Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

q4billAvatar border
TS
q4bill
James Riady membantah isu penjualan Meikarta (Tapi Lippo kok lepas sbg Sahamnya?)
James Riady membantah isu penjualan Meikarta

Selasa, 08 Mei 2018 / 17:22 WIB


ILUSTRASI. James Riady


KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Beberapa waktu terakhir, beredar rumor bahwa Lippo telah menjual sebagian kepemilikan sahamnya pada mega proyek properti Meikarta di Cikarang, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. Menanggapi isu tersebut, CEO Lippo Group James Riady dengan tegas membantahnya.


Menurut James, dari awal proyek ini digulirkan, kepemilikan Lippo sebesar 50%. “Dari awal memang bukan 100% Lippo. Jadi, yang dikatakan, sekarang menjual, itu kan hoax semua. Apakah kita memiliki 100% Meikarta? Tidak,” ujarnya di Jakarta, Selasa (8/5).


BACA JUGA


Dari awal, menurut James, proyek Meikarta dikembangkan Lippo melalui skema kemitraan dengan berbagai investor. “Satu, nggak benar dari awal kita 100%, memang dari awal kemitraan. Kedua, tidak benar dilakukan penjualan sekarang ini karena ada masalah apa. Ketiga, kepemilikan (Lippo) 50%, dan nggak ada penjualan,” tegasnya lagi.

Dia juga menjelaskan, saat ini pihaknya sedang membangun 92 tower apartemen di atas lahan seluas 84 hektare dari total 500 hektare yang merupakan pengembangan tahap pertama dari kota baru Meikarta. Dari 92 tower tersebut, ia optimistis sebanyak 18 tower akan diserahterimakan kepada pembeli pada Desember 2018 atau Februari 2019.


“Barangnya itu serah terima, bukan topping off ya, tetapi serah terima, itu lagi diupayakan,” ujarnya meyakinkan.


James menjelaskan, Meikarta adalah kota baru ke-9 yang dikembangkan Lippo. James yakin, pembangunan Meikarta sebagai sebuah kawasan kota baru akan terwujud seperti halnya delapan kota baru lainnya yang sudah dibangun. 


Memang diakuinya, pembangunanya membutuhkan waktu yang lama yaitu 10 hingga 15 tahun karena harus membangun berbagai infrastruktur pendukung.

“Meikarta itu sudah pasti terwujud, seperti delapan kota lainnya,” katanya yakin.

https://investasi.kontan.co.id/news/...ualan-meikarta


Apa Alasan Lippo Melepas Sebagian Kepemilikan Meikarta?
MARKET - Anthony Kevin, CNBC Indonesia 23 February 2018 15:48




Jakarta, CNBC Indonesia - Megaproyek Meikarta merupakan proyek andalan dua perusahaan properti milik grup Lippo, yakni PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) dan PT Lippo Cikarang Tbk (LPCK). Proyek tersebut dimiliki oleh PT Mahkota Sentosa Utama yang sepenuhnya merupakan anak usaha dari LPCK. LPKR sendiri menguasai saham LPCK hingga 54%.

Tak tanggung-tanggung, nilai investasi yang diperlukan untuk mengembangkan kawasan hunian di Cikarang, Jawa Barat ini mencapai Rp 278 triliun. Lippo pun bergerak cepat dalam memasarkan proyek barunya tersebut. 

Pada 2017 misalnya, tidak kurang dari Rp 1,5 triliun digelontorkan hanya untuk belanja iklan. Tak heran jika iklan Meikarta sering kali kita lihat pada media-media.

Sampai dengan akhir kuartal III-2017, proyek yang baru diluncurkan pada Mei 2017 lalu telah mengantongi pendapatan prapenjualan (marketing sales) senilai Rp 4,9 triliun.

Namun, pada akhir Januari lalu perusahaan mengungkapkan PT Mahkota Sentosa Utama LPCK telah menerima pembayaran senilai Rp 2,5 triliun dari investor eksternal sebagai uang muka untuk pembelian saham. 

Total uang yang akan dibayarkan oleh investor eksternal tersebut mencapai Rp 4 triliun. Setelah penjualan saham selesai dilakukan, kepemilikan Lippo dalam proyek Meikarta akan turun menjadi sekitar 27%, dari yang sebelumnya 54%.

Aksi korporasi tersebut lantas memaksa Fitch Ratings untuk menurunkan peringkat jangka Panjang perusahaan. Minggu lalu, Fitch menurunkan peringkat jangka panjang perusahaan menjadi B+, dari yang sebelumnya BB-.

Sudah Direncanakan

Seperti sudah disebutkan di atas, kebutuhan pembiayaan untuk Meikarta mencapai Rp 278 triliun, Masalahnya, LPKR dan LPCK sebagai pemilik proyek tidak memiliki dana sebanyak itu. Per akhir kuartal 3 tahun lalu, total aset LPKR adalah sebesar Rp 52,4 triliun, sementara untuk LPCK hanya sebesar Rp 9,5 triliun. Jika ingin menarik utang pun, tidak mungkin nilainya mencapai ratusan triliun melebihi nilai aset.

Oleh karena itu, pada tahun lalu perusahaan sempat mengungkapkan bahwa hanya sebesar 35% pembiayaan yang akan berasal dari kas internal Lippo, sementara sisanya sebanyak 65% akan ditawarkan kepada investor dan mitra kerja Lippo. Walaupun tidak disebutkan secara gamblang, namun jelas bahwa ditawarkannya proyek tersebut kepada investor berarti Lippo akan melepas kepemilikan dalam proyek tersebut.

Mitigasi Risiko

Katakanlah Lippo memiliki uang yang menganggur senilai Rp 287 triliun untuk menggarap Meikarta seorang diri. Kemungkinan besar, langkah divestasi tetap akan diambil oleh perusahaan. Pasalnya, risiko yang terdapat dalam proyek ini sangatlah besar. Bukan dari sisi konstruksinya saja, dari sisi perizinan pun sampai saat ini belum ada kejelasan.

Sejak diluncurkan, tidak sedikit masyarakat yang mempertanyakan izin bagi Lippo untuk mengerjakan proyek tersebut. Bahkan, Republika.co.id menulis Lembaga pengawas penyelenggaraan pelayanan publik Ombudsman ikut mencecar perusahaan perihal hal perizinan. "Saat Lippo melakukan marketing sementara syarat belum diselesaikan seperti IMB, kenapa Lippo tidak bersabar menunggu itu?" tanya Komisioner Ombudsman Ahmad Alamsyah Saragih saat pertemuan di gedung Ombudsman, Jakarta, 8 September 2017 silam.

Dari keterangan Kementerian Agraria dan Tata Ruang kepada Ombudsman, diketahui bahwa izin Peruntukan Penggunaan Tanah (IPPT) Meikarta baru terdaftar sebesar 84,6 ha dari total 164 ha yang diajukan pihak pengembang. Tidak hanya IPPT, pengembang juga belum melengkapi izin lainnya seperti Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dan Analisis dampak lingkungan (Amdal).

Direktur Lippo Cikarang Ju Kian Salim pada saat itu nampak tak bisa menjawab secara pasti pertanyaan yang diajukan. Malahan, saat itu ia berdalih bahwa pembangunan Meikarta merupakan wujud dukungan kepada pemerintah guna menyelesaikan program sejuta rumah. 

Melansir Kompas.com pada 8 September 2017, Bahkan, Direktur Informasi Publik Meikarta Danang Kemayan Jati pada kesempatan itu mengakui bahwa studi Amdal memang belum diterbitkan. Otomatis, IMB juga belum diterbitkan (IMB baru bisa diterbitkan jika studi Amdal sudah terbit).

Jadi, resiko dari pengembangan megaproyek ini memang terbilang besar, mulai dari tingginya nilai investasi, sampai proses perizinan yang masih menggantung.

https://www.cnbcindonesia.com/market/20180223154847-17-5279/apa-alasan-lippo-melepas-sebagian-kepemilikan-meikarta

---------------------------------------

Kayaknya grup Lippo salah prediksi tentang investasi besar-besaran bisnisnya di property kota mandiri Meikarta ini. Daya beli masyarakat dalam negeri yang anjlog, termasuk investor asing yang diharapkan akan memiliki properti disitu, rupanya tak sesuai harapan. 

Kalau tak bisa mengelola krisis ini dengan baik, bisa saja Meikarta itu akan menjadi liang kuburan bagi grup Lippo ini kelak. 

emoticon-Takut
0
5.8K
33
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan