- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Berbhineka Dengan Melompati Pagar Rumah Orang Lain


TS
qomar.sunan
Berbhineka Dengan Melompati Pagar Rumah Orang Lain

Gerakan Nasional Jutaan Relawan Dukung Joko Widodo atau Jokowi membuat program antipolitisasi masjid. Program itu dilakukan melalui ceramah dan pengajian yang digelar relawan.
"Kami melakukan ceramah soal itu tiap ada pengajian relawan," kata koordinator gerakan, Sylver Matutina di Sarinah, Jakarta Pusat, Ahad, 22 April 2018. Relawan menggagas program ini untuk mengembalikan fungsi masjid (tempo)
Politisasi masjid mungkin tidak akan bermasalah kalau digunakan untuk mengkampanyekan Jokowi, dan akan berbeda nilainya apabila digunakan untuk mengkritisi dan menilai kebijakan pemerintah Jokowi yang tidak pro rakyat
Yang menarik dari isu anti politisasi masjid adalah melihat persoalan hanya dari sudut pandang satu agama yaitu Islam
Sementara kordinator gerakan yaitu sylver matutina adalah seorang beragama Katolik
Spoiler for katolik:
Ini berkaca pada soal agamaku adalah agamaku, agamamu adalah agamamu, janganlah sering lompati pagar rumah orang lain karena itu jelas menginjak nilai berbhineka dan Pancasila
Ditambah pemerintah saat ini dikenal dengan jargon jargon paling bhineka dan paling pancasilais
Kalau mengaku paling berbhineka dan paling pancasilais, maka janganlah lompati pagar rumah orang lain, karena pelakunya tak lebih maling kebhinekaan dan pencuri nilai pancasilais itu sendiri
Setiap rumah atau agama memiliki hak untuk berkehidupan berbangsa, bahkan dalam suatu masa, masjid menjadi tempat yang dipakai oleh para pejuang untuk merebut serta mempertahankan kemerdekaan RI
Politisasi masjid hanya sebutan yang biasa dipakai oleh kaum liberal barat yang kuatir dan takut akan kebangkitan kaum muslimin terhadap nasib bangsanya sendiri
Sebutan seperti politisasi masjid tak ubah untuk menciptakan labelisasi terhadap Islam itu sendiri sebagai agama penggerak perubahan
Dan biasanya yang anti serta menolak politisasi masjid, adalah pihak-pihak yang kuatir dan takut akan gerakan perubahan yang dimulai dari masjid
Masjid adalah tempat berkumpul umat Islam dimana ditempat tersebut bukan hanya soal agama yang dibicarakan, tetapi juga soal pendidikan, kehidupan termasuk soal berbangsa dan bernegara
Mencoba mengatur berarti ikut mencampuri urusan, dan itu ibarat melompati pagar rumah orang lain
Dan tidak ada yang mengkritisi politisasi gereja ketika pemilihan Ahok pada Pilgub DKI dahulu, umat Islam tidak ada yang membuat gerakan anti politisasi gereja
Spoiler for Politisasi Gereja & Biarawati:
Lalu mengapa saat ini, ada umat agama lain mencoba ikut-ikut mengatur agama Islam dengan melarang adanya politisasi masjid?
Itukah arti berbhineka dan sesuai nilai pancasilais?
Memberikan kebebasan bagi umat lain untuk ikut campur dan mengintervensi agama umat lainnya
Inilah bibit-bibit ketidakadilan yang akan merusak tatanan berbangsa dan bernegara, mendistorsi nilai asli keindonesiaan
Mengingat, ketika umat muslim mulai berani berbicara lalu diberi cap radikal dan anti bhineka
Lalu mengapa, hal itu berbeda ketika umat Islam justru menjadi target sasaran dan korban, dan semua diam seribu bahasa
Bahkan kaum liberalis dan orientalis yang biasa berteriak soal HAM dan segalanya tiba-tiba seolah hilang lenyap ditelan bumi
Standar ganda dan ketidakadilan itu selalu ditunjukkan dan dipertontonkan
Seperti saat ini, mencoba membungkam kebangkitan dan kesadaran umat Islam dengan menjual issue murahan anti politisasi masjid
Dan anehnya, hanya pada era pemerintahan saat ini, hal tersebut terjadi
Masih mau dua periode?

Sumber
0
3K
29


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan