- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Menyelamatkan Benteng Kalimantan
TS
setan.mati
Menyelamatkan Benteng Kalimantan
Quote:
Foto Oleh Prana Prayudha, National Geographic
Karst Sangkulirang-Mangkalihat di Kalimantan Timur membentang seluas 1.867.676 hektar, meliputi 111 Desa, 13 Kecamatan, dan 2 Kabupaten di Kalimantan Timur. Daerah ini menjadi tandon air yang menyokong kehidupan satwa, puspa, dan insan yang tinggal di sekitarnya. Karst ini juga menyimpan gambar cadas prasejarah, yang diklaim merupakan gambar cadas tertua di dunia berusia 50 ribu tahun. Ini menjadi bukti bahwa kawasan ini menyimpan rahasia sejarah umat manusia, yang bisa saja membuat kita menuliskan ulang sejarah nantinya. Meskipun begitu, kawasan ini belum sepenuhnya tersentuh oleh penelitian. Selain itu, perambahan hutan dan pertambangan juga sedang mengancam kawasan ini
Keanekaragaman Hayati yang tak terlindungi
Kawasan Sangkulirang-Mangkalihat bukan hanya soal gambar cadas yang sering diberitakan. Kawasan ini menjadi rumah bagi beberapa spesies endemik. Rondang Siregar, seorang ahli biologi di Universitas Indonesia mengatakan bahwa dia melihat hewan-hewan seperti ikan buta, kelelawar langka, burung walet hitam dan putih di kawasan ini. Menurutnya, kawasan ini juga jadi tempat pengungsian bagi para orangutan yang kabur dari kebakaran hutan yang terjadi pada tahun-tahun El Niño. Kawasan ini juga dikabarkan sebagai Pusat Populasi Walet Terbesar di Dunia.
Matthew Struebig, seorang ahli ekologi tropis di Durrell Institute of Conservation and Ecology, University of Kent mengatakan bahwa keanekaragaman kelelawar di kawasan tersebut lebih tinggi dibandingkan kawasan manapun di Asia Tenggara. Dia menganggap jumlah kelelawar yang ada di kawasan tersebut cukup mengesankan. “Beberapa gua di kawasan sangkulirang menyokong populasi beberapa ratus, jika tidak jutaan ekor individual.” katanya (Clements et al. 2006)
"Di tempat lain di Borneo, sistem batu gamping penting seperti itu dilindungi,” Kata Struebig. “Sangat menyedihkan dan mengejutkan bahwa karst Sangkulirang, yang mungkin lebih penting secara kultural dan lingkungan, masih belum terlindungi.” lanjutnya
Ancaman Ekonomi Jangka Pendek
Pemanfaatan kayu dan pembukaan lahan sawit oleh para pemodal besar telah membuat banyak hutan di kawasan ini mulai menghilang. Ekspoitasi kayu hitam dan sarang walet yang berlebihan oleh warga setempat juga memperburuk situasi tersebut. Pariwisata yang tak ramah lingkungan juga ikut andil dalam situasi tersebut. Bahkan, ancaman tersebut bisa bertambah lagi jika pemerintah menyetujui pembukaan pabrik semen. Hal ini mengakibatkan ragam spesies penting ekosisitem karst dan kelestarian gambar cadas berusia puluhan ribu tahun terancam musnah.
Padahal, kawasan karst ini juga menyimpan potensi ekonomi jangka panjang. Salah satunya adalah pemanfaatan sarang wallet yang jika dilakukan secara optimal, bisa terus menghasilkan secara berkelanjutan tanpa menimbulkan efek negatif yang lain. Ekowisata yang ramah lingkungan dan berkelanjutan juga bisa menambah nilai ekonomi kawasan ini bila dikelola dengan baik.
Dibutuhkannya Perlindungan dan Penelitian Lebih Lanjut
Karst Sangkulirang sudah bertahun-tahun masuk dalam tentative list warisan dunia oleh UNESCO. Namun, nampaknya status tersebut masih belum cukup untuk melindungi kawasan ini dari berbagai ancaman yang bisa saja datang. Upaya memasukkan kawasan ini ke dalam permanent list warisan dunia UNESCO masih diperjuangkan. Jika masuk ke dalam situs warisan dunia, situs ini akan menjadi situs ke tiga di Pulau Kalimantan yang menjadi warisan dunia, dan akan menjadi satu-satunya situs yang menyimpan misteri prasejarah umat manusia.
"Gua-gua tersebut harus diberikan status situs warisan dunia sehingga jejak kegiatan manusia yang ada di dalamnya dapat terus memberi kesaksian tentang sejarah migrasi manusia di kawasan itu," kata Pak Made Kusumajaya, kepala Badan Konservasi dan Museum Nasional. "Ini adalah sejarah migrasi yang telah membentuk budaya, keyakinan, dan tradisi kami." lanjutnya.
Selain perlindungan, penelitian lebih lanjut juga nampaknya perlu dilakukan di wilayah ini, supaya pemanfaatan dan perlindungannya lebih maksimal. Penelitian mengenai keanekaragaman hayati, hidrologi, dan arkeologi masih minim di kawasan yang menyimpan banyak misteri ini.
(Johan Herdi Putra)
SUMUR
Clements, Reuben, Navjot S. Sodhi, Menno Schilthuizen, and Peter K. L. Ng. 2006. “Limestone Karsts of Southeast Asia: Imperiled Arks of Biodiversity.” Bioscience56 (9): 733.
Katarzyna Nowak. 2015. “A Race to Save Ancient Human Secrets in Borneo”. National Geographic. https://news.nationalgeographic.com/2015/11/151110-borneo-indonesia-karst-archaeology-caves-rock-art/
Kholish Chered. 2011. “Karst Kutim Pusat Populasi Walet Terbesar di Dunia”. Tribun News. http://www.tribunnews.com/regional/2011/12/22/karst-kutim-pusat-populasi-walet-terbesar-di-dunia
0
11.5K
81
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan