR, di MSNBC. “Presiden ini yang kami tahu tidak suka membaca, dia tidak sabaran saat briefing dan dia tidak memiliki tim di tempat untuk berurusan dengan Korea.”

Beberapa orang di Gedung Putih mendesak untuk memperkuat tim. Untuk itu, pemerintah mempekerjakan Anthony Ruggiero, mantan spesialis sanksi Departemen Keuangan dan mengadvokasi tekanan garis keras terhadap Korea Utara.

Ruggiero memiliki peran buruk dalam perundingan dengan Korea Utara di masa lalu, bekerja sebagai penasihat Departemen Luar Negeri untuk delegasi AS dalam perundingan tahun 2005 di Beijing mengenai program nuklir Korea Utara.

Pada front yang terpisah tapi berkaitan, Pompeo mengawasi pembentukan Pusat Misi Korea CIA khusus tahun lalu, dan pemerintahan Trump baru-baru ini mengumumkan rencana untuk mencalonkan Adm. Harry Harris, kepala Komando Pasifik Pentagon yang akan mengundurkan diri, untuk mengisi peran yang kosong, yaitu duta besar AS untuk Korea Selatan.

Yang lain telah mencatat lingkaran yang semakin meluas yang terdiri dari mantan pejabat dan penasihat lembaga wadah pemikir yang berhubungan secara konstan dengan staf NCS mengenai kebijakan Korea Utara melalui pertemuan dan laporan rutin. Antara lain, analis China lama Michael Pillsbury, yang saat ini di Institut Hudson, terlihat berada di antara orang-orang di luar suara yang didengarkan oleh Gedung Putih.


haiyaaa ciilaaka luuwa weelas waaa

Opa Trump strong waaa,komunis kalah ame kapitalis waaa!!!

Moga2 duniyee tambah damai waaa!!!

emoticon-Imlek
sebelahblogAvatar border
anasabilaAvatar border
anasabila dan sebelahblog memberi reputasi
2
1.5K
11
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan