TRIBUNWOW.COM - Masalah kekerasan seksual menjadi perhatian utama terhadap kaum wanita.
Tak sedikit orang awam yang menganggap kasus pelecehan seksual, yang disalahkan adalah kaum wanita.
Namun pemaparan dari dr.Jiemi Ardian akan membuka fakta sebenarnya.
Hal ini ia tuangkan di akun Twitter miliknya, @jiemiardian.
"Saya punya cerita dari RS tempat saya kerja, kali ini tentang sexual abuse Bahasa Indonesianya: pemerkosaan.
Tapi sebelumnya bagi yang menganggap pemerkosaan terjadi karena pakaian yang digunakan wanita, please unfollow saja akun ini ya.
Daripada saya banting hape karena emosi"
Melanjutkan," Bulan lalu datang pasien diantar dinas sosial karena gangguan jiwa berat.
Usianya masih sangat muda, 16 tahun.
Kondisinya miris sekali, selalu berteriak teriak, menangis tanpa pencetus.
Hal ini terjadi karena sebelumnya dia dirudapaksa oleh 6 orang Iya, enam orang bajingan.
Wanita ini dirudapaksa secara bergilir.
Dia berteriak minta tolong tapi laki laki yang lewat bukannya menolong tapi malah ikut merudapaksanya.
Apakah dia sedang menggunakan pakaian seksi? Nggak!
Apakah dia mengundang untuk dirudapaksa? Kalo ada yang beneran nanya gini gue tonjok.
Anak ini ditinggal begitu saja setelah dirudapaksa.
Dia pulang dalam keadaan terluka, fisik dan terutama emosional sampai di rumahnya dia menceritakan apa yang terjadi.
Dan tau apa respon keluarga? Dia diusir karena dianggap mempermalukan keluarga.
Dia diusir dari rumah dan ditampung di rumah petinggi desa.
Disana lagi lagi dia dirudapaksa sama aki aki bau tanah.
Tau apa yang dilakukan warga mengetahui anak ini dirudapaksa aki aki bau tanah?
Dia dinikahkan dengan pemerkosanya.
Korban pemerkosaan dinikahkan dengan pemerkosanya, ini mah sama aja membiarkan anak ini dirudapaksa sepanjang hidupnya!
Pemerkosaan itu bukan tentang sex diluar nikah, lalu habis dinikahkan terus masalah selesai.
Pemerkosaan itu lebih dari sekedar trauma seksual. Rasa sakit akibat pemerkosaan hampir selalu bertahan seumur hidup.
Seorang wanita yang pernah mengalami pemerkosaan akan dibayang-bayangi trauma ini seumur hidup.
Terus lo mau nikahin dia sama yang bikin dia trauma gitu? Gila!
Liat tu akibat nikahin anak itu ke pemerkosanya? Keadaannya membaik? Nggak, tambah parah Traumanya sembuh? Nggak juga!
Disini saya dan rekan sejawat psikiatri harus bekerja keras memulihkan anak ini.
Hidupnya masih panjang, dia harus mendapatkan harapan. Itu yang kami harapkan.
Penanganan korban pemerkosaan tidak pernah mudah.
Konseling panjang, mengembalikan harga diri pasien, mendorong pasien kembali menghargai kehidupannya.
Sulit saudara sebangsa dan setanah air, tolong jangan persulit dengan menuduh korban rudapaksaan terjadi karena pakaiannya sendiri.
Korban rudapaksaan memiliki cara pikir yang rusak setelah kejadian tersebut Menganggap diri tidak berharga, tidak layak, bersalah (ini tadi akibat ulah sedotan teh botol yang bilang pemerkosaan itu salah korbannya sendiri).
Mereka yang jadi korban, mereka jg yg ngerasa bersalah.
Saya ga peduli dengan Undang Undang yang mau mengatur pakaian wanita untuk katanya mencegah pemerkosaan.
Ya gitu kalo punya anggota hewan, eh anggota dewan yang otaknya cuma seputar selangkangan.
Ga bisa nyari data ilmiah, apalagi mikir ilmiah. Undang undang kok bikin stigma.
Pemerkosaan terjadi karena otak dan penis laki laki. Tidak lebih dan tidak kurang Jangan salahkan korban.
Tangkap pelakunya laporkan. Sampai saat ini banyak korban tidak berani melapor karena dia sendiri merasa takut, malu, bersalah. Bantu mereka dan lawan! Tangkap pelakunya.
Banyak korban pemerkosaan, bahkan saya yakin orang orang disekitar Anda pun ada.
Mereka tidak mampu bercerita karena rasa sakit yang begitu dalam.
Kalau kamu tau, ajak mereka mencari pertolongan profesional.
Jangan biarkan mereka menderita Udah gitu aja ceritanya hari ini", ujarnya.
apalagi ortu bodoh yg anaknya malah minta pelaku tanggung jawab, bukannya jebloskan ke penjara