Ibukota memang tempatnya segala jual beli, pusat bisnis terbesar memang ada di Jakarta dan kota peyangga. Kamu ingin membeli apa saja ada di kota besar ini asalkan punya uang, dari barang kw hingga ori pun ada.

Terlebih lagi hewan-hewan langka yang di jual bebas, yang harusnya satwa tersebut dilindungi dari hutan yang mulai tergerus oleh pohon sawit tapi malah di pelihara dan terpenjara di sudut kota.



Sebenarnya hewan-hewan tersebut diambil dari pengepul di pulau-pulau yang memang banyak terdapat hewan langka yang dilindungi seperti kalimantan, sumatra, bahkan papua.

Untuk yang sering terlihat di pasar dan dijual bebas biasanya anakan dari satwa langka tersebut, karena lebih mudah untuk di pelihara dan tidak galak dan liar.

Hewan-hewan endemik pulau tertentu pun keluar dari habitatnya menuju rumah-rumah para penghobi, jangan dikira harganya murah bahkan untuk seekor anakan saja bisa mencapai jutaan.

Biasanya berbagai jenis elang, burung endemik, lutung, kucing hutan, beruk emas, musang pandan, dan banyak lainnya.

Mari kita mengenal lebih dekat beberapa hewan langka yang di jual bebas di pasaran maupun pasar online.

Musang Pandan



Sebenarnya hampir semua jenis musang di lindungi dan ada yang masuk sebagai satwa langka, tapi yang sering ditemui di pasar bebas adalah jenis musang pandan, walau musang jenis ini memang belum masuk status mendekati ambang punah, belum juga masuk status langka akut walau hewan ini sudah masuk sebagai hewan dengan kategori yang dilindungi tapi populasinya masih aman. Karena hewan ini semakin naik pamornya dan banyak di jual bebas di pasar-pasar, habitatnya yang mulai tergerus dengan peradaban maju serta menjadi musuh para peternak unggas menjadikan hewan ini sering diburu. Padahal mereka para petani tak tahu jenis musang ini menjadikan biji kopi terbaik dunia dengan nama kopi luwak.



Dengan adanya perburuan dan penangkapan yang secara tak terkendali di takutkan hewan ini bisa menjadi langka. Karena di jual bebas dipasar-pasar.

Jalak Bali



Burung endemik Jalak bali, hanya dapat ditemukan dihutan bagian barat Pulau Bali saja. Burung ini juga merupakan satu-satunya spesies endemik Bali dan pada tahun 1991 dinobatkan sebagai lambang atau maskot fauna Provinsi Bali. Keberadaan hewan endemik ini dilindungi undang-undang, ha ini dikarenakan satwa ini masuk kategori “kritis” (Critically Endangered) dalam Redlist IUCN dan nyaris punah di habitat aslinya.



Walau tak secara terang-terangan para penjual satwa liar, menjualnya secara sembunyi-sembunyi harganya pun menembus angka jutaan, itupun yang masih anakan.

Melalui Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 421/Kpts/Um/8/70 tanggal 26 Agustus 1970, yang menyatakan bahwa burung curik Bali dilindungi undang-undang. Peraturan ini diperkuat dengan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa. Dalam peraturan ini, burung khas Bali ini ditetapkan sebagai satwa langka yang nyaris punah dan tidak boleh diperdagangkan kecuali hasil penangkaran dari generasi ketiga atau indukan.

Kucing Hutan



Kucing hutan biasa juga disebut macan akar, karena mereka pandai memanjat pohon-pohon hutan yang berakar besar, habitatnya ada di lubang-lubang pohon dan batu-batu besar.

Kalau dilihat sepintas, sebenarnya kucing hutan ini tak berbeda secara fisik dengan kucing rumahan. Kucing hutan sendiribbertubuh lebih besar dari kucing domestik.



Bulunya berwarna abu-abu gelap dengan corak totol-totol. Itu sebabnya orang Inggris menyebutkannya Leopard Cat karena memiliki kemiripan dengan macan tutul. Walau mirip macan tutul tapi kucing hutan tidak termasuk ke dalam jenis Genus panthera atau kucing besar.

Kucing hutan dapat meloncat, memanjat pohon, juga berenang di sungai. Ini jelas berbeda dengan kucing rumahan yang tak suka berenang bahkan tak suka pada air. Ini juga jenis kucing yang susah dipelihara karena sebenarnya ia hewan liar, untuk itu yang diperjual belikan adalah anakannya bukan yang usia dewasa, dan banyak di temui di pasar bebas.



Padahal jenis kucing hutan ini termasuk satwa liar yang dilindungi undang-undang, sebagaimana tertuang dalam Lampiran PP No 7 Tahun 1999, dan ada kententuan dalam Undang-Undang No 5 Tahun 1990 bahwa:

Kepada siapapun orangnya yang sengaja melukai, menangkap, membunuh, menyimpan, memelihara, memiliki, mengangkut, dan memperniagakan satwa yang dilindungi dalam keadaan hidup; (Pasal 21 ayat (2) huruf a), diancam dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah). (Pasal 40 ayat (2)).

Dan Barang Siapa yang Sengaja memiliki, memelihara, menyimpan, mengangkut, dan memperniagakan satwa yang dilindungi dalam keadaan mati (Pasal 21 ayat (2) huruf b), diancam dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah). (Pasal 40 ayat (2)).

Lutung



Spesies lutung memang semakin langka, terutama lutung jawa yang biasa disebut juga lutung budeng.

Lutung ini tersebar dan ditemukan di hutan hujan tropis pulau Jawa, Bali, dan Lombok. Ia hewan diurnal, yang lebih aktif pada waktu siang hari di atas pepohonan. Makanan pokoknya tumbuh-tumbuhan. Memakan dedaunan, buah-buahan dan bunga. Spesies ini juga memakan larva serangga.



Ketika populasi lutung makin menyusut hewan ini menjadi langka karena terus diburu dan dagingnya dipercaya meningkatkan vitalitas laki-laki. Selain itu lutung juga menjadi binatang koleksi para penggemar hewan eksotik. Namun di pasar bebas lutung ini masih ada yang dijual di pasar bebas.

Untuk lebih lengkapnya ada ratusan hewan yang tak boleh diperjual belikan karena dilindungi bisa dilihat disini

https://m.detik.com/news/berita/d-22...perjualbelikan

Tapi ternyata dari ratusan hewan itu masih saja banyak para penjual yang nakal, memperjual belikan hewan tersebut dari alam liar. Dan menurut salah satu pemburu di alam liar untuk membawa hewan tersebut keluar dari hutan, mereka menembak mati indukannya untuk membawa anakannya untuk di jual, sungguh ternyata manusialah yang membuat kerusakan di bumi ini.

Bagaimana menurutmu kawan ?? Monggo serupuutt dolo....



By c4punk@2018

Referensi

https://m.detik.com/news/berita/d-22...perjualbelikan