- Beranda
- Komunitas
- News
- Sejarah & Xenology
La Marseillaise "Minyak" Revolusi Prancis


TS
liamonters
La Marseillaise "Minyak" Revolusi Prancis

Kebebasan untuk rakyat "Eugène Delacroix"
Pada tahun 1792, dengung revolusi yang menyala di Paris telah melanda keseluruh pelosok negara. Semangat revolusi dan kemarahan rakyat untuk melawan monarki telah mencapai puncaknya. Pasukan asing membayangi perbatasan dan mengancam untuk menekan suara-suara revolusi tersebut. Pada saat situasi seperti itu, pada malam-malam sebelum badai invansi tiba, seorang tentara biasa menulis sebuah lagu yang menjadi kekuatan besar untuk inspirasi revolusi, lagu itu kelak akan dikenal sebagai La Marseillaise.
Spoiler for Demam Revolusi pasca penyerbuan Bastille:
Revolusi dan dampaknya
Peristiwa besar yang mengarah pada penciptaan lagu revolusioner itu dipenuhi oleh hiruk pikuk Revolusi Prancis. Orang-orang Prancis telah menyerbu penjara Bastille pada bulan Juli 1789 dan pada bulan Agustus 1789 deklarasi Hak-hak Manusia dan Warga Negara dibuat, dan pada bulan Oktober 1789 massa yang marah dari Paris menyerang Istana Versailles, secara paksa menawan keluarga Kerajaan ke Tuileries Palace. Majelis Konstituante Nasional yang dibentuk pada bulan Juli 1789 merupakan salah satu upaya kompromi antara kekuasaan eksekutif dan legislatif bersama antara Raja dan majelis. Tetapi peraturannya tidak berumur panjang, karena Louis XVI, adalah seorang penguasa yang lemah dan atas perintah penasihat aristokratnya, cenderung untuk mengabaikan reformasi dan berbagi pemerintahan dengan otoritas baru.

Penangkapan Louis XVI dan keluarganya di rumah registrar paspor, di Varennes pada bulan Juni, 1791, oleh seniman Thomas Falcon Marshall
Rencana Louis untuk melarikan diri dari Paris dengan cara menyamar bersama dengan ratu Marie Antoinette dan anak-anaknya pada bulan Juni 1791 digagalkan, dia ditangkap di Varennes dan dibawa kembali ke Paris. Tindakan ini semakin membawa bencana kepada pihak kerajaan Prancis yang dipandang sebagai sebuah bentuk pengkhianatan dan hasilnya semakin mengikis kesetiaan orang-orang kepada monarki sehingga membuka jalan bagi kaum radikal untuk menyebarkan ide untuk menghapusan monarki dan memperjuangkan pembentukan Republik.
Sejak saat itu, keluarga Raja berada di bawah kekuasaan Majelis Legislatif yang menggantikan Majelis Konstituante pada bulan September 1791. Satu-satunya harapannya saat itu adalah berharap kepada intervensi asing. Sementara itu di luar Prancis, ide-ide revolusi semakin menarik simpati orang-orang di negara-negara tetangga yang ingin melihat perubahan dalam rezim monarki absolut. Kaum kontra-revolusioner, yang sebagian besar terdiri dari kaum royalis yang telah melarikan diri dari Prancis, menjangkau para penguasa di Eropa untuk meminta bantuan. Para penguasa yang pada mulanya acuh tak acuh terhadap situasi eksplosif di Prancis, baru kemudian bersikap was-was hingga akhirnya mereka khawatir ketika Majelis di Prancis mendeklarasikan prinsip revolusioner untuk hukum internasional, yang menyatakan bahwa rakyat memiliki hak untuk menentukan nasib mereka sendiri.
Spoiler for History Background dari La Marseillaise:
Sejarah terciptanya lagu La Marseillaise

The Marseillais volunteers departing, sculpted on the Arc de Triomphe
Saudara laki-laki Marie Antoinette, Raja Austria sekaligus Kaisar Romawi Suci Leopold II, ingin sekali datang untuk menyelamatkan saudari perempuan dan saudara iparnya. Dia mengumpulkan Raja Prusia dan bersama-sama mengeluarkan Deklarasi Pillnitz pada Agustus 1791, menyerukan kepada penguasa lain untuk berkerja sama dan dengan paksa mengembalikan Raja Louis XVI ke atas tahtanya. Prusia dan Austria membentuk aliansi pertahanan pada Februari 1792. Louis sendiri Berharap agar pasukan asing akan menyelamatkan dia, namun di bawah tekanan dari Majelis, Louis setuju untuk memberikan persetujuannya pada kebijakan yang lebih agresif. Dengan suasana politik yang berantakan, Prancis menyatakan perang terhadap monarki Habsburg Austria pada tanggal 20 April 1792. Prussia bergabung dengan Austria dan dalam beberapa minggu kemudian, pasukan sudah disiapkan.
Claude Joseph Rouget de Lisle adalah seorang tentara muda di pasukan Prancis yang bermarkas di Strasbourg . Dia menyukai musik dan drama dan memiliki bakat dalam puisi dan tulisan. Pada tanggal 25 April 1792, dia hadir di sebuah perjamuan yang diselenggarakan oleh Walikota Strasbourg. Diskusi dilakukan dengan cepat dengan pembahasan yang berpusat pada perang serta ancaman invasi asing yang akan segera dilakukan oleh koalisi kekuatan asing, mereka juga membutuhkan sesuatu yang dapat membangkitkan semangat untuk melawan invansi tersebut seperti lagu patriotik untuk membangkitkan orang-orang dalam perjuangan membela tanah air. Rouget de Lisle lalu pergi ke penginapannya malam itu dan dengan biolanya sambil sedikit mabuk, dia menyusun sebuah lirik dan melodi lagu yang menurut cerita saat itu selesai hanya dalam satu jam dan diberi judul “Le Chant de Guerre de l'Armée du Rhine (lagu perang untuk Tentara Rhine). Invansi Prussia-Austria sendiri dapat dihalau beberapa hari kemudian.

Rouget de Lisle, chantant la Marseillaise oleh seniman Isidore Pils
Pasukan dari Marseille(Tenggara Prancis) berderap menuju kota Paris untuk berperang. Seorang pemuda bernama François Mireur yang sebelumnya telah mengetahui lagu tersebut, menyanyikannya dengan penuh semangat saat ia bergabung dengan para prajurit dari Marseille. Saat itulah, para prajurit tersebut mendengar dan merasakan semangat nasionalisme yang tinggi dari lagu Le Chant de Guerre pour l’Armée du Rhin. Mereka pun menirukannya bernyanyi sepanjang perjalanan ke kota Paris. Sesampainya di kota tujuan, penduduk Paris pun mendengar lagu yang dikumandangkan. Mereka turut menyanyikan lagu tersebut, dan memberi judul “La Marseillaise”, sesuai dengan tempat para prajurit berasal. La Marseillaise segera menjadi lebih dikenal oleh penduduk Paris, lalu menyebar hampir ke seluruh pelosok daerah Prancis.

La Marseillas Marching
Spoiler for Muatan Lagu La Marseillaise:
Muatan La Marseillaise
Lagu dengan lirik yang kuat dan melodi yang membangkitkan semangat itu ditulis sebagai seruan untuk memobilisasi orang-orang melawan tirani dan invasi dari Austria. Chorus yang terkenal mengatakan “ Aux Armes Citoyens, formez vos bataillons! Marchson, marson! Qu'un sang impur, abreuve nos sillons! ”( Angkat senjata, warga, bentuk batalyon Anda! Baris, berbaris! Mari kita menyiram ladang kita dengan darah kotor mereka.)lirik ini segera membangkitkan imajinasi orang-orang. Lagu ini pertama kali tersebar saat dinyanyikan oleh sukarelawan muda (fédéré), François Mireur, pada sebuah pertemuan di Marseille di mana kaum revolusioner sedang mempersiapkan pawai ke Tuileries Palace di Paris. Lagu itu menginspirasi pasukan dan mereka memutuskan untuk menggunakannya sebagai lagu marching mereka. Ketika mereka mencapai Paris pada tanggal 30 Juli 1792, mereka masuk kekota dengan lagu yang membangkitkan semangat itu sehingga sontak bagaikan listrik yang menyebar dan membangkitkan semangat seibukota, lalu kemudian lagu itu menjadi lebih dikenal sebagai "La Marseillaise."

Lyric lagu La Marseillaise
"La Marseillaise" menjadi lagu yang populer dengan tema revolusi. Di wilayah Alsace di mana bahasa Jerman secara luas diucapkan, muncul versi Jermannya ("Auf, Brüder, auf dem Tag entgegen") dirilis pada Oktober 1792. Lagu ini dinyatakan sebagai lagu kebangsaan dalam sebuah surat keputusan yang disahkan pada tanggal 14 Juli 1795, sehingga lagu ini menjadi lagu kebangsaan Prancis yang pertama. Di Rusia, lagu ini juga digunakan sebagai lagu kebangsaan oleh mereka yang tahu bahasa Prancis dan digunakan sebagai lagu tidak resmi setelah revolusi 1917. Lagu aslinya memiliki enam ayat (yang ketujuh adalah tambahan), namun, dalam praktik umum, hanya bait pertama dan keenam yang dinyanyikan.
Spoiler for La Marseillaise hari ini:
La Marseillaise hari ini

La Marseillase dikumandangkan saat pertandingan sepak bola di stadion Wembley setelah Paris Terror beberapa waktu lalu
"La Marseillaise", bagaimanapun memiliki kontroversi sejak awal. Interpretasi lirik bervariasi dari waktu ke waktu. Kadangkala diwaktu tertentu dianggap sebagai anarkis dan bahkan rasis. Kata-kata kontroversial " Sang Impur" telah dianggap merujuk pada keinginan untuk melakukan "pembersihan" kepada orang-orang dengan garis keturunan Perancis yang tidak murni. Interpretasi modern dari lagu tersebut sering dikaitkan dengan warisan kolonial Perancis. Pada waktu tertentu sering dianggap tidak nyaman dan tidak pantas, banyak pula yang menyerukan untuk dilakukan revisi terhadap lirik-liriknya. Dalam beberapa minggu setelah ditulis, komposernya De Lisle, dijebloskan ke penjara karena dicurigai sebagai seorang royalis. Lagu itu dilarang oleh Napoleon Bonaparte selama era Kekaisaran dan oleh Louis XVIII selama Pemulihan Kedua (1815) karena akar revolusionernya. Revolusi Juli 1830 mengembalikan lagu itu, tetapi lagi-lagi dilarang oleh Napoleon III, kemudian dipulihkan lagi sebagai lagu kebangsaan pada tahun 1879 hingga sekarang.

Sebagai buntut dari serangan teroris di Perancis, lagu itu kembali memiliki identitas baru dan terbukti masih relevan dan kuat untuk membangkitkan semangat orang-orang, karena jutaan orang di seluruh dunia menunjukkan solidaritas dengan Perancis dengan menyanyikan "La Marseillaise" . Hal ini, seperti yang ditunjukkan oleh sejarawan Simon Schama, sebuah "contoh keberanian dan solidaritas ketika menghadapi bahaya." Lagu ini di hari ini adalah simbol bagi Prancis, yang bersatu dengan dunia untuk memerangi bentuk baru dari tirani-terorisme.


Sumber
Sumber
0
14.8K
Kutip
87
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan