- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Prediksi Yusril, Kalau Prabowo Tidak Jadi Mencalonkan Diri pada Pilpres 2019


TS
annisaputrie
Prediksi Yusril, Kalau Prabowo Tidak Jadi Mencalonkan Diri pada Pilpres 2019
Ini Prediksi Yusril, Kalau Prabowo Tidak Jadi Mencalonkan Diri pada Pilpres 2019
Selasa, 10 April 2018 07:28
TRIBUN-MEDAN.COM - Ketua Umum Partai Bulan Bintang (PBB) Yusril Ihza Mahendra menyebut Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto menjadi kunci akankah poros ketiga akan terbentuk di Pilpres 2019.
Menurutnya jika Prabowo mendeklarasikan diri sebagai capres maka kemungkinan terbentuk poros ketiga akan semakin besar.
“Kemungkinan soal poros ketiga atau apapun selalu bisa terjadi. Faktor yang paling menentukan ada di diri Pak Prabowo.”
“Kalau Pak Prabowo tidak jadi mencalonkan diri sebagai capres besar kemungkinan tidak ada poros ketiga, mungkin akan hanya ada dua poros,” ungkap Yusril ketika ditemui di Markas DPP PBB, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Senin (9/4/2018).
“Yang jelas parpol akan mengkalkulasi keputusan apa yang baik bagi bangsa dan negara termasuk parpol yang bersangkutan,” tegas Yusril.
Yusril juga menegaskan bahwa baiknya Pilpres 2019 diikuti oleh lebih dari satu pasang calon.
“Idealnya jelas lebih dari satu pasang, bisa dua atau tiga. Kalau hanya satu maka akan mempersulit negara karena bisa menimbulkan kevakuman kekuasaan karena calon tunggal tidak otomatis menjadi presiden terpilih,” katanya.
Yusril juganmenyampaikan prediksinya bahwa kemungkinan Partai Demokrat tidak akan bergabung dengan kubu Gerindra bila Prabowo Subianto jadi mencalonkan diri sebagai presiden.
“Kalau sekiranya Prabowo maju maka Pak Susilo Bambang Yudhoyono (Ketua Umum Partai Demokrat) tidak akan ke pihak sana (Gerindra) tapi ke kubu lainnya (PDI Perjuangan dan Joko Widodo). Itu perkiraan saya, bisa saja salah,” ujarnya.
Yusril menambahkan jika Prabowo tidak mencalonkan diri sebagai presiden maka perdebatan akan terjadi di sekitar isu siapa yang memiliki elektabilitas terbaik untuk diusung Gerindra.
Karena menurutnya Gerindra dalam posisi bisa mengusung siapa saja sebagai calon presiden.
Namun Yusril mengatakan tidak tahu posisi Partai Demokrat sekarang apakah mendukung Jokowi atau Prabowo.
Namun Yusril meyakini bahwa Prabowo akan tetap mencalonkan diri sebagai Presiden Indonesia periode 2019-2024 karena menurutnya tahun depan merupakan kesempatan terakhir Prabowo untuk maju kontestasi Pilpres 2019.
“Kalau maju atau tidaknya dia tergantung subyektif Pak Prabowo, kita hormati keputusan beliau. Tapi bisa jadi 2019 merupakan kesempatan terakhir beliau maju di Pilpres 2019 karena bila menunggu lima tahun mendatang dari segi usia berat untuk mengemban tugas sebagai presiden,” kata Yusril.
Siap menangkan kotak kosong
Selanjutnya Yusril Ihza Mahendra mengatakan pihaknya siap memenangkan kotak kosong bila nanti di Pilpres 2019 hanya ada satu pasangan calon presiden dan calon wakil presiden tunggal.
Seperti diketahui hingga kini baru Joko Widodo yang mendeklarasikan diri sebagai capres 2019.
Sementara Prabowo Subianto yang memiliki elektabilitas persis di bawah Jokowi belum juga mendeklarasikan diri.
“Kalau terjadi calon tunggal maka PBB konsisten menangkan kotak kosong, karena calon tunggal tidak otomatis terpilih sebagai presiden. Kalau calon tunggal tidak bisa meraih suara 50 persen plus satu dan tidak bisa menang melawan kotak kosong di 18 provinsi maka mereka tidak terpilih,” ujarnya saat ditemui di Markas Besar PBB, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Senin (9/4/2018).
Yusril sendiri memberi kritik atas mekanisme pemilihan presiden dengan sistem calon tunggal melawan kotak kosong.
Menurutnya bila kemenangan ada di kotak kosong maka pembuat kebijakan tidak memiliki solusi atas itu sehingga bisa menimbulkan kondisi vakum kekuasaan.
“Sebenarnya ada kekurangbijaksanaan para pembuat aturan calon tunggal melawan kotak kosong karena bisa menimbulkan vakum kekuasaan. Kalau yang menang kotak kosong MPR tidak bisa menunjuk penjabat presiden, tidak bisa memperpanjang masa jabatan presiden sebelumnya hingga menimbulkan suasana krisis konstitusional.”
“Kalau sudah bgeitu nanti saya yang mikir lagi bagaimana keluar dari kondisi tersebut seperti pada zaman Pak Soeharto dulu,” pungkasnya.
Sebelumnya Yusril memprediksi ada tiga skenario di Pilpres 2019 mendatang yaitu calon tunggal, dua paslon, dan tiga paslon.
Ia juga menyebut Partai Demokrat kemungkinan besar merapat ke Jokowi jika Prabowo Subianto jadi mencalonkan diri.
http://medan.tribunnews.com/2018/04/...a-pilpres-2019
----------------------------
Semjua kok jadi pesimis, dan begitu mengkultuskan Jokowi jadinya? Seakan-akan tak ada lagi Lelaki sejati yang bisa memimpin Republik ini. Tapi kalau sampai terjadi kejadian dimana hanya ada satu calon tunggal yaitu Jokowi, maka hal itu itu bukan maunya dan salahnya Jokowi .... yang yang sontoloyo itu adalah parpol-parpol yang mengusung capres itu. Mereka semua maunya dapat jatah kekuasaan semata bila presidennya di Pilpres 2019 nanti hanya Jokowi.
Parpol memang opurtunitis, tapi kalau sampai mengkhianati nilai-nilai Demokrasi yang mereka mau bangun sendiri, terus buat apa dilakukan Pemilu dan Pilpres? Mendingan langsung tunjuk hidung saja, siapa presiden yang akan datang kalau calonnya hanya tunggal. Nggak perlu ada Pemilu dan Pilpres 2019, sebab hanya mubazir saja, toh hasil akhirnya sudah tahu yaitu Jokowi. Think!



Selasa, 10 April 2018 07:28
TRIBUN-MEDAN.COM - Ketua Umum Partai Bulan Bintang (PBB) Yusril Ihza Mahendra menyebut Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto menjadi kunci akankah poros ketiga akan terbentuk di Pilpres 2019.
Menurutnya jika Prabowo mendeklarasikan diri sebagai capres maka kemungkinan terbentuk poros ketiga akan semakin besar.
“Kemungkinan soal poros ketiga atau apapun selalu bisa terjadi. Faktor yang paling menentukan ada di diri Pak Prabowo.”
“Kalau Pak Prabowo tidak jadi mencalonkan diri sebagai capres besar kemungkinan tidak ada poros ketiga, mungkin akan hanya ada dua poros,” ungkap Yusril ketika ditemui di Markas DPP PBB, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Senin (9/4/2018).
“Yang jelas parpol akan mengkalkulasi keputusan apa yang baik bagi bangsa dan negara termasuk parpol yang bersangkutan,” tegas Yusril.
Yusril juga menegaskan bahwa baiknya Pilpres 2019 diikuti oleh lebih dari satu pasang calon.
“Idealnya jelas lebih dari satu pasang, bisa dua atau tiga. Kalau hanya satu maka akan mempersulit negara karena bisa menimbulkan kevakuman kekuasaan karena calon tunggal tidak otomatis menjadi presiden terpilih,” katanya.
Yusril juganmenyampaikan prediksinya bahwa kemungkinan Partai Demokrat tidak akan bergabung dengan kubu Gerindra bila Prabowo Subianto jadi mencalonkan diri sebagai presiden.
“Kalau sekiranya Prabowo maju maka Pak Susilo Bambang Yudhoyono (Ketua Umum Partai Demokrat) tidak akan ke pihak sana (Gerindra) tapi ke kubu lainnya (PDI Perjuangan dan Joko Widodo). Itu perkiraan saya, bisa saja salah,” ujarnya.
Yusril menambahkan jika Prabowo tidak mencalonkan diri sebagai presiden maka perdebatan akan terjadi di sekitar isu siapa yang memiliki elektabilitas terbaik untuk diusung Gerindra.
Karena menurutnya Gerindra dalam posisi bisa mengusung siapa saja sebagai calon presiden.
Namun Yusril mengatakan tidak tahu posisi Partai Demokrat sekarang apakah mendukung Jokowi atau Prabowo.
Namun Yusril meyakini bahwa Prabowo akan tetap mencalonkan diri sebagai Presiden Indonesia periode 2019-2024 karena menurutnya tahun depan merupakan kesempatan terakhir Prabowo untuk maju kontestasi Pilpres 2019.
“Kalau maju atau tidaknya dia tergantung subyektif Pak Prabowo, kita hormati keputusan beliau. Tapi bisa jadi 2019 merupakan kesempatan terakhir beliau maju di Pilpres 2019 karena bila menunggu lima tahun mendatang dari segi usia berat untuk mengemban tugas sebagai presiden,” kata Yusril.
Siap menangkan kotak kosong
Selanjutnya Yusril Ihza Mahendra mengatakan pihaknya siap memenangkan kotak kosong bila nanti di Pilpres 2019 hanya ada satu pasangan calon presiden dan calon wakil presiden tunggal.
Seperti diketahui hingga kini baru Joko Widodo yang mendeklarasikan diri sebagai capres 2019.
Sementara Prabowo Subianto yang memiliki elektabilitas persis di bawah Jokowi belum juga mendeklarasikan diri.
“Kalau terjadi calon tunggal maka PBB konsisten menangkan kotak kosong, karena calon tunggal tidak otomatis terpilih sebagai presiden. Kalau calon tunggal tidak bisa meraih suara 50 persen plus satu dan tidak bisa menang melawan kotak kosong di 18 provinsi maka mereka tidak terpilih,” ujarnya saat ditemui di Markas Besar PBB, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Senin (9/4/2018).
Yusril sendiri memberi kritik atas mekanisme pemilihan presiden dengan sistem calon tunggal melawan kotak kosong.
Menurutnya bila kemenangan ada di kotak kosong maka pembuat kebijakan tidak memiliki solusi atas itu sehingga bisa menimbulkan kondisi vakum kekuasaan.
“Sebenarnya ada kekurangbijaksanaan para pembuat aturan calon tunggal melawan kotak kosong karena bisa menimbulkan vakum kekuasaan. Kalau yang menang kotak kosong MPR tidak bisa menunjuk penjabat presiden, tidak bisa memperpanjang masa jabatan presiden sebelumnya hingga menimbulkan suasana krisis konstitusional.”
“Kalau sudah bgeitu nanti saya yang mikir lagi bagaimana keluar dari kondisi tersebut seperti pada zaman Pak Soeharto dulu,” pungkasnya.
Sebelumnya Yusril memprediksi ada tiga skenario di Pilpres 2019 mendatang yaitu calon tunggal, dua paslon, dan tiga paslon.
Ia juga menyebut Partai Demokrat kemungkinan besar merapat ke Jokowi jika Prabowo Subianto jadi mencalonkan diri.
http://medan.tribunnews.com/2018/04/...a-pilpres-2019
----------------------------
Semjua kok jadi pesimis, dan begitu mengkultuskan Jokowi jadinya? Seakan-akan tak ada lagi Lelaki sejati yang bisa memimpin Republik ini. Tapi kalau sampai terjadi kejadian dimana hanya ada satu calon tunggal yaitu Jokowi, maka hal itu itu bukan maunya dan salahnya Jokowi .... yang yang sontoloyo itu adalah parpol-parpol yang mengusung capres itu. Mereka semua maunya dapat jatah kekuasaan semata bila presidennya di Pilpres 2019 nanti hanya Jokowi.
Parpol memang opurtunitis, tapi kalau sampai mengkhianati nilai-nilai Demokrasi yang mereka mau bangun sendiri, terus buat apa dilakukan Pemilu dan Pilpres? Mendingan langsung tunjuk hidung saja, siapa presiden yang akan datang kalau calonnya hanya tunggal. Nggak perlu ada Pemilu dan Pilpres 2019, sebab hanya mubazir saja, toh hasil akhirnya sudah tahu yaitu Jokowi. Think!



0
3.4K
41


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan