- Beranda
- Komunitas
- News
- Beritagar.id
Aceh tampung sementara puluhan pengungsi Rohingya


TS
BeritagarID
Aceh tampung sementara puluhan pengungsi Rohingya

Sejumlah Imigran Rohingya yang ditemukan terdampar diistirahatkan di Sanggar Kegiatan Belajar (SKB), Bireuen, Aceh, Jumat (20/4/2018).
Sekelompok nelayan Aceh berhasil menyelamatkan 79 warga etnis Rohingya yang terdampar di Pantai Kuala Raja, Kecamatan Kuala, Kabupaten Bireuen, Jumat (20/4/2018).
Kepala Kepolisian Resor Bireuen, AKBP Riza Yulianto mengatakan, pengungsi Rohingya yang diselamatkan ini terdiri dari 44 pria, 27 perempuan, dan delapan anak-anak.
Mereka dievakuasi dari sebuah kapal kayu penangkap ikan berbobot 10 GT yang diduga berangkat dari Myanmar sekitar dua pekan lalu.
"Informasi yang kita terima dari pemandu warga etnis Rohingya yang bisa berbahasa Melayu, mereka pertama datang ke Thailand tapi ditolak. Kemudian ke Malaysia, itu pun ditolak. Sehingga mereka terdampar ke Aceh," ucap Riza pada detikcom.
Setelah ditolak Malaysia, kapal yang mereka tumpangi pun terombang-ambing selama delapan hari di lautan lepas lantaran bahan bakar yang menipis.
Pada hari ke delapan itulah, mereka melihat sebuah kapal penangkap ikan dan memutuskan untuk mengikutinya.
Tak diduga kapal tersebut adalah milik nelayan Aceh. Oleh para nelayan, kapal pengungsi Rohingya ini pun digiring ke tepi pantai untuk kemudian dievakuasi.
Kepala Dinas Kesehatan Bireuen, Dr. Amir Addani dalam ANTARA mengatakan, nyaris seluruh pengungsi Rohingya tiba dengan kondisi kesehatan yang sangat lemah karena kekurangan cairan dan makanan.
Amir mengatakan, mereka yang tergolong parah diberi cairan infus agar kondisinya segera pulih, sementara yang kondisinya tak terlalu mengkhawatirkan diberi obat-obatan dan vitamin.
Para pengungsi untuk sementara ditampung di Gedung Sanggar Kegiatan Belajar (SKB), Cot Gapu Bireuen, sampai ada keputusan lebih lanjut tentang nasib mereka.
Selain memberikan bantuan medis, para pengungsi ini juga tengah didata identitasnya oleh tim UNHCR (Badan PBB yang mengurusi pengungsi) dan tim IOM (Organisasi Internasional untuk Pengungsi).
Salah satu pengungsi Rohingya yang berbahasa Melayu, Muhammad Rifai (42), kepada BBC Indonesia bercerita, konflik yang terjadi di Rakhine, Myanmar, membuat mereka tak sanggup lagi bertahan dan memutuskan untuk mengungsi ke tempat lain.
"Kita pergi karena perang lagi pecah, sehingga banyak saudara yang lain pergi ke negara lain," tuturnya.
Salah satu Koordinator Masyarakat Relawan Indonesia (MRI)-Aksi Cepat Tanggap (ACT) Bireuen, Hidayat, mengatakan gelombang kedatangan pengungsi Rohingya pada Jumat (20/4/2018) siang adalah yang kedua pada tahun ini.
Pada Senin (2/4/2018), sekelompok nelayan Aceh juga menemukan sebuah kapal yang mengangkut lima orang etnis Rohingya terombang-ambing di perairan Kuala Idi Rayeuk, Aceh Timur. Kelimanya terdiri dari dua orang pria dewasa, dua wanita, dan seorang anak.
Dari data yang diperoleh, kelimanya bernama Umar Shidik (28), M. Ilyas (33), Syamimah (25), Mominah (20), dan Kamal Husen (8).
"Penyelamatan etnis Rohingya yang dilakukan nelayan Aceh Timur adalah karena kemanusiaan, karena kelimanya terombang-ambing di laut lepas dan kelaparan," ujar Danlanal Lhokseumawe Kolonel Laut (P) M Sjamsul Rizal.
Kabar terdamparnya warga etnis Rohingya yang cepat tersebar membuat warga Aceh berduyun-duyun datang melihat. Tak sedikit dari warga bahkan memberikan pakaian dan makanan sebagai bentuk keprihatinan mereka.
Komisioner HAM PBB, Zeid Ra'ad al-Hussein, dalam laporan tahunannya menyebut, meski pemerintah Myanmar mengklaim kondisi di Rakhine sudah kondusif, namun gelombang pengungsi Rohingya hingga kini masih berlangsung akibat persekusi dan kekerasan sistematis yang sejatinya masih terjadi.
Banyaknya jumlah pengungsi yang saat ini berada di Bangladesh membuat warga etnis Rohingya lainnya memutuskan untuk bermigrasi ke tempat lain. Apalagi, kondisi hidup di kamp pengungsian di Bangladesh juga jauh dari ideal.
Selain Bangladesh, tujuan terdekat yang bisa dijangkau pengungsi adalah Thailand, Malaysia, dan Indonesia.
Sayangnya, kepolisian Thailand amat menentang penyelundupan manusia di wilayahnya, akibatnya banyak dari pengungsi Rohingya yang dihadang di perairan sekitar Thailand.
Pada Mei 2015, pemerintah Malaysia dan Indonesia sebenarnya pernah membuka pintu kedatangan bagi pengungsi Rohingya. Akan tetapi, pemerimaan itu hanya berlangsung selama setahun, selagi proses repatriasi dilakukan oleh masyarakat internasional.
Sejauh ini belum ada pernyataan resmi dari pemerintah pusat terkait kedatangan pengungsi Rohingya di Aceh.
Di tingkat internasional, sejumlah negara saat ini sedang mempertimbangkan untuk melakukan proses pemulangan (repatriasi) pengungsi Rohingya yang berada di Bangladesh.
Namun, proses ini baru akan benar-benar terjadi jika pemerintah Myanmar sanggup memberikan jaminan keamanan dan kehidupan yang layak bagi para warga etnis Rohingya.

Sumber : https://beritagar.id/artikel/berita/...ungsi-rohingya
---
Baca juga dari kategori BERITA :
-

-

-



anasabila memberi reputasi
1
1K
2


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan