Kaskus

News

dybala.maskAvatar border
TS
dybala.mask
Cerita Mereka yang Stres dan Mengeluh Usai Alexis Ditutup
Suara.com - Mulai hari ini, Rabu (28/3/2018) PT Grand Ancol Hotel yang membawahi berbagai kegiatan usaha seperti Hotel dan Griya Pijat Alexis‎ resmi ditutup dan berhenti beroperasi.

Penutupan Alexis ini berdampak besar terhadap 1.000 lebih karyawannya yang kehilangan pekerjaan, mulai dari petugas keamanan, perugas kebersihan, juru masak, penatu, dan lainnya.

Selain karyawan, dampaknya juga dirasakan oleh warga sekitar yang ekonominya bergantung pada kegiatan Alexis.

Seperti pedagang kopi, warung makan, bahkan pedagang asongan yang jualan berbagai macam aksesoris‎ kawasan hotel tersebut.

Salah satu pedagang kopi di emperan ‎ruko samping Alexis, merasakan efek dari penutupan hotel dan griya pijat tersebut.

Sebab dengan ditutupnya Alexis, pelanggannya jadi hilang, sehingga dagangannya jadi sepi pengunjung.

"Otomatis sekarang dagangan saya sepi‎. Soalnya pelanggan saya rata-rata karyawan dan beberapa pengunjung hotel ini," kata pria yang tidak mau disebutkan namanya ini kepada Suara.com.

Tak hanya dirinya sebagai pedagang kopi, sejumlah warung makan ‎di area ini juga merasakan hal yang sama. Ia hanya bisa pasrah atas penutupan Alexis.

Tiba-tiba, di bawah terik matahari ‎yang panas siang tadi, muncul seorang pria yang mengayuh sepeda dengan mutar-mutar di samping gedung Alexis tanpa tujuan.

Tatapannya tampak kosong, layaknya orang yang lagi stres memikirkan sesuatu.

Pria paruh baya yang tengah mengayuh sepeda tersebut sebelumnya berjualan berbagai macam aksesoris memakai gerobak di kawasan‎ Alexis. Pelanggannya karyawan Alexis, dan rata-rata perempuan.

"Bagaimana pun, banyak orang yang hidup dari sini (Alexis). ‎Coba lihat orang itu, dia sudah kayak orang stres. Dia kemarin jualan aksesoris pakai gerobak yang mangkal di sini, tapi sekarang dia bingung soalnya nggak ada lagi pelanggannya," ujar dia.

Mieke, warga Kelapa Gading Timur, menyebut penutupan tersebut tidak efektif dan hanya mencari sensasi semata.

"saya pikir pak Anies cari perhatian publik, dia kan di dukung banyak dari kalangan religius, dan udah kepalang tanggung buat janji mau tutup Alexis,"paparnya.

Mieke menilai seharusnya Pemprov melihat nasib para karyawan Alexis yang akan menjadi pengangguran atau Tunakarya.

Alangkah lebih baik, kata Mieke, pemerintah membuktikan terlebih dulu praktik prostitusi di Alexis agar semua pihak bisa menerima dan tidak terjadi pro kontra.

"Saat ini kan pemerintah tidak membeberkan buktinya secara jelas ke publik kalau memang benar disana ada praktek prostitusi, itu pekerjaan pada nganggur gimana nasibnya," kata Mieke.

"Kalau memang benar disana ada praktek prostitusi, lalu wanita pekerja seks komersial (PSK) mau ditaro dimana? Malah nanti menyebar dan tidak bisa dikontrol. Bisa berakibat PHS (penyakit hubungan Sexual) meningkat. Karena tidak di bawah pengawasan lagi," jelasnya.

Dwi Prayitno, warga Kelapa Gading Barat, menilai keberadaan tempat hiburan menjadi kebutuhan normal bagi masyarakat.

Keberadaan hiburan malam tidak bisa dihindarkan sejak jaman era kepemimpinan DKI, Ali Sadikin.

Ia menyebut Alexis memiliki kekuatan sehingga akan sulit menutupnya secara permanen.

"Praktik prostitusi sulit diberantas karena mencakup moralitas. Perketat saja pengawasan, jangan sampai ada pengedaran narkoba dan jangan sampai ada anak dibawah umur pada tempat hiburan-hiburan yang ada di DKI. Saya yakin nanti juga Alexis akan berdiri lagi ajukan izin usaha baru,"ujar Dwi.

Berdasarkan keputusan Gubernur DKI Anies Baswedan, seluruh unit usaha mereka di bawah bendera ”Alexis” harus ditutup untuk selamanya mulai Rabu hari ini.

TDUP perusahaan itu dicabut pemprov, lantaran terbukti melakukan praktik prostitusi dan perdagangan manusia.

Karenanya, Anies tak ambil pusing soal nasib ribuan karyawan Alexis setelah tempat kerja mereka ditutup selamanya.

"Saya ingin menggaris bawahi, ini pelanggaran yang dilakukan dan diketahui semua yang bekerja di situ," ujar Anies di kantor Wali Kota Jakarta Utara, Jalan Yos Sudarso, Jakarta.

Anies mengakui, sebelum memutuskan untuk mencabut TDUP perusahaan itu, pemprov tak memikirkan nasib pekerja Alexis.

Menurutnya, nasib pekerja Alexis bukanlah persoalan pemprov. Apalagi, para pekerja diklaimnya mengetahui pelanggaran-pelanggaran di tempat mereka bekerja. Dengan kata lain, para pekerja melakukan pembiaran.

Untuk diketahui, berdasarkan keterangan Legal and Corporate Affair Alexis Group, Lina Novita, Selasa 31 Oktober 2017, tempat hiburan di Jalan RE Martadinata No 1, Jakarta Utara itu, mempunyai 1.000 pekerja.

Dari total pekerja itu, 600 orang di antaranya merupakan pegawai tetap. Sementara 400 orang sisanya adalah pekerja dengan sistem kontrak.

https://www.suara.com/news/2018/03/2...alexis-ditutup
0
3.2K
38
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan