Sosok hantu ini berasal dari sebuah legenda yang berkembang di kalangan masyarakat Kyoto, kota yang dulu menjadi ibukota kuno Kekaisaran Jepang.

Suatu malam, seorang prajurit samurai dikisahkan berjalan di pinggiran hutan, ketika tanpa sengaja bertemu dengan sesosok menyerupai manusia telanjang.

Sebelum sang prajurit menebas dengan pedang samurainya, tiba-tiba makhluk aneh itu menungging ke arahnya, memperlihatkan sebuah bola mata yang keluar dari bokongnya.

Tidak ada alasan jelas tentang penampakan hantu ini, selain membuat orang yang melihatnya kaget bercampur heran.

Bukan hanya Jepang saja yang memiliki sosok hantu vulgar, tetapi juga Malaysia dengan Hantu Tetek yang begitu familiar di kalangan masyarakat Negeri Jiran. Sosok hantu ini, jika diterjemahkan secara bebas ke dalam Bahasa Indonesia, berarti 'hantu payudara'.

Hantu ini kerap menyamar sebagai seorang wanita cantik yang berjalan sendirian di pinggir desa. Jika bertemu dengan korbannya, biasanya pria, ia pun beraksi dengan menanggalkan secara cepat pakaiannya hingga telanjang bulat.

Saat korban pria berdiri terpaku memandangnya, hantu tetek akan langsung mencekik dan menghisap darahnya. Benar atau tidak mengenai kebenaran kisah ini, namun Hantu Tetek sudah melegenda di kalangan warga Malaysia, dan bisa dibilang popularitasnya hampir menyerupai kuntilanak.

Kisah mengeai hantu jenis ini banyak beredar dari mulut ke mulut di kalangan warga di kawasan Southern, atau kawasan sekumpulan negara bagian yang berlokasi di sisi selatan Amerika Serikat. Hantu ini biasanya berwujud babi raksasa yang berlari dengan cepat, menembus pepohonan hutan.

Banyak pemburu kerap salah mengiranya sebagai hewan buruan. Ketika hendak membidiknya dengan senapan, babi raksasa itu seketika menghampir korbannya dan menunjukkan pengelupasan kulitnya seraya berdarah-darah.

Hantu ini tidak melukai ataupun mengejar, namun akan hilang dengan sendirinya ketika korbannya benar-benar ketakutan.

Cerita dimulai di Highgate Pond di Inggris, ketika seorang filsuf dan ilmuwan Sir Francis Bacon -- yang pada tahun 1626 -- bertengkar dengan temannya, Dr. Witherbone, tentang bagaimana cara mengawetkan daging ayam.

Bacon terinspirasi dengan cara pengasinan ikan oleh nelayan, dan kemudian mengaplikasikan teknik serupa, dengan sedikit perubahan, pada daging ayam. Ia pun mengambil seekor ayam jago, menyembelih dan membersihkannya, lalu kemudian mengisinya dengan salju.

Daging ayam tersebut berhasil tidak busuk setelah lebih dari seminggu disimpan dalam sekam tertutup, dan dengan percaya dirinya, Bacon mengolahnya menjadi beberapa menu.

Beberapa hari setelah menyantapnya, Bacon mengalami sakit perut yang aneh, hingga membuatnya terkapar di atas tempat tidur selama berminggu-minggu, sebelum kemudian meninggal.

Setelahnya, banyak warga Highgate Pond melaporkan melihat seekor ayam jago tanpa kepala bertengger di sekitar rumah mendiang Bacon. Ayam tersebut bergerak seperti halnya ayam jago normal, mengepakkan sayap dan mengais-ngais tanah dengan cakarnya.