- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Hantu Itu Bernama Kematian


TS
stereobrain
Hantu Itu Bernama Kematian
Spoiler for HEADER:
Quote:



Quote:
Alkisah, ada sebuah kerajaan yang berada di bawah naungan gunung tinggi besar. Rakyatnya hidup bahagia dan sang Raja memimpin dengan bijaksana. Suatu hari datang seorang raksasa jauh dari ufuk timur, derap kaki kolosalnya menggetarkan seluruh kerajaan. Ia duduk bersila di puncak gunung.
Raksasa meminta tumbal, setiap tahunnya Raja harus memberi raksasa seratus rakyatnya untuk jadi santapan. Kalau permintaan raksasa tidak ditepati maka Raja dan semua rakyat yang dicintainya akan punah. Raja menyetujui dengan berat hati, tetapi sebagian dari tentara kerajaan tidak rela rakyat kerajaan dihabisi oleh raksasa. Diam-diam pada suatu malam berangkatlah tiga orang prajurit pemberani untuk membunuh si raksasa. Rupanya pedang dan tombak tidak cukup, raksasa terlalu sakti hanya dengan tusukan senjata besi mereka.
Ketika Raja mendengar kabar dari satu yang selamat dari terkaman raksasa mengenai kehebatan raksasa itu, ia bergidik sekaligus geram. Sesuatu yang sehebat itu tidak akan bisa dikalahkan begitu saja.
Beberapa tahun berlalu, kerajaan tidak lagi kaget mendengar akan ada yang dijadikan tumbal bagi raksasa. Kini teknologi berkembang dan sudah menjadi mafhum bagi semuanya jikalau tiap tahun ada saja yang dimakan oleh si raksasa. Raja pernah mencoba memberi raksasa hanya mereka yang sakit parah, tetapi disambut dengan erangan amarah, raksasa tidak mau hanya memakan pesakitan, raksasa ingin memakan berbagai macam jenis manusia.
Tahun itu, 20XX, beberapa ilmuwan, penyihir, dan insinyur kerajaan menemukan cara membunuh raksasa: suatu kombinasi zat kimia, ramuan magis, dan ketapel yang luar biasa besar akan meluncurkan semacam obat tidur kuat yang diharapkan bisa menidurkan raksasa selamanya.
Tetapi, semua itu hanya hitam di atas putih tanpa dana.
Para ilmuwan, penyihir, dan insinyur meminta Raja memberi mereka dana, namun rakyat merasa bahwa rencana itu tidak masuk akal. Rakyat merasa bahwa dimakan oleh raksasa adalah memang jalan terbaik dan tujuan hidup mereka. Rakyat kerajaan sudah pasrah menerima fakta bahwa raksasa akan memanggil nama mereka suatu hari nanti.
Maka Raja merasa berat hati memberi dana pada ilmuwan, penyihir, dan insinyur yang memiliki ide mulia membunuh raksasa. Membunuh raksasa berarti mengganggu siklus hidup yang sudah bertahun-tahun mereka jalani. Ketika siklus itu dipotong mereka semua akan kehilangan tujuan hidup mereka.
Raksasa itu hidup bahagia, dan rakyat pun dengan bahagia menumbalkan seratus orang tiap tahunnya.
Raksasa meminta tumbal, setiap tahunnya Raja harus memberi raksasa seratus rakyatnya untuk jadi santapan. Kalau permintaan raksasa tidak ditepati maka Raja dan semua rakyat yang dicintainya akan punah. Raja menyetujui dengan berat hati, tetapi sebagian dari tentara kerajaan tidak rela rakyat kerajaan dihabisi oleh raksasa. Diam-diam pada suatu malam berangkatlah tiga orang prajurit pemberani untuk membunuh si raksasa. Rupanya pedang dan tombak tidak cukup, raksasa terlalu sakti hanya dengan tusukan senjata besi mereka.
Ketika Raja mendengar kabar dari satu yang selamat dari terkaman raksasa mengenai kehebatan raksasa itu, ia bergidik sekaligus geram. Sesuatu yang sehebat itu tidak akan bisa dikalahkan begitu saja.
Beberapa tahun berlalu, kerajaan tidak lagi kaget mendengar akan ada yang dijadikan tumbal bagi raksasa. Kini teknologi berkembang dan sudah menjadi mafhum bagi semuanya jikalau tiap tahun ada saja yang dimakan oleh si raksasa. Raja pernah mencoba memberi raksasa hanya mereka yang sakit parah, tetapi disambut dengan erangan amarah, raksasa tidak mau hanya memakan pesakitan, raksasa ingin memakan berbagai macam jenis manusia.
Tahun itu, 20XX, beberapa ilmuwan, penyihir, dan insinyur kerajaan menemukan cara membunuh raksasa: suatu kombinasi zat kimia, ramuan magis, dan ketapel yang luar biasa besar akan meluncurkan semacam obat tidur kuat yang diharapkan bisa menidurkan raksasa selamanya.
Tetapi, semua itu hanya hitam di atas putih tanpa dana.
Para ilmuwan, penyihir, dan insinyur meminta Raja memberi mereka dana, namun rakyat merasa bahwa rencana itu tidak masuk akal. Rakyat merasa bahwa dimakan oleh raksasa adalah memang jalan terbaik dan tujuan hidup mereka. Rakyat kerajaan sudah pasrah menerima fakta bahwa raksasa akan memanggil nama mereka suatu hari nanti.
Maka Raja merasa berat hati memberi dana pada ilmuwan, penyihir, dan insinyur yang memiliki ide mulia membunuh raksasa. Membunuh raksasa berarti mengganggu siklus hidup yang sudah bertahun-tahun mereka jalani. Ketika siklus itu dipotong mereka semua akan kehilangan tujuan hidup mereka.
Raksasa itu hidup bahagia, dan rakyat pun dengan bahagia menumbalkan seratus orang tiap tahunnya.
Quote:
Apa kesimpulan serta moral yang bisa didapat dari cerita tadi?
Raksasa adalah kematian, dan kerajaan itu adalah umat manusia. Sejak sebelum peradaban muncul kita sudah kenal dengan konsep kematian, serta betapa "berbahaya" kematian itu. Kematian adalah hantu dan momok yang dijadikan alat sebagian manusia untuk menguasai manusia lainnya, ergo adanya hukuman mati dan perang.
Secara terang-terangan dan dalam studiyang dilaksanakan David Lester menyimpulkan bahwa kita semua merasakan kematian itu membawa perasaan anxiety tersendiri. Jika kita telusuri ketakutan kita terhadap kematian adalah manifestasi ketakutan kita terhadap ketidaktahuan dan ketidakpastian. Mungkin kita telah diajarkan di bangku sekolah khususnya pelajaran agama tentang apa yang terjadi ketika kita mati nanti, tetapi belum ada riset, publikasi, serta paper konkrit yang menjelaskan apa yang terjadi setelah jantung dan otak berhenti berfungsi.
Lebih tepatnya, apa yang akan kita rasakan.
Ketika hantu tersebut berjalan mengiringi kita setiap detiknya, kita hanya bisa pasrah. Perkataan "Selamat Ulang Tahun" berarti satu tahun menuju tahun kematian kita, dan pemikiran seperti itu sangat lumrah terjadi pada umat manusia. Kepasrahan kita ini sebenarnya berbanding terbalik dengan ketakutan yang kita rasakan. Kita merasa terancam dengan adanya kematian sekaligus merasa pasrah tidak ada yang dapat dilakukan untuk mencegahnya.
Sains dan teknologi sedang berjuang untuk menghapus hal tersebut. Mekanisme aging sedang diriset oleh ilmuwan seluruh dunia, namun hal seperti ini masih mendapat tentangan.
Umumnya kita merasa bahwa kematian itu adalah bagian dari hidup itu sendiri—kita hidup untuk mati. Namun dalam napas yang sama kita juga mengecam kematian ketika waktunya tiba.
Lalu ke mana thread ini akan membawa pemikiran itu?
Hantu bernama kematian ini adaah hantu yang muncul di zaman belum modern. Sekarang dengan adanya CRISPR kita sudah bisa "mendesain" bayi yang akan lahir. Ilmu pengetahuan akan sampai pada titik di mana kematian hanya akan menjadi suatu penyakit lawas, seperti halnya smallpox.
Sudah siapkah kita untuk hal seperti itu? Tentu kita harus menyiapkan diri
Mulai sekarang, kematian sudah sepantasnya tidak lagi dianggap sebagai suatu hal yang sakral, namun coba anggaplah kematian itu sebagai suatu penyakit yang bisa disembuhkan. Ketika obat untuk penyakit bernama kematian itu ditemukan, tidak ada lagi hantu bernama kematian, yang ada hanya penyakit bernama kematian yang punah.
Raksasa adalah kematian, dan kerajaan itu adalah umat manusia. Sejak sebelum peradaban muncul kita sudah kenal dengan konsep kematian, serta betapa "berbahaya" kematian itu. Kematian adalah hantu dan momok yang dijadikan alat sebagian manusia untuk menguasai manusia lainnya, ergo adanya hukuman mati dan perang.
Secara terang-terangan dan dalam studiyang dilaksanakan David Lester menyimpulkan bahwa kita semua merasakan kematian itu membawa perasaan anxiety tersendiri. Jika kita telusuri ketakutan kita terhadap kematian adalah manifestasi ketakutan kita terhadap ketidaktahuan dan ketidakpastian. Mungkin kita telah diajarkan di bangku sekolah khususnya pelajaran agama tentang apa yang terjadi ketika kita mati nanti, tetapi belum ada riset, publikasi, serta paper konkrit yang menjelaskan apa yang terjadi setelah jantung dan otak berhenti berfungsi.
Lebih tepatnya, apa yang akan kita rasakan.
Ketika hantu tersebut berjalan mengiringi kita setiap detiknya, kita hanya bisa pasrah. Perkataan "Selamat Ulang Tahun" berarti satu tahun menuju tahun kematian kita, dan pemikiran seperti itu sangat lumrah terjadi pada umat manusia. Kepasrahan kita ini sebenarnya berbanding terbalik dengan ketakutan yang kita rasakan. Kita merasa terancam dengan adanya kematian sekaligus merasa pasrah tidak ada yang dapat dilakukan untuk mencegahnya.
Sains dan teknologi sedang berjuang untuk menghapus hal tersebut. Mekanisme aging sedang diriset oleh ilmuwan seluruh dunia, namun hal seperti ini masih mendapat tentangan.
Umumnya kita merasa bahwa kematian itu adalah bagian dari hidup itu sendiri—kita hidup untuk mati. Namun dalam napas yang sama kita juga mengecam kematian ketika waktunya tiba.
Lalu ke mana thread ini akan membawa pemikiran itu?
Hantu bernama kematian ini adaah hantu yang muncul di zaman belum modern. Sekarang dengan adanya CRISPR kita sudah bisa "mendesain" bayi yang akan lahir. Ilmu pengetahuan akan sampai pada titik di mana kematian hanya akan menjadi suatu penyakit lawas, seperti halnya smallpox.
Sudah siapkah kita untuk hal seperti itu? Tentu kita harus menyiapkan diri
Mulai sekarang, kematian sudah sepantasnya tidak lagi dianggap sebagai suatu hal yang sakral, namun coba anggaplah kematian itu sebagai suatu penyakit yang bisa disembuhkan. Ketika obat untuk penyakit bernama kematian itu ditemukan, tidak ada lagi hantu bernama kematian, yang ada hanya penyakit bernama kematian yang punah.



tien212700 memberi reputasi
1
822
Kutip
10
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan