- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Komunisme - Sosialisme & PKS & SBY & FZ & FH & PS


TS
coburn
Komunisme - Sosialisme & PKS & SBY & FZ & FH & PS
Quote:
Komunisme - Sosialisme & PKS & SBY & FZ & FH & PS
Beberapa waktu lalu, Indonesia dihebohkan dengan Hari Buruh (May Day). Meski bukan Hari Buruhnya yang sebenarnya menghebohkan Indonesia, karena hal tersebut sudah menjadi rutinitas tahunan bagi Bangsa Indonesia, yang membuat heboh adalah Hari Buruh kali ini diwarnai dengan nuansa politik, seperti contohnya penandatangan kontrak politik antara Prabowo dengan KSPI (Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia) yang dipimpin oleh Said Iqbal. Sama sekali tak ada yang salah dengan hal tersebut, memang merupakan hal yang wajar terjadi juga sebenarnya, untuk memanfaatkan momentum tertentu demi kepentingan politik.
Sekarang kita akan mundur sejenak, untuk mengetahui sejarah Hari Buruh yang diadakan pada tanggal 1 Mei. May Day sendiri pada awalnya adalah hari libur disetiap tanggal 1 Mei yang sudah menjadi kebudayaan bagi negara – negara dibelahan bumi bagian utara sejak dahulu. Namun, pada 1904, didalam Kongres Sosialis Internasional ke-6dari Partai Second International (yaitu Partai Sosialis & Buruh yang dibentuk di Paris, Perancis) mendeklarasikan bahwa pada May Day (1 Mei) adalah Hari Buruh/Pekerja Internasional untuk memeringati Peristiwa Haymarket (peristiwa pengeboman ditengah-tengah demo buruh) yang pernah terjadi di Chicago tahun 1886. Dengan kata lain, Hari Buruh Internasional yang diadakan pada saat May Day atau tanggal 1 Mei ini merupakan ajaran dari sebuah partai sosialis atau ajaran sosialisme.
Meskipun demo buruh tahunan pada tanggal 1 Mei / May Day sudah berlangsung sejak lama (tercatat sejak 1920), tetapi sejak pemerintahan orde baru Hari Buruh tidak lagi diperingati, karena kedekatannya dengan ideologi Sosialis - Komunis, dan setelah selesainya pemerintahan orde baru, Hari Buruh mulai diperingati oleh para buruh, meski pada saat itu tanggal 1 Mei bukan merupakan hari libur, Yang menjadi menarik adalah, pada tanggal 29 April 2013, presiden pada saat itu; Susilo Bambang Yudhoyono, menerima pimpinan KSPI (Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia) di Istana Negara, salah satu hal yang dibahas dipertemuan tersebut yaitu adalah tentang penetapan May Day (Hari Buruh) sebagai hari libur nasional, rencana tersebut akhirnya direalisasikan oleh SBY pada tanggal 29 Juli 2013 melalui Peraturan Presiden yang isinya adalah penetapan tanggal 1 Mei sebagai hari libur nasional. Peraturan Presiden ini menurut ketua KSPI, Said Iqbal, merupakan sebuah kado dari Presiden SBY, untuk semua buruh di Indonesia. Penetapan hari libur nasional terhadap suatu peristiwa/event tertentu memiliki arti, penghormatan yang lebih terhadap peristiwa tersebut. Mengapa negara yang sangat anti komunis/lenin/marx seperti Indonesia, dimana turis pakai simbol Palu Arit saja langsung di ciduk polisi, bisa dengan leluasa menjalankan hari peringatan yang dibuat oleh Partai Sosialis? Menurut saya, hal ini sangat bisa dipidanakan
Spoiler for "":
Jika kita teliti, siapa sih Said Iqbal ini? Dari yang tertulis diatas memang sudah jelas dia adalah ketua KSPI, namun ada yang lebih dari itu, Said Iqbal merupakan mantan Calon Legislatif PKS (Partai Keadilan Sejahtera), meski dia geram atau marah-marah jika ada yang menyebutnya anggota PKS, namun sudah menjadi fakta bahwa ia pernah dicalonkan oleh PKS. Jadi kepentingan PKS jelas melekat pada dirinya
Spoiler for "Said Iqbal PKS":
Spoiler for "":
“PKS adalah komunisme dalam kemasan yang berbeda, mereka komunis dalam kemasan agamais. (Prof JE Sahetapy)”
- - -
Lepas dari itu, sekarang mari kita ulas 3 tokoh terakhir yang saya sebutkan di judul. Tahun pilpres semakin mendekat, masyarakat terbelah menjadi dua kubu, kubu pertama yaitu kubu Jokowi dan kubu kedua yaitu kubu Prabowo. Memang sudah muncul nama-nama lain dalam bursa capres, tetapi hingga saat ini Prabowo masih merupakan kandidat saingan Jokowi yang mempunyai elektabilitas cukup tinggi.
Jika kaskuser perhatikan berita-berita di media akhir-akhir ini, pasti banyak diwarnai oleh debat antara pendukung Jokowi dengan pendukung Prabowo. Dalam usaha memenangkan capres masing-masing kubu, pendukung memiliki cara tersendiri, jika pendukung Jokowi mempromosikan Jokowi dengan cara memamerkan kinerja/hasil kerja Jokowi , kesederhanaan kehidupan pribadi, dan dengan cara mengekspos kelemahan latar belakang Prabowo, seperti kasus-kasus HAM(penculikan dll), keluarga Prabowo yang tidak Islam, pidato adik prabowo yang mengatakan Prabowo sangat pro-Amerika dll, pendukung Prabowo dari yang saya amati mendukung Prabowo dengan cara membandingkan fisik Prabowo yang besar dengan fisik Jokowi yang kecil/kurus, gawatnya/hancurnya Indonesia jika tidak segera dipimpin oleh Prabowo, berita hoax (semacam obor rakyat, dll), dan yang terakhir dan yang paling sering kita lihat adalah dengan cara menjelekan kinerja/hasil kerja Jokowi.
Cara yang dilakukan oleh pendukung Prabowo, menurut saya adalah kurang tepat, meskipun jujur saya tidak tahu cara yang lebih tepat. Mengapa cara-cara yang dilakukan pendukung Prabowo untuk menggenjot elektabilitas saya anggap kurang tepat? Saya tidak mempermasalahkan masalah moralitas atau baik buruknya cara yang dilakukan, tetapi yang menjadi masalah bagi kubu Prabowo sendiri adalah timbul-timbulnya capres-capres baru, karena yang selalu di ekspos adalah keburukan pemerintahan yang sekarang, sehingga dapat dimanfaatkan oleh partai lain, sebagai contoh yaitu hashtag #2019gantipresiden, mengapa hal ini merugikan? Karena yang ditanamkan kepada masyarakat bukan lagi untuk memilih Prabowo sendiri sebagai Presiden, tetapi lebih ke “siapa saja” asal bukan Jokowi.
Mungkin terlintas dipikiran pembaca: siapapun lawan Jokowi, meskipun bukan Prabowo, partai Prabowo tetap akan berkoalisi dengan capres lawan Jokowi tersebut, karena yang penting #2019gantipresiden. Menurut saya, itu agak keliru, meskipun bisa saja benar. Dasar dari apa yang saya katakan adalah karena: adanya banner-banner/propaganda/seruan yang bertuliskan “Prabowo YES! Gatot NO!” atau "Prabowo YES! Yang Lain NO!" akhir-akhir ini, sehingga cukup terbukti bahwa pihak Prabowo/Gerindra tidak hanya menginginkan yang penting 2019 ganti Presiden siapapun itu orangnya, tetapi pada kenyataannya lebih dari itu, yaitu Gerindra tetap menginginkan Prabowo yang menjadi Presiden, bukan yang lain. Karena jika bukan Prabowo yang presiden, Fadli Zon maupun Prabowo belum tentu dapat merealisasikan keinginannya untuk negara Indonesia. Emang apa keinginan Fadli Zon / Prabowo? lanjut baca.
Spoiler for "Banner Prabowo":
- - -
"Fahri: Hei Kaum Kapitalis, Persetan dengan Uang Kalian"
"Fadli Zon: Muka Jokowi Kerakyatan Tapi Isinya Liberal Kapitalistik"
“Prabowo: Sistem ekonomi Indonesia berada di jalan yang salah”
Ada satu isu untuk memenangkan Prabowo yang belum saya sebutkan diatas, yaitu tentang sistem ekonomi. Jika kita lihat sistem ekonomi Indonesia didalam UUD 1945, pada intinya, apapun yang menjadi hajat hidup orang banyak, harus dikuasai negara, seperti air, listrik, BBM, dll. Jika lihat keadaan sekarang, apakah yang menyangkut hajat hidup orang ada yang dimonopoli oleh swasta? Saya rasa tidak ada... paling paling mempermasalahkan FreePort, ya padahal perjanjianIndonesia dengan Freeport merupakan hasil kejahatan pemerintah dimasa lampau, selain itu apa sih? Rasanya sangat tidak ada, bahkan dulu saja ada peristiwa penimbunan sapi , itu pun sampai mau dijerat ke UU terorisme hahaha, sehingga sangat tidak mungkin ekonomi Indonesia itu disebut Kapitalistik.
Yang pertama menyebut-nyebut ekonomi Indonesia adalah kapitalis liberal dsb adalah duo Fadli Zond dan Fahri Hamzah, beberapa kali saya dengar di acara acara debat di televisi, yang kemudian baru baru ini dilanjutkan dengan pernyataan Prabowo “sistem ekonomi Indonesia berada di jalan yang salah”. Tidak mengherankan memang, pengaruh FZ sangat kuat, karena Fadli Zon adalah orang kepercayaan Prabowo sejak lama, contohnya di video ini, FZ menjadi juru bicara prabowo pada kasus ’98 [url=[youtube]O8V5iof-ruE[/youtube][/url] .
Lalu mengapa mereka, khususnya Fadli Zon selalu menyerang sistem ekonomi Indonesia? Padahal sudah dibuktikan diparagraf diatas bahwa sistem ekonomi kita sudah sesuai UUD 45, bukan Kapitalistik maupun Sosialistik. Jawabannya adalah (ini penilaian pribadi saya): Karena Fadli Zon ingin menjadikan Indonesia negara Sosialis (ekonomi sosialis). *dan tentunya juga merupakan keinginan Fahri Hamzah, karena anda tidak boleh lupa, FH, asalnya dari PKS, dan tentang PKS, sudah saya jelaskan di awal artikel.
Kenapa saya bisa mengatakan seperti itu? karena FH sudah dijelaskan di awal artikel ini, sekarang saya menjelaskan FZ dengan gambar-gambar...
Quote:
Quote:
Quote:
Sebagai penutup, saya punya quote dari panutan FZ.

-penulis: Jonathan-
Diubah oleh coburn 07-05-2018 17:03
0
2.7K
24


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan