Kaskus

Entertainment

hanikuhanikAvatar border
TS
hanikuhanik
Benarkah puisi 'Ibu Indonesia' karya Sukmawati adalah penistaan?
Benarkah puisi 'Ibu Indonesia' karya Sukmawati adalah penistaan?
sumber foto: http://www.tribunnews.com/nasional/2018/04/03/puisi-sukmawati-soekarnoputri-yang-singgung-adzan-dan-syariat-islam-tuaki-kecaman-luas


Hai kawan, kembali di thread Saya. Kali ini saya akan sedikit bercerita sekaligus memberikan pendapat tentang puisi yang akhir-akhir ini viral di media social. Yakni puisi Ibu Indonesia karya Sukmawati. Banyak pro dan kontra mengenai puisi ini. Kita lihat percakapan di bawah: 
N= mahasiswa 
A=Dosen
 
N: “Pak bagaimana pendapat Bapak mengenai pusi yang tengah viral baru-baru ini, apakah itu penistaan?”
A: “Bagaimana sebuah karya sastra dikaji? Dengan melihat pengarangnya. Lalu siapakah Ibu Sukmawati, Ia adalah seorang yang beraliran Marhaenisme. Alirian ini diciptakan oleh Bapak Soekarno, aliran ini lebih dekat dengan budaya tanpa melihat dari sudut pandang agama. Bagi mereka budaya merupakan hal yang dijunjung tinggi. Berkaitan degan puisi, misalnya seperti ini, ada dua kereta yang masing-masing melewati rel yang berbeda. Mereka mempunyai jalurnya sendiri yang tidak dapat disatukan. Itu merupakan wujud apresiasi dan tidak bisa disalahkan. Saya rasa tidak ada masalah dengan puisi tersebut.”
 
PENDAPAT SAYA
Sebelumnya perlu diingat bahwa setiap orang memiliki pendapat yang berbeda. Pendapat itu menyerupai kepercayaan yang tidak dapat diperdebatkan. Pendapat dapat di bagikan kepada orang lain tetapi tidak bisa dipersalahkan maupun dibenarkan. Setiap orang berhak memiliki pandangan dan pendapatnya masing-masing, tanpa harus menghakimi orang lain.
Berkaitan dengan puisi, seperti yang telah dijelaskan dari percakapan singkat di atas. Karya sastra termasuk puisi, dikaji dan dimaknai pertama kali yang dilihat adalah dari latar belakang pengarang. Analoginya seperti ini ketika ada sorang anak SD menciptakan sebuah cerpen dengan judul dan muatan yang seadanya tentu saja respon kita adalah “ah pantas yang menciptakan bocah SD” tetapi ketika seorang ahli sastra menciptakan sebuah cerpen dengan judul dan muatan yang seadanya tentu respon yang akan diberikan akan berbeda. Seperti puisi kontroversial ini kita lihat siapa pengarangnya. Respon yang akan saya berikan tentu saja akan “ah pantas saja, karena dia yang menciptakan” dan akan berbeda respon ketika yang menciptakan adalah seorang ahli agama.
Dilarang SARA ya kawan ini hanya bentuk pendapat saya yang saya bagikan kepada kalian. Bagaimana pendapatmu?
0
4.3K
24
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan