- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Dolar AS Rp 14.030, IHSG Anjlok 1,33%


TS
mr.khonthol
Dolar AS Rp 14.030, IHSG Anjlok 1,33%
Quote:

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok 1,33% ke level 5.806,78, setelah sebelumnya dibuka melemah 0,39%. Anjloknya IHSG terjadi di saat bursa saham kawasan regional kompak diperdagangkan di zona hijau: indeks Nikkei naik 0,21%, indeks Shanghai naik 0,28%, indeks Hang Seng naik 1,07%, indeks Strait Times naik 0,3%, indeks Kospi naik 0,52%, dan indeks KLCI (Malaysia) naik 0,12%.
Pelemahan rupiah masih menjadi momok bagi IHSG, mengalahkan sentimen positif dari menghijaunya Wall Street pada dini hari tadi. Sampai dengan berita ini diturunkan, rupiah terkoreksi 0,25% terhadap dolar AS ke level Rp 14.030.
Dolar AS memang kembali berada dalam posisi yang kuat: indeks dolar AS yang menggambarkan pergerakan greenback terhadap mata uang utama dunia lainnya menguat sebesar 0,05% ke level 92,8.
Penguatan dolar AS dipicu oleh potensi kenaikan suku bunga acuan oleh the Federal Reserve sebanyak 4 kali yang masih terbuka lebar, pasca angka pengangguran AS per akhir April tercatat turun ke level terendah dalam hampir 18 tahun, yaitu di level 3,9%. Kemudian, ada juga pernyataan anggota FOMC Raphael Bostic yang membuat investor semakin panik.
"Saya cukup yakin dengan (kenaikan suku bunga acuan) tiga kali untuk saat ini. Namun saya terbuka jika situasi mengarah ke tujuan lain. Apakah itu dua kali, atau empat kali, tergantung data yang ada," ungkap Bostic, dikutip dari Reuters.
Ditambah lagi, lanjut Bostic, perekonomian AS cenderung membaik. Ini menyebabkan tekanan inflasi akan meningkat pada bulan-bulan mendatang sehingga perlu diredam dengan kenaikan suku bunga.
"Jika Anda lihat, ekonomi bergerak naik. Ada banyak stimulus, seperti pemotongan tarif pajak. Jadi, potensi percepatan laju ekonomi (upside potential) masih ada," tutur Bostic.
Perkataan Bostic yang sangat hawkish ini menandakan The Fed siap untuk menaikkan dosis kenaikan suku bunga acuan menjadi empat kali pada 2018. Akibatnya, dolar AS mendapat suntikan doping yang luar biasa sehingga menguat terhadap mata uang dunia lainnya.
Dari dalam negeri, investor nampak masih 'menghukum' rupiah pasca data pertumbuhan ekonomi kuartal-I yang begitu mengecewakan. Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pertumbuhan ekonomi kuartal-I 2018 di level 5,06% YoY, jauh lebih rendah dibandingkan konsensus yang dihimpun oleh CNBC Indonesia sebesar 5,18% YoY. Secara quarter-on-quarter (QoQ), ekonomi Indonesia melemah 0,42%.
Capaian sepanjang kuartal-I 2018 tak berbeda jauh jika dibandingkan dengan realisasi kuartal-I 2017. Kala itu, ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 5,01% YoY. Lemahnya laju ekonomi domestik salah satunya disebabkan oleh konsumsi rumah tangga yang belum bisa bangkit.
Sepanjang 3 bulan pertama tahun ini, konsumsi rumah tangga yang merupakan komponen utama ekonomi Indonesia hanya mampu tumbuh 4,95% YoY, tak jauh berbeda dengan capaian periode yang sama tahun lalu sebesar 4,94%.
Pada hari ini, investor akan mencermati rilis data cadangan devisa periode April yang akan diumumkan oleh Bank Indonesia (BI). Rilis data cadangan devisa kali ini menjadi sangat ditunggu, lantaran investor ingin mengetahui sampai sejauh mana intervensi nilai tukar yang dilakukan oleh bank sentral.
Jika cadangan devisa tergerus tajam, kemampuan BI untuk melakukan intervensi secara berkelanjutan menjadi diragukan. Akibatnya, bursa saham bisa terus ambruk.

SUMBER
MENGERIKAN



0
1.3K
Kutip
27
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan