Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

gilbertagungAvatar border
TS
gilbertagung
Fenomena Nostalgia Bersama Masyarakat Indonesia



Masa kecil merupakan masa yang begitu menyenangkan dan penuh kenangan bagi sebagian besar orang. Biasanya, sesuatu yang berasal dari masa dua dekade sebelumnya adalah yang menjadi objek nostalgia, karena orang-orang yang melalui masa tersebut sebagai anak-anak tengah memasuki usia remaja dan dewasa muda ketika itu. Maka, pada 1990-an, hal-hal yang bernuansa 1970-an kembali digandrungi. Begitupun dengan hal-hal dari 1980-an pada dekade 2000-an. Kini, pada dekade 2010-an, hal-hal yang bernuansa 1990-an, juga 2000-an (meski seharusnya baru mulai menjadi objek nostalgia pada 2020-an), menjadi objek nostalgia yang populer. Ada yang secara sukarela menyediakan materi bernuansa zaman dahulu sebagai alat untuk bernostalgia. Ada pula yang dengan jeli melihat peluang bisnis dari nostalgia ini. Hal-hal yang sempat menjadi tren pada 1990-an menjadi hal yang dapat menarik perhatian sebagian orang, terutama anak muda pada saat ini. Bagaimanakah kisahnya?

Klik gambar untuk menuju sumber gambar

Televisi

Ada beberapa acara televisi di Indonesia yang menjadikan hal-hal yang bernuansa zaman dahulu sebagai daya tarik utamanya. Sekitar tahun 2008 - 2011, ada sebuah program yang ditayangkan Metro TV saban Minggu malam bertajuk Zona 80. Acara yang dipandu oleh almarhum Sys NS ini merupakan acara yang membahas hal-hal yang menjadi tren di dekade 1980-an, dengan ekstensi sampai ke awal 1990-an, seperti musik, gaya busana, film, dan sebagainya. Mereka juga mengundang artis atau selebritas terkenal dari masa itu.
Di masa kini, tiga stasiun televisi yang menyajikan program bernuansa jaduladalah GTV, Jak TV, dan KTV, dengan konsep yang berbeda. Semenjak berganti rupa menjadi GTV pada Oktober 2017, GTV menghadirkan kembali acara-acara yang sempat populer di dekade 2000-an dalam format baru seperti Uang Kaget, Famili 100, dan Teletubbies, dan Komunikata. Tidak berhenti sampai di situ, GTV juga menayangkan sitkom Warkop Milenium ketika Warkop DKI hanya beranggotakan Dono dan Indro saja. Beberapa anime lawas seperti Samurai X juga sempat ditayangkan.
Ada 3 program Jak TV yang menghadirkan kembali nostalgia pemirsa, Tawa Sutra, Radio Jadul, dan Retro Hour. Tawa Sutra, seperti yang sudah kita tahu, adalah acara komedi yang tayang antara 2006 - 2009 dan 2011 - 2012 yang mendulang sukses besar di masanya dan melambungkan nama almarhum Budi Anduk sebagai komedian papan atas. Acara ini bahkan ditayangkan sampai empat kali dalam sehari. Retro Hour dapat menjadi jawaban bagi Anda yang ingin melihat kembali video klip dari musisi Barat pada 1980-an dan 1990-an, dilengkapi dengan informasi mengenai lagu dan sang musisi. Acara ini tayang di pagi hari, mungkin untuk menemani pemirsa yang sedang menyantap sarapan. Sementara itu, Radio Jadul merupakan acara dengan konsep studio seperti studio radio yang menampilkan artis, baik pemain film, pemusik, dan sebagainya, yang terkenal di masa lalu, dan membicarakan mengenai budaya populer di masanya. Acara ini tayang setiap Sabtu dan Minggu siang.
KTV mulai 1 Maret 2018 menghadirkan acara anak-anak. Televisi yang mengudara di kanal 28 UHF, yang dulu ditempati Kompas TV Jakarta, menggandeng Space Toon, stasiun televisi khusus anak-anak yang pernah populer di era 2000-an. Kini, pemirsa bisa menyaksikan episode-episode awal Dragon Ball, yang pernah menjadi anime andalan Indosiar, dan One Piece, yang pernah ditayangkan GTV, lewat KTV. Beberapa stasiun televisi lain juga melakukan hal yang sama. Dalam 10 tahun terakhir, entah sudah berapa kali sinetron Si Doel Anak Sekolahan ditayangkan ulang oleh RCTI. Begitu pula dengan film Home Alone, terutama film pertama, kedua, dan ketiga.
Tidak hanya melalui televisi, lewat akun resmi di YouTube, stasiun televisi juga menghadirkan nostalgia bagi pemirsanya. Tengoklah akun resmi RCTI, SCTV, dan ANTV. Anda akan menemukan ident lawas dari stasiun televisi tersebut, bahkan termasuk yang jarang dilihat oleh orang di masanya.

Musik

Dunia musik tampaknya juga memanfaatkan nostalgia untuk mendongkrak popularitas. Ada yang menyanyikan kembali lagu milik musisi lain. Contohnya, pada 2009, lagu Chrisye berjudul "Untukku" yang dirilis pada 1997 dinyanyikan kembali oleh Kahitna. Ada juga membuat versi baru dari lagu lawas miliknya sendiri. Misalnya, Afgan yang mengaransemen ulang lagu-lagu lawas miliknya untuk memperingati 10 tahun karier musiknya.
Malah, ada yang menawarkan konsep retro sebagai daya tariknya. Tiga band dengan konsep ini adalah The Changcuters yang bergaya ala tahun '60-an, Naif yang mengutarakan musik khas '70-an, dan Club Eighties yang musik bahkan video klipnya bernuansa '80-an. Malah, saya sempat mengira video yang dibintangi Vincent dan Desta ini dibuat pada 1980-an dan bukan pada 2002 (saat lagu ini dirilis).

Jurus lain yang digunakan musisi untuk membangkitkan nostalgia adalah mengeluarkan album yang berisi kompilasi lagu-lagu terbaik dari album-album sebelumnya, ditambah 1-2 lagu baru, biasanya dengan embel-embel "The Best Of".

Film

Nostalgia tampaknya juga merambah dunia perfilman negeri kita. Tahun 2017 menjadi saat menjamurnya film-film reborndan reboot. Judul-judul lawas seperti Gita Cinta dari SMA, Jomblo, Hantu Jeruk Purut, Jelangkung, Pengabdi Setan muncul kembali dalam versi kekinian.

Produk

Nostalgia akan produk-produk yang pernah berjaya di masa lalu juga terjadi di kalangan anak muda Indonesia. Ketiklah "Produk Jadul" di Google dan Anda akan menemukan banyak artikel membahas merek-merek zaman dahulu yang pernah eksis.
Merek mi instan terbesar di Indonesia, Indomie, tampak jeli melihat peluang dari nostalgia masyarakat ini. Pada Juli - Agustus 2017 lalu, merayakan 45 tahun Indomie, sebuah tas bergambar kemasan Indomie era 1970-an dan 1980-an berisi 10 bungkus Indomie dengan kemasan jadul sempat menarik perhatian masyarakat. Stoknya yang dijual di Pekan Raya Jakarta selalu ludes.
Di toko-toko daringpun, beberapa orang menjual produk yang dulu sangat terkenal namun kini jarang ditemukan, seperti permen kacamata ini, yang saya sebut Permen 8.


Internet

Di internet dalam beberapa tahun terakhir, bertebaran artikel yang membahas hal-hal yang pernah populer di masa lalu, khususnya era 1990-an. Ada artikel mengenai uang kertas era 1990-an yang konon kini cukup bernilai, ada artikel mengenai keadaan terkini pemain sinetron lawas, ada pula yang membahas ponsel Nokia yang sangat digandrungi di zamannya. Tak diperlukan kemampuan khusus untuk menemukan artikel-artikel ini. Cukup ketik "iklan jadul", "pemain sinetron jadul", dan semacamnya.
Di Kaskus pun, nostalgia menjadi cara yang cukup ampuh untuk menarik orang berkunjung. Telusuri saja Hot Thread yang sudah ada dan akan ada banyak thread mengenai hal-hal dari masa lalu. Ada yang membahas soal game legendaris PS1, jajanan favorit semasa SD, nostalgia warung telepon, dan sebagainya.

YouTube

Layanan berbagi video terbesar sejagat ini tampaknya menjadi tempat berkumpulnya generasi '90-an dan ajang nostalgia. Buktinya, ada banyak video iklan dan acara televisi lawas yang diunggah ke YouTube. Beberapa bahkan berhasil meraih penonton yang cukup banyak dan ada pula yang menjadi trending di YouTube Indonesia. Contohnya adalah video ini, ident RCTI versi GBK yang dipakai dari 1994 sampai 2006, yang sempat menjadi trending pada November 2016 dan sudah ditonton lebih dari 180 ribu kali.

Ada pula pengguna YouTube yang mendedikasikan diri untuk menyediakan konten-konten lawas sebagai sarana bernostalgia. Dua kanal yang saya rekomendasikan kepada Anda adalah Sanggar Cerita dan The Lens. Sanggar Cerita sering mengunggah acara televisi, iklan, dan ident lawas, kebanyakan dari era 1980-an dan 1990-an. Saya termasuk orang yang senang bila ia mengunggah iklan lawas. Sementara itu, The Lens mengunggah video dari rekaman yang ia buat pada tahun 1990-an di berbagai tempat di Jakarta dan luar Jakarta. Bisa dibilang, ia sudah melakukan vloggingjauh sebelum kegiatan ini menjadi tren di YouTube.
Sanggar Cerita memiliki lebih dari 42 ribu pelanggan dan seluruh video yang diunggahnya selama ini ditonton sebanyak 32 juta kali secara keseluruhan. Sementara The Lens memiliki hampir 6 ribu pelanggan dengan jumlah tontonan keseluruhan mencapai hampir 780 ribu kali. Ini membuktikan bahwa hal-hal lawas cukup digemari pengunjung YouTube.


Demikian thread dari saya kali ini. Bernostalgia memang menyenangkan. Karena waktu tak bisa diputar mundur kembali, maka kenangan akan masa lalu sering membuat seseorang ingin kembali ke masa tersebut. Berterima kasihlah kepada mereka yang telah menyediakan "mesin waktu" untuk bernostalgia. Terima kasih telah membaca thread ini dan semoga hari Anda menyenangkan.


Referensi I
Referensi II
Referensi III



Diubah oleh gilbertagung 19-09-2018 04:49
0
9.7K
49
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan