Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

wiraprasta333Avatar border
TS
wiraprasta333
Menyusur 'Akar' Katinon Di Puncak, Daun Kesukaan Tamu Arab
-- Tanaman Khat atau Katinon atau kadang juga disebut ghat kerap ditemui di kawasan Puncak Bogor.

Beberapa waktu lalu pun Badan Narkotika Nasional (BNN) melakukan pemusnahan 150 batang tanaman katinon yang ditanam warga di Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor.

Pemusnahan itu pun bukan kali pertama dilakukan sebab warga kerap menanam tanaman tersebut sedangkan diketahui bahwa mengkonsumi katinon dilarang karena mengandung unsur narkoba.

Menurut salah satu warga Puncak yang enggan disebutkan namanya, katinon ditanam untuk menambah penghasilan.

Ia mengaku bahwa katinon dijual kepada tamu Timur Tengah yang banyak berkunjung ke kawasan tersebut dengan harga Rp 50 ribu per kantongnya.

"Soalnya perhitungan ekonomisnya, oh lumayan, sekeresek 50 ribu, keresek kecil lah keresek seperempat kiloan, asal penuh, dijualnya gak pernah ditimbang, enggak," ungkapnya kepada TribunnewsBogor.com.

Ia menjelaskan bahwa orang Arab ketika membeli daun khat biasa untuk dikonsumsi laiknya sayur seperti yang biasa dikonsumsi masyarakat Indonesia.

Selain itu lanjut dia, tamu Arab juga menganggap bahwa daun khat bisa mengurangi kolestrol.

"Jadi kata orang Arab mah daun khat ini untuk mengurangi kolestrol, kan mereka suka makan daging kambing, tapi kalo dicampur dengan bahan kimia lain mungkin kayak Raffi Ahmad," katanya.

Ia juga mengaku bahwa ia pun pernah mencoba mengkonsumi daun khat tersebut namun ia tidak menyukainya sama sekali begitu pun juga kebanyakan warga Puncak lainnya.

Ia menjelaskan bahwa daun khat tersebut ketika dikonsumsi rasanya pahit seperti daun mareme (daun lalapan Sunda).

"Nyoba mah pernah, tapi ah gak bikin kecanduan atau apa, rasanya pahit-pahit mareme, disebut mabuk juga gak ada efek, saya pernah coba sepanci direbus, saya mau tahu, bener gak airnya daunnya, ah gak ngefek," katanya.

Ia juga mengaku bahwa dia juga sempat menanamnya namun kini sudah habis dicabut dan dimusnahkan oleh petugas yang datang.

"Saya juga pernah nanam di sini banyak, pernah banyak di sini tapi dicabutin, daunnya kayak teh tapi kecil. Kalau sekarang, masih ada lah, kalau ditelusuri mah ada," ungkapnya.

http://bogor.tribunnews.com/2018/03/...kai-penjualnya
0
1.9K
18
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan