- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
[Generasi Inspirasi] Fikri, Pengajar Muda di Sekolah Khusus Tunanetra


TS
indahaira
[Generasi Inspirasi] Fikri, Pengajar Muda di Sekolah Khusus Tunanetra
----------------------------------------------------------------------
"Jangan mati sebelum berarti."
-----------------------------------------------------------------------
Begitulah motto hidup cowok muda yang akrab disapa Fikri ini. Suatu pagi di wilayah Serpong, agak jauh dari hiruk pikuk kota, suara riang siswa siswi sambil membaca Al-Qur'an Braille, dan ketukan tongkat tunanetra, mendominasi suara pagi itu. Keriangan mereka, mewarnai nuansa asri dan damai area lingkungan tempat dimana tim Generasi Inspirasi menghampiri Fikri bekerja, yaitu di sekolah khusus untuk tunanetra.
Di usianya yang masih muda, Fikri sudah ajeg pada jalan hidupnya, yaitu mengajar dan mengabdikan ilmunya untuk membina anak-anak tunanetra menjadi hidup mandiri dan berkeahlian di masa depan.
Inilah sosok Generasi Inspirasi kita minggu ini:
![[Generasi Inspirasi] Fikri, Pengajar Muda di Sekolah Khusus Tunanetra](https://s.kaskus.id/images/2018/05/02/10043058_20180502024719.jpg)
Kharisma Fikri Mahardian, Fikri, 24 Tahun
Pengajar di Sekolah Khusus Islam Terpadu Yayasan Raudlatul Makfufin
Di Yayasan Raudlatul Makfufin yang bertempat di Serpong, Tangerang Selatan ini, Fikri mengajar untuk Pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan, Orientasi Mobilitas Sosial Komunikasi dan Pramuka.
Ini dia wawancara tim Generasi Inspirasi dengan anak muda yang menginspirasi ini:
------
Q: Basic kuliah jurusannya apa dan sampai bisa mengajar di sini gimana sih ceritanya?
Fikri: Kuliahnya di jurusan pendidikan luar biasa di Universitas Negeri Jakarta, masuk angkatan 2012 lulus tahun 2017.
Q: Kenapa memilih jurusan PLB dari awal?
Lumayan panjang, tapi ya tidak ada kata kecebur atau terjebak, gitu kan banyak yang kayak gitu. Dulu sih mulai dari SMA udah mulai masuk ke penghujungnya kan nih, mau masuk kuliah, nah terus mau masuk kuliah bingung mau masuk jurusan apa. Akhirnya masuklah ke ruang BK. Ruang BK tanya-tanya sama guru BK di situ, terus dikasih sebuah buku, buku itu tulisannya jurusan-jurusan program studi yang ada di berbagai universitas negeri di Indonesia. Nah udah di halaman per halaman dibuka, kurang..masih belum menemukan sesuatu yang kena gitu kan, pas lagi liat tuh jurusan Pendidikan Luar Biasa, saya tanya langsung sama guru saya,
"Oh ini Pendidikan Luar Biasa nanti jadi Guru SLB, Bu?"
"Iya jadi guru SLB," kata guru saya.
"Oh ada jurusan khususnya ya? Saya pikir gak ada gitu,"
"Ya ada Fik, jurusannya."
Yaudah udah saya coba tetepin "ah mau ini, nih mau jurusan ini,"
Nah terus konsultasi ke orangtua dan juga sebenarnya lingkungan saya pun gak terlalu jauh dengan 'dunia ini', kan ayah saya kerjanya memang fotokopi yah, tapi di ruang lingkup Direktorat PKLK (Pendidikan Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus), jadi direktoratnya yang menaungi SLB se-Indonesia, tapi sebagai fotokopi aja. Kadang-kadang suka ada barang-barang gak terpakai atau yang sudah sedikit rusak, barang-barang, entah itu tongkat untuk tunanetra atau buku-buku keilmuan kadang kalo taruh gudang pun bisa dirusak atau dibakar dihanguskan. Nah sama ayah saya kadang suka dibawa, jadi gak terlalu asing sebenarnya. Tapi saya mikir lagi, "Oh ini kayak ada sejalan gitu, ditambah lagi saya semakin mantep lagi karena banyaknya kasus-kasus diskriminasi contohnya kata-kata 'Autis' buat bercanda. Sekarang pun belum lama 2 April ini ada Hari Kesadaran Autis Sedunia ya, jadi ya itu saya pun dulu pas lagi SMA ada buku tahunan sekolah ya, nah itu biasalah anak-anak remaja gitu ada angket-angket gitu kan ya, nah angket saya terautis karena saya suka banyak tingkah, bercanda. Ya mungkin gak bermaksud menghina dengan sebutan serius gitu ya, tapi itu kan juga masih dalam koridor bercanda, jadi itu gak pantes lah.
Q: Taunya dari mana sih tentang Taman Tunanetra Raudlatul Makfufin?
Jadi kalau kuliah kan udah semester-semester akhir ada praktik mengajar nah saya itu praktik mengajar di SLB di Jakarta, ada. Nah terus saya cukup dekat sama beberapa guru. Nah ada satu guru selepas saya praktik di sekolah itu nah guru itu hubungi saya bisa gak minta tolong jadi pendamping untuk membacakan ujian Paket C di Depok, gitu. Karena waktunya luang kan lagi berusaha mengerjakan skripsi nih, terus diajak gitu dan ada waktu luang "oke bisa," dan sesampai di tempat ujian bertemulah saya dengan Ketua Yayasan di Raudlatul Makfufin ini. Kebetulan orangnya di belakang saya. Nah itu bertemu yaudah kenal-kenal aja gitu kan, terus udah selepas ujian sudah. Selang beberapa minggu saya dihubungi sama Ketua Yayasan Raudlatul Makfufin ini Pakde Ismail, kalau mau ada Pelatihan Al-Qur'an Braille di Jawa Timur terus butuh pendamping untuk bantu mobilitas untuk kesananya dan selama acara juga. Akhirnya karena saya masih ada waktu gitu kan skripsinya juga belum serius-serius banget selesainya, jadi oke deh berangkat bulan Mei 2016.
Selang beberapa minggu kemudian dihubungi lagi, karena mau ada pelatihan Al-Qur'an Braille lagi di Pesisir Selatan, Sumatera Barat sekitar 4 jam dari Padang. Karena masih punya waktu lagi, akhirnya berangkat lagi. Setelah acara selesai semakin kenal juga dengan yayasan ini dengan orang-orang di sini karena udah beberapa kali mampir, dan ternyata salah seorang pembina yayasan di sini itu juga guru salah satu SLB yang saya praktik. Nah karena di sini berencana buat sekolah, terus ketemu juga sama pembina yayasan ini yang juga sebagai guru di tempat saya praktik itu diajaklah saya "Fik, ini mau bikin sekolah nih, kamu di sini aja ya buat jadi guru di sini bantu temen-temen," Yaudah karena saya pikir saya kuliah ngambil pedalamannya tunanetra, praktik di sekolah tunanetra, ketemu baik itu tunanetra, dan di sini ada kesempatan saya untuk bisa mengabdikan diri di dunia tunanetra, akhirnya saya ngerasa sejalan saya pilih oke berangkat.
Q: Apa sih yang menggerakkan hati Mas Fikri hingga ingin berkecimpung di dunia tunanetra ini?
Kenapa saya mau mengabdi di sini karena kan selain sudah pilih background pendidikan, dan melihat banyaknya diskriminasi, banyak juga masih orientasi rasa kasihan ke temen-temen disabilitas di sini khususnya tunanetra, padahal harusnya kan orientasinya itu sudah berubah. Cara pandangnya stigmanya udah berubah harusnya temen-temen tunanetra ini bekerja di suatu perusahaan pun bukan karena rasa kasihan, tapi karena memang temen-temen ini punya kesempatan, mereka punya kemampuan. Kan berubah juga ya awalnya dulu namanya cacat jadi disabilitas kalo sesuai Undang-undang. Nah itu gak cuman sekedar kata aja tapi ada alasannya ada dasar pemikirannya seperti itu. Karena hal-hal itu saya berusaha buat bagaimana bisa teman-teman tunanetra di sini punya kemampuan punya daya juang jadi mereka ini bisa punya daya juanglah bisa mandiri dengan teman-teman yang lain, orang yang bisa melihat.
![[Generasi Inspirasi] Fikri, Pengajar Muda di Sekolah Khusus Tunanetra](https://s.kaskus.id/images/2018/05/02/10043058_20180502031732.jpg)
Foto: Fikri membimbing anak-anak tunanetra berjalan di jalan umum
Q: Sudah berapa lama Mas Fikri mengajar di sini?
Sekolah ini kan mulai ada dari tahun 2016 kalau untuk sekolah. Setelah semenjak itu ya saya berkecimpung di sini mengabdi di sini hampir dua tahun.
Q: Selama dua tahun itu ada gak sih pengalaman berkesan ngajar anak-anak ini?
Kalau yang berkesan semuanya sih untungnya berkesan ya, kalau jenuh-jenuh sedikit itu manusiawi yang namanya pekerjaan ada jenuh gitu kan, tapi ya jenuhnya jangan lama-lama, cari sesuatu yang bisa menghilangkan kejenuhan itu. Nah kesan-kesannya banyak yah, awalnya sebagai guru itu produk nyatanya itu adalah ya siswa, kemampuan siswa gitu kan. Ya kalau seorang teknisi bisa membuat kendaraan itu kan produknya, kalau seorang guru bagi saya produknya ini adalah manusia. Awalnya dia tidak bisa bagaimana cara makan yang benar, akhirnya bisa makan yang benar cara-caranya. Yang jalannya masih bingung kalau sendiri, mentalnya kurang terlatih saat berjalan di jalan raya. Awalnya gak bisa nyebrang di jalan raya akhirnya bisa nyebrang itu kan suatu kebanggaan yah. Ada kepuasan "Wah!" gitu kan. Ada rasa kayak gitu sih yang bikin kesannya ada semua.
Q: Ada tantangan gak atau hambatan yang ditemui di sini?
Kalau tantangan sebenarnya ya semuanya ada tantangannya. Kayak misalkan awalnya anaknya tuh bener-bener dari nol nih, maksudnya masuk sini bener-bener belum punya kemampuan yang baik masih agak sulit kemampuannya. Nah itu tantangannya luar biasa sih.
Ditambah lagi misalkan tantangannya itu kadang suka datang dari diri kita sendiri misalkan sedang lelah, misalkan ada tantangan lainnya lah, nah itu kan kadang yang bikin kita sulit ya. Lagi capek meski kadang suka naik emosinya meskipun gak harus dilampiaskan tapi itu juga sedikit mengganggu jadi tantangan juga sih.
Q: Gimana caranya Mas Fikri untuk balance biar refresh dari jenuh bekerja?
Kadang suka melakukan hobi juga, atau ya sederhana sih kadang suka ngobrol sama teman-teman itu juga udah nge-refresh, diskusi sama temen-temen, jalan-jalan. Kadang suka jalan-jalan ke alam. Ada hobi mendaki juga tapi gak terlalu sering karena biayanya gak sedikit yah. Kadang olahraga juga, basket, badminton.
Q: Sudah berapa orang yang sudah Mas Fikri ajar?
Kalo siswa di sini kan ada 13, ada juga sih yang pernah les privat 3 orang.
Q: Gimana tanggapan Mas lihat orangtua percayakan anaknya kepada Mas Fikri?
Kalau tentang kepercayaan orangtua ya udah pasti senang ya. Kalau orangtua percaya sama saya berarti saya punya kemampuan dan dipercaya bisa mendidik anaknya. Tapi kan belum tentu juga ketika kita gak bisa nanganin suatu anak belum tentu anaknya atau pendidiknya yang kurang bagus. Tapi ada juga cocok-cocokan kadang suka gitu. Nah Alhamdulillah sih dari semua yang sudah saya pegang, cocok semua dan sudah punya perkembangan yang bisa dibanggakan lah.
Q: Gimana respon keluarga Mas Fikri, saat melihat Mas Fikri memilih jalur ini?
Respon orangtua bangga sih, walaupun memang agak sedikit berbeda dari kakak saya kerjanya apa, tapi bangga juga senang ketika anaknya bisa mempunyai pilihan berkarir berkarya di jalur pendidikan ini, pengabdian ilmunya untuk anak-anak berkebutuhan khusus.
Q: Siapa sih role model Mas Fikri selama ini?
Kalau role model sih saya juga pernah membaca tentang perjuangannya Ki Hadjar Dewantara untuk mengedepankan pendidikan yang sesuai dengan karakter bangsa. Dan pendidikan bagi Ki Hadjar ini adalah untuk kemerdekaan, jadi memerdekakan manusia. Sama di sini kan teman-teman disabilitas, anak-anak disabilitas tunanetra ini kan agar mereka menjadi manusia yang mandiri dan merdeka. Merdeka itu kan mandiri, gak ada tekanan dari sana sini. Ya kayak gitu sih jadi salah satu role model saya. Sebaik-baiknya manusia itu kan yang bermanfaat bagi orang lain ya. Dan seperti yang tadi saya ucapkan juga, saya juga punya motto hidup. Ya mungkin saya belum sesukses yang anak-anak muda yang lain misalkan udah meraup keuntungan besar dari channel-channel Youtube-nya atau Instagramnya, atau gak usaha-usaha mereka. Tapi saya berusaha untuk bisa bermanfaat dengan cara saya.
Dan motto hidup saya pun sebisa mungkin bisa saya realisasikan. Motto hidup saya"Jangan mati sebelum berarti."
Saya ingin nanti mati saya pun saya gak mau jadi orang yang gak punya manfaat, atau yang hidup sekedar hidup.
Pengajar di Sekolah Khusus Islam Terpadu Yayasan Raudlatul Makfufin
Di Yayasan Raudlatul Makfufin yang bertempat di Serpong, Tangerang Selatan ini, Fikri mengajar untuk Pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan, Orientasi Mobilitas Sosial Komunikasi dan Pramuka.
Ini dia wawancara tim Generasi Inspirasi dengan anak muda yang menginspirasi ini:
------
Q: Basic kuliah jurusannya apa dan sampai bisa mengajar di sini gimana sih ceritanya?
Fikri: Kuliahnya di jurusan pendidikan luar biasa di Universitas Negeri Jakarta, masuk angkatan 2012 lulus tahun 2017.
Q: Kenapa memilih jurusan PLB dari awal?
Lumayan panjang, tapi ya tidak ada kata kecebur atau terjebak, gitu kan banyak yang kayak gitu. Dulu sih mulai dari SMA udah mulai masuk ke penghujungnya kan nih, mau masuk kuliah, nah terus mau masuk kuliah bingung mau masuk jurusan apa. Akhirnya masuklah ke ruang BK. Ruang BK tanya-tanya sama guru BK di situ, terus dikasih sebuah buku, buku itu tulisannya jurusan-jurusan program studi yang ada di berbagai universitas negeri di Indonesia. Nah udah di halaman per halaman dibuka, kurang..masih belum menemukan sesuatu yang kena gitu kan, pas lagi liat tuh jurusan Pendidikan Luar Biasa, saya tanya langsung sama guru saya,
"Oh ini Pendidikan Luar Biasa nanti jadi Guru SLB, Bu?"
"Iya jadi guru SLB," kata guru saya.
"Oh ada jurusan khususnya ya? Saya pikir gak ada gitu,"
"Ya ada Fik, jurusannya."
Yaudah udah saya coba tetepin "ah mau ini, nih mau jurusan ini,"
Nah terus konsultasi ke orangtua dan juga sebenarnya lingkungan saya pun gak terlalu jauh dengan 'dunia ini', kan ayah saya kerjanya memang fotokopi yah, tapi di ruang lingkup Direktorat PKLK (Pendidikan Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus), jadi direktoratnya yang menaungi SLB se-Indonesia, tapi sebagai fotokopi aja. Kadang-kadang suka ada barang-barang gak terpakai atau yang sudah sedikit rusak, barang-barang, entah itu tongkat untuk tunanetra atau buku-buku keilmuan kadang kalo taruh gudang pun bisa dirusak atau dibakar dihanguskan. Nah sama ayah saya kadang suka dibawa, jadi gak terlalu asing sebenarnya. Tapi saya mikir lagi, "Oh ini kayak ada sejalan gitu, ditambah lagi saya semakin mantep lagi karena banyaknya kasus-kasus diskriminasi contohnya kata-kata 'Autis' buat bercanda. Sekarang pun belum lama 2 April ini ada Hari Kesadaran Autis Sedunia ya, jadi ya itu saya pun dulu pas lagi SMA ada buku tahunan sekolah ya, nah itu biasalah anak-anak remaja gitu ada angket-angket gitu kan ya, nah angket saya terautis karena saya suka banyak tingkah, bercanda. Ya mungkin gak bermaksud menghina dengan sebutan serius gitu ya, tapi itu kan juga masih dalam koridor bercanda, jadi itu gak pantes lah.
Q: Taunya dari mana sih tentang Taman Tunanetra Raudlatul Makfufin?
Jadi kalau kuliah kan udah semester-semester akhir ada praktik mengajar nah saya itu praktik mengajar di SLB di Jakarta, ada. Nah terus saya cukup dekat sama beberapa guru. Nah ada satu guru selepas saya praktik di sekolah itu nah guru itu hubungi saya bisa gak minta tolong jadi pendamping untuk membacakan ujian Paket C di Depok, gitu. Karena waktunya luang kan lagi berusaha mengerjakan skripsi nih, terus diajak gitu dan ada waktu luang "oke bisa," dan sesampai di tempat ujian bertemulah saya dengan Ketua Yayasan di Raudlatul Makfufin ini. Kebetulan orangnya di belakang saya. Nah itu bertemu yaudah kenal-kenal aja gitu kan, terus udah selepas ujian sudah. Selang beberapa minggu saya dihubungi sama Ketua Yayasan Raudlatul Makfufin ini Pakde Ismail, kalau mau ada Pelatihan Al-Qur'an Braille di Jawa Timur terus butuh pendamping untuk bantu mobilitas untuk kesananya dan selama acara juga. Akhirnya karena saya masih ada waktu gitu kan skripsinya juga belum serius-serius banget selesainya, jadi oke deh berangkat bulan Mei 2016.
Selang beberapa minggu kemudian dihubungi lagi, karena mau ada pelatihan Al-Qur'an Braille lagi di Pesisir Selatan, Sumatera Barat sekitar 4 jam dari Padang. Karena masih punya waktu lagi, akhirnya berangkat lagi. Setelah acara selesai semakin kenal juga dengan yayasan ini dengan orang-orang di sini karena udah beberapa kali mampir, dan ternyata salah seorang pembina yayasan di sini itu juga guru salah satu SLB yang saya praktik. Nah karena di sini berencana buat sekolah, terus ketemu juga sama pembina yayasan ini yang juga sebagai guru di tempat saya praktik itu diajaklah saya "Fik, ini mau bikin sekolah nih, kamu di sini aja ya buat jadi guru di sini bantu temen-temen," Yaudah karena saya pikir saya kuliah ngambil pedalamannya tunanetra, praktik di sekolah tunanetra, ketemu baik itu tunanetra, dan di sini ada kesempatan saya untuk bisa mengabdikan diri di dunia tunanetra, akhirnya saya ngerasa sejalan saya pilih oke berangkat.
Q: Apa sih yang menggerakkan hati Mas Fikri hingga ingin berkecimpung di dunia tunanetra ini?
Kenapa saya mau mengabdi di sini karena kan selain sudah pilih background pendidikan, dan melihat banyaknya diskriminasi, banyak juga masih orientasi rasa kasihan ke temen-temen disabilitas di sini khususnya tunanetra, padahal harusnya kan orientasinya itu sudah berubah. Cara pandangnya stigmanya udah berubah harusnya temen-temen tunanetra ini bekerja di suatu perusahaan pun bukan karena rasa kasihan, tapi karena memang temen-temen ini punya kesempatan, mereka punya kemampuan. Kan berubah juga ya awalnya dulu namanya cacat jadi disabilitas kalo sesuai Undang-undang. Nah itu gak cuman sekedar kata aja tapi ada alasannya ada dasar pemikirannya seperti itu. Karena hal-hal itu saya berusaha buat bagaimana bisa teman-teman tunanetra di sini punya kemampuan punya daya juang jadi mereka ini bisa punya daya juanglah bisa mandiri dengan teman-teman yang lain, orang yang bisa melihat.
![[Generasi Inspirasi] Fikri, Pengajar Muda di Sekolah Khusus Tunanetra](https://s.kaskus.id/images/2018/05/02/10043058_20180502031732.jpg)
Foto: Fikri membimbing anak-anak tunanetra berjalan di jalan umum
Q: Sudah berapa lama Mas Fikri mengajar di sini?
Sekolah ini kan mulai ada dari tahun 2016 kalau untuk sekolah. Setelah semenjak itu ya saya berkecimpung di sini mengabdi di sini hampir dua tahun.
Q: Selama dua tahun itu ada gak sih pengalaman berkesan ngajar anak-anak ini?
Kalau yang berkesan semuanya sih untungnya berkesan ya, kalau jenuh-jenuh sedikit itu manusiawi yang namanya pekerjaan ada jenuh gitu kan, tapi ya jenuhnya jangan lama-lama, cari sesuatu yang bisa menghilangkan kejenuhan itu. Nah kesan-kesannya banyak yah, awalnya sebagai guru itu produk nyatanya itu adalah ya siswa, kemampuan siswa gitu kan. Ya kalau seorang teknisi bisa membuat kendaraan itu kan produknya, kalau seorang guru bagi saya produknya ini adalah manusia. Awalnya dia tidak bisa bagaimana cara makan yang benar, akhirnya bisa makan yang benar cara-caranya. Yang jalannya masih bingung kalau sendiri, mentalnya kurang terlatih saat berjalan di jalan raya. Awalnya gak bisa nyebrang di jalan raya akhirnya bisa nyebrang itu kan suatu kebanggaan yah. Ada kepuasan "Wah!" gitu kan. Ada rasa kayak gitu sih yang bikin kesannya ada semua.
Q: Ada tantangan gak atau hambatan yang ditemui di sini?
Kalau tantangan sebenarnya ya semuanya ada tantangannya. Kayak misalkan awalnya anaknya tuh bener-bener dari nol nih, maksudnya masuk sini bener-bener belum punya kemampuan yang baik masih agak sulit kemampuannya. Nah itu tantangannya luar biasa sih.
Ditambah lagi misalkan tantangannya itu kadang suka datang dari diri kita sendiri misalkan sedang lelah, misalkan ada tantangan lainnya lah, nah itu kan kadang yang bikin kita sulit ya. Lagi capek meski kadang suka naik emosinya meskipun gak harus dilampiaskan tapi itu juga sedikit mengganggu jadi tantangan juga sih.
Q: Gimana caranya Mas Fikri untuk balance biar refresh dari jenuh bekerja?
Kadang suka melakukan hobi juga, atau ya sederhana sih kadang suka ngobrol sama teman-teman itu juga udah nge-refresh, diskusi sama temen-temen, jalan-jalan. Kadang suka jalan-jalan ke alam. Ada hobi mendaki juga tapi gak terlalu sering karena biayanya gak sedikit yah. Kadang olahraga juga, basket, badminton.
Q: Sudah berapa orang yang sudah Mas Fikri ajar?
Kalo siswa di sini kan ada 13, ada juga sih yang pernah les privat 3 orang.
Q: Gimana tanggapan Mas lihat orangtua percayakan anaknya kepada Mas Fikri?
Kalau tentang kepercayaan orangtua ya udah pasti senang ya. Kalau orangtua percaya sama saya berarti saya punya kemampuan dan dipercaya bisa mendidik anaknya. Tapi kan belum tentu juga ketika kita gak bisa nanganin suatu anak belum tentu anaknya atau pendidiknya yang kurang bagus. Tapi ada juga cocok-cocokan kadang suka gitu. Nah Alhamdulillah sih dari semua yang sudah saya pegang, cocok semua dan sudah punya perkembangan yang bisa dibanggakan lah.
Q: Gimana respon keluarga Mas Fikri, saat melihat Mas Fikri memilih jalur ini?
Respon orangtua bangga sih, walaupun memang agak sedikit berbeda dari kakak saya kerjanya apa, tapi bangga juga senang ketika anaknya bisa mempunyai pilihan berkarir berkarya di jalur pendidikan ini, pengabdian ilmunya untuk anak-anak berkebutuhan khusus.
Q: Siapa sih role model Mas Fikri selama ini?
Kalau role model sih saya juga pernah membaca tentang perjuangannya Ki Hadjar Dewantara untuk mengedepankan pendidikan yang sesuai dengan karakter bangsa. Dan pendidikan bagi Ki Hadjar ini adalah untuk kemerdekaan, jadi memerdekakan manusia. Sama di sini kan teman-teman disabilitas, anak-anak disabilitas tunanetra ini kan agar mereka menjadi manusia yang mandiri dan merdeka. Merdeka itu kan mandiri, gak ada tekanan dari sana sini. Ya kayak gitu sih jadi salah satu role model saya. Sebaik-baiknya manusia itu kan yang bermanfaat bagi orang lain ya. Dan seperti yang tadi saya ucapkan juga, saya juga punya motto hidup. Ya mungkin saya belum sesukses yang anak-anak muda yang lain misalkan udah meraup keuntungan besar dari channel-channel Youtube-nya atau Instagramnya, atau gak usaha-usaha mereka. Tapi saya berusaha untuk bisa bermanfaat dengan cara saya.
Dan motto hidup saya pun sebisa mungkin bisa saya realisasikan. Motto hidup saya"Jangan mati sebelum berarti."
Saya ingin nanti mati saya pun saya gak mau jadi orang yang gak punya manfaat, atau yang hidup sekedar hidup.

Diubah oleh KaskusKreator 02-05-2018 11:50
0
3.2K
27


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan