Merdeka.com - Ribuan driver ojek online, GO-JEK dan Grab menggelar unjuk rasa di kantor DPRD Sumsel, Senin (23/4). Massa menuntut pihak aplikator memperbaiki sistem dan meningkatkan pendapatan.

Sebelum tiba di kantor anggota legislatif, massa unjuk rasa bertajuk aksi 234 Palembang menggelar long march dari beberapa titik. Mereka membawa spanduk dan baliho dengan beragam tulisan tuntutan.

Massa menyuarakan agar aplikator lebih memperhatikan kesejahteraan driver online. Mereka menilai aplikator lebih mengutamakan keuntungan sepihak.

Beberapa tuntutan massa di antaranya kenaikan tarif dari Rp 1.600 menjadi Rp 3.000 per kilometer, menurunkan performa dari 70 persen menjadi 40 persen, dan menyamaratakan tarif dari masing-masing aplikator.

Sejumlah orator mendesak pemerintah dan legislatif menjadi mediator mengatasi masalah ini. Sebab, mereka merasa hanya dianggap sapi perah oleh perusahaan penyedia jasa angkutan itu.

"Upah jasa kami tak lebih dari dua biji pempek kulit, kalau mati kecelakaan paling ditutupi koran. Mana kepedulian aplikator, kami dijadikan sapi perah," kata salah satu orator.

Koordinator lapangan aksi, Rusdi Singo, jika aplikator tidak merealisasikan tuntutan, mereka mengancam akan mundur karena pendapatan tak sesuai dengan kebutuhan rumah tangga. Belum lagi keperluan bahan bakar yang harga selalu naik.

"Nyawa kami hanya dihargai kurang dari tiga ribu rupiah. Ketika BBM naik, aplikator tidak bersuara, malah menurunkan tarif. Jika tidak dibenahi, kami akan mundur," ujarnya.

Sementara itu, Wakil Ketua DPRD Sumsel Chairul S Matdiah yang menerima massa berjanji akan segera memanggil manajemen Gojek dan Grab untuk menyelesaikan masalah ini. "Akan kita mediasi, kita panggil dua aplikator itu, kita undang manajemen dari Kak langsung," pungkasnya. [cob]

https://www.merdeka.com/peristiwa/dr...erusahaan.html