Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

c4punk1950...Avatar border
TS
c4punk1950...
Napak Tilas Kartini Di Jepara Dan Rembang
Napak Tilas Kartini Di Jepara Dan Rembang


Sosok Ibu Kartini memang Pahlawan Bangsa yang memperjuangan hak kaum perempuan dimasanya, Kartini Muda memang orang yang idealis dan terpelajar, Raden Adjeng Kartini  lahir di Jepara, Hindia Belanda, 21 April 1879 dan ia meninggal di Rembang, Hindia Belanda, 17 September 1904 pada umur 25 tahun, atau sebenarnya lebih tepat disebut Raden Ayu Kartini.


Kartini memang lahir dari golongan bangsawan ia sendiri merupakan putri dari Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat, seorang patih yang diangkat menjadi bupati Jepara segera setelah Kartini lahir. Sedangkan Kartini adalah putri dari istri pertama, tetapi bukan istri utama sang bupati, Ibunya bernama M.A. Ngasirah, putri dari Nyai Haji Siti Aminah dan Kyai Haji Madirono, seorang guru agama di Telukawur, Jepara. Dari sisi ayahnya, silsilah Kartini dapat dilacak hingga Hamengkubuwana VI, maka tak heran Kartini pun bergelar Raden khas dari gelar kerajaan di Jawa.


Untuk memahami kepribadian Kartini, beliau adalah seorang kutu buku, penulis, istri yang setia, pejuang dan peduli nasib kaumnya. Inilah potret zamannya, buta huruf, terbelakang, terhimpit, dan terpenjara oleh oleh feodalisme, oleh sebuah kultur yang tidak berpihak kepada perempuan. Beliau pernah merasakan bangku sekolah hingga tamat pendidikan dasar. Karakternya yang haus akan ilmu pengetahuan membuatnya ingin terus melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi. Sayangnya, ayahnya tidak memberikan izin Kartini melanjutkan sekolah. Mengetahui sikap ayahnya, Kartini sebenarnya sedih. Namun, dia tidak bisa mengubah keputusan itu. Sebab, dia adalah anak pada zamannya yang masih terbelenggu oleh keadaan.


Napak Tilas Kartini Di Jepara Dan Rembang


Kartini tidak diperbolehkan lagi keluar dari rumah sampai waktunya menikah. Istilahnya dipingit. Demi menghilangkan rasa bosan dan suntuk berada di rumah terus. Kartini menghabiskan sebagian besar waktunya untuk membaca buku ilmu pengetahuan. Kesukaannya membaca ini berubah menjadi rutinitas harian. Bahkan, dia tidak segan untuk bertanya kepada ayahnya bila ada hal yang tidak dimengertinya. Lambat laun pengetahuannya bertambah dan wawasannya pun meluas.


Kartini juga punya banyak teman di Belanda dan sering berkomunikasi dengan mereka. Bahkan, dia sempat memohon kepada Mr. J.H. Abendanon (semacam Kepala Dinas Pendidikan saat itu) untuk memberinya beasiswa sekolah di Belanda. Belum sempat permohonan tersebut dikabulkan dia dinikahkah oleh Adipati Rembang bernama Raden Adipati Joyodiningrat.


Napak Tilas Kartini Di Jepara Dan Rembang


R.A. Kartini menikah pada 12 November 1903 dengan Bupati Rembang ke-7 Djojo Adiningrat. Beliau ikut dengan suaminya ke Rembang setelah menikah. Walau begitu api cita-citanya tidak padam. Beruntung Kartini memiliki suami yang mendukung cita-citanya. Berkat kegigihan serta dukungan sang suami, Kartini mendirikan Sekolah Wanita di berbagai daerah. Seperti Semarang, Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, Cirebon, dan sebagainya. Sekolah Wanita itu dikenal dengan nama Sekolah Kartini. Tanggal 13 September 1904, ia melahirkan anak yang diberi nama Singgih/ R.M. Soesalit. Empat hari kemudian setelah melahirkan, Beliau wafat pada 17 September 1904 di Rembang pada usia 25 tahun.


Surat-surat korespondensinya dengan teman-temannya di Belanda kemudian dibukukan oleh Abendanon dengan judul Door Duisternis Tot Licht (Habis Gelap Terbitlah Terang) pada tahun 1911. Buku ini telah menginspirasi banyak wanita, tidak saja, wanita di zamannya tapi juga wanita kini dan masa depan. Kemudian terbit juga edisi Bahasa Inggrisnya dengan judul Letters of a Javaness Princess. Tahun 1922, terbit terjemahan dalam Bahasa Indonesia dengan judul ”Habis Gelap Terbitlah Terang“: Boeah Pikiran. Buku ini diterbitkan oleh Balai Pustaka oleh sastrawan Pujangga Baru Armijn Pane.


Sesuai Keppres No. 108 Tahun 1964 pada 2 Mei 1964, Kartini resmi digelari pahlawan nasional oleh pemerintah Indonesia. Keppres ini juga menetapkan tanggal 21 April sebagai Hari Kartini. Namanya kini diabadikan sebagai nama jalan. Tidak hanya di kota-kota di Indonesia saja, melainkan di kota-kota di Belanda. Seperti Kota Utrecht, Venlo, Amsterdam, dan Harleem. WR. Supratman bahkan membuatkan lagu berjudul Ibu Kita Kartini untuk mengenang jasa-jasanya


Napak Tilas Kartini Di Jepara Dan Rembang


Untuk mengenal kartini lebih dekat dilansir dari Antaranews.com(17/04/18) pastinya kita akan mengulas sedikit tentang tempat kelahirannya yaitu Jepara, tempat yang sangat indah selain banyak pantai yang menjadi tempat wisata hingga ada salah satu pantai dinamakan pantai Kartini, namun disana juga terdapat sebuah museum yang sangat bersejarah yakni Museum R.A Kartini. Berdiri diatas tanah seluas 5210 meter, museum ini menyimpan benda-benda peninggalan R.A.Kartini maupun kakaknya R.M.P. Sosrokartono.


Museum yang didirikan pada 30 Maret 1975 ini dibangun pada era Jepara dipimpin Bupati Suwarno Djojo Marwodo atas usulan wakil rakyat Jepara dan diresmikan pada 21 April 1975 bertepatan hari lahir pahlawan wanita yang menulis buku Habis Gelap Terbitlah Terang ini.


Napak Tilas Kartini Di Jepara Dan Rembang


Museum ini terbagi dalam beberapa ruangan besar yakni ruang yang berisi koleksi peninggalan R.A. Kartini berupa benda peninggalan dan foto semasa hidupnya. Diantaranya adalah meja, kursi, foto-foto Kartini, Radio, koleksi piring Kartini, Gerobag Kartini dan lain-lain.


Selain itu juga terdapat ruang yang berisi koleksi benda-benda yang bernilai sejarah antara lain terdapat tulang ikan raksasa Joko Tuwo dengan panjang kurang lebih 16 meter, berat kurang lebih 6 ton, lebar 4 meter, tinggi 2 meter dan kurang lebih berumur 220 tahun. Tulang ikan ini ditemukan di perairan Karimunjawa pada pertengahan bulan April 1989.


Museum R.A. Kartini terletak di jalan Alun-alun Nomor 1, Jepara, Jawa Tengah. Lokasi museum sangat strategis, karena disebelah timur museum ini terdapat kantor pusat Pemerintahan Kabupaten Jepara sementara sebelah selatan ada alun-alun kota yang terkenal dengan ukirannya ini.


Napak Tilas Kartini Di Jepara Dan Rembang


Sedangkan di tempat wafatnya Rembang juga terdapat musim yang megah untuk sosok Kartini, bahkan setelah memasuki Gerbang sebelum masuk ruang musium ada patung R.A. Kartini dan prasasti tulisan beliau. Prasasti itu tertulis: “Akoe bangga namakoe diseboet senafas dengan rakjatkoe. Disanalah tempatkoe oentoek seteroesnja.” Seperti yang disadur dari catatan Victor Alexander Liem.


Kemudian di musium rembang ada sebuah ruangan yang berisi rak dengan buku-buku tentang Kartini. Salah satunya adalah buku berjudul Door Duisternis Tot Licht yang nantinya diterjemahkan menjadi “Habis Gelap Terbitlah Terang”, kumpulan surat R.A. Kartini kepada para temannya di Belanda. R.A. Kartini walaupun berasal dari kalangan bangsawan namun perilakunya sederhana. Menurut cerita, beliau tidak suka dipanggil Raden Ayu, tapi lebih suka dipanggil “Kartini” saja. Hal ini diketahui saat ayahnya pertama kali memberinya gelar Raden Ayu sesaat setelah dia pulang sekolah. Setelah pemberian gelar itu dia terus memikirkan dua kata itu, dia pandang lingkungannya, dan terantuklah mata batinnya pada kenyataan, betapa banyak Raden Ayu di sekelilingnya. Dan diam-diam, Kartini mempelajari, apa Raden Ayu itu sesungguhnya. Dan akhirnya dia tahu, Raden Ayu adalah status yang tak layak dibanggakan, sehingga dia pun tak mau memakai gelar itu, sungguh ibu yang sangat sederhana di tengah mirisnya para kartini muda yang sibuk saling bergaya dan menjadi sosialita yang disegani, monggo seruupuut dolo.


emoticon-coffee


By c4punk@2018




Sumber Data : Antaranews.com, Indonesiakaya.com, Victor Alexander Liem
Diubah oleh c4punk1950... 22-04-2018 09:27
0
1.3K
7
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan