- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Gawat! Jakarta Diprediksi Tenggelam Pada 2030, Lihat Video yang Diunggah Najwa Shihab


TS
annisaputrie
Gawat! Jakarta Diprediksi Tenggelam Pada 2030, Lihat Video yang Diunggah Najwa Shihab
Gawat! Jakarta Diprediksi Tenggelam Pada 2030, Lihat Video yang Diunggah Najwa Shihab
Kamis, 1 Maret 2018 09:10
TRIBUN-TIMUR.COM - Beberapa waktu yang lalu, Najwa Shihab menggunggah video yang berjudul 'Jakarta Tenggelam', Selasa (27/2/2018).
Dalam video tersebut berisi tentang penuturan beberapa ahli mengatakan jika Jakarta akan tenggelam pada tahun 2030.
Bahkan, Jakarta dinobatkan menjadi kota ke-7 di dunia yg paling rentan akan kenaikan permukaan laut.
Kondisi ini diperburuk dengan laju penurunan muka tanah yang mencapai 10 sentimeter hingga 12 sentimeter per tahun.
Menurut narasumber Pengamat Lingkungan dari Universitas Indonesia, Firdaus Ali mengatakan latar belakang peristiwa ini lantaran air sungai yang tidak bisa mengalir ke laut.
Narasumber lain, Dodo Gunawan Kepala Pusat Perubahan Iklim BMKG, mengatakan bahwa Kota Jakarta tenggelam akan menjadi kenyataan.
"Nyata jadi itu memang sudah kita rasakan sejak sekarang. Tentu saja yang dimaksud dengan tenggelam itu kan dalam artian tadi. Dengan melihat laju kenaikan permukaan lautnya sekian', kata Dodo.
http://makassar.tribunnews.com/2018/03/01/gawat-jakarta-diprediksi-tenggelam-pada-2030-lihat-video-yang-diunggah-najwa-shihab?page=2
Terancam Tenggelam di 2030, Jakarta Tak Cuma Butuh Tanggul
Jumat, 08 Des 2017 11:25 WIB
Foto: Muhammad Fida/detikcom
Jakarta - Wilayah Jakarta Utara dan sebagian wilayah Jakarta lainnya terancam tenggelam pada tahun 2030 mendatang. Hal tersebut disebabkan oleh permukaan tanah wilayah Jakarta yang terus turun setiap tahunnya lantaran air tanah yang terus diserap oleh warga sebagai sumber air bersih.
Menteri Perencanaan dan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas, Bambang Brodjonegoro mengatakan, untuk mengatasi ancaman itu, pemerintah telah menginisiasi pembangunan tanggul pengaman pantai sepanjang 20 km sampai 2019 mendatang. Namun hal itu dirasa tak cukup untuk memitigasi resiko ancaman banjir di Jakarta di masa mendatang.
Permukaan tanah yang terus menurun lantaran pengambilan air tanah yang terus menerus menjadi penyebabnya. Mantan Menteri Keuangan itu bilang, pemerintah harus membangun penyediaan air bersih dan pengelolaan air limbah untuk menggantikan sumber air bersih warga Jakarta yang selama ini mengandalkan dari air tanah tadi.
"Karena meskipun tanggulnya sudah cukup tinggi, tapi ternyata tinggi air lautnya itu lebih tinggi lagi. Sehingga meskipun sudah ada tanggul, tetap airnya masuk. Kenapa bisa terjadi seperti itu, karena ternyata penurunan muka tanahnya benar-benar terjadi," katanya saat ditemui di lokasi pengerjaan tanggul pengaman pantai paket II di Kalibaru, Jakarta Utara, Jumat (8/12/2017).
"Sehingga kalau tahun 2030 tidak dilakukan apa-apa, maka Jakarta akan kena banjir dari dua arah. yang laut masuk, jadi hampir seluruh Jakarta Utara akan kena banjir laut, sedangkan yang daerah Jakarta yang lebih ke Selatan itu akan terkena banjir dari gunung," tambahnya.
Biaya investasi penyediaan air minum dan pengelolaan air limbah sebagai sumber air bersih di Jakarta pun tak main-main, mencapai Rp 89 triliun hingga tahun 2050.
Maka, ke depan pembangunan sistem penyediaan air minum dan pengelolaan air limbah di Jakarta harus segera dilakukan. Menjadi lebih miris ketika didapati fakta, bahwa Jakarta sebagai kota besar yang dihuni oleh belasan juta penduduk tidak memiliki sistem pengolahan air limbah.
"Kalau itu segera dibenahi, penurunan muka tanah agak bisa ditahan. Bukan disetop atau tidak bisa dibalikkan. Tapi yang penting, bisa diperlambat sehingga umur tanggul yang dibangun sekarang ini bisa dibangun lebih lama," pungkasnya.
https://finance.detik.com/infrastruktur/d-3760601/terancam-tenggelam-di-2030-jakarta-tak-cuma-butuh-tanggul
The New York Times:
10 Tahun Lagi Jakarta Tenggelam Jika...
23/12/2017, 16:25 WIB
Sekitar 40 persen wilayah di Jakarta sekarang berada di bawah permukaan laut. (The New York Times)
JAKARTA, KOMPAS.com - Terjangan "tsunami" buatan manusia di ibu kota Indonesia, Jakarta, menjadi ancaman terdekat bagi keselamatan kota itu.
The New York Times pada Kamis (21/12/2017) membeberkan bagaimana kota yang menjadi serbuan kaum urban itu menghadapi ancaman tenggelam oleh perubahan iklim. Dengan perubahan iklim, level Laut Jawa meningkat dan cuaca di Jakarta menjadi lebih ekstrem.
Awal bulan ini, badai yang tidak normal secara singkat mengubah jalanan kota yang berpenduduk lebih dari 30 juta orang ini menjadi sungai. Salah satu pengamat cuaca, Irvan Pulungan, yang juga penasihat gubernur, mengkhawatirkan temperatur bisa naik beberapa derajat Celcius, dan level laut meningkat sekitar 91,4 cm di abad selanjutnya.
Pemanasan global tidak hanya menjadi penyebab satu-satunya dalam sejarah panjang banjirnya Jakarta. Masalahnya, kota metropolitan itu memang sedang tenggelam. Jakarta tenggelam lebih cepat dibandingkan kota besar lainnya di dunia, sangat cepat, bahkan perubahan iklim yang menyebabkan laut naik, sehingga sungai terkadang mengalir ke hulu, hujan menyapu permukiman, dan bangunan perlahan lenyap seperti ditelan bumi.
Penyebab utamanya, penduduk Jakarta menggali sumur-sumur ilegal sehingga tetes demi tetes mengaliri lapisan bawah tanah, tempat di mana kota itu berdiri, seperti layaknya menggemboskan bantalan di bawahnya. Sekitar 40 persen wilayah di Jakarta sekarang berada di bawah permukaan laut. Daerah pesisir seperti Muara Baru, juga telah tenggelam sekitar 4,26 meter dalam beberapa tahun terakhir.
Pakar hidrologi menyatakan kota ini hanya memiliki satu dekade atau 10 tahun untuk menghentikan karamnya. Jika tidak, bagian utara Jakarta dengan jutaan penduduk akan berada di bawah air.
"Hidup di sini, kami tidak memiliki tempat lain untuk dikunjungi," kata Yudi dan Titi, penduduk Jakarta yang setiap Minggu pergi ke pusat kota dari Jakarta Barat untuk menghabiskan beberapa menit berjalan kaki.
Razia PT Aetra Air Jakarta di wilayah Muara Bahari, Jakarta Utara, Kamis (19/3/2015).(Kompas.com/Kahfi Dirga Cahya) Sumur ilegal Pengembang di Jakarta dan penduduk secara ilegal menggali sumur yang tak terhitung jumlahnya karena air pipa yang mengalirkan air ke lebih dari setengah penduduk Jakarta, harganya terlalu tinggi.
Lapisan kulit bumi berpori yang dapat menahan air (akuifer) tidak dibenahi, meski hujan lebat dan luapan air sungai terus menimpa kawasan itu, karena lebih dari 97 persen wilayah Jakarta sudah tertutupi lapisan beton dan aspal. Memang selalu ada ketegangan antara kebutuhan mendesak dengan rencana jangka panjang. Masalah Jakarta sama seperti kisah kota besar yang terancam tenggelam lainnya, Mexico City, Meksiko. Kedua kota itu menghadapi masalah akuifer yang kering menyebabkan bebatuan dan sedimen membuat Jakarta bak sebuah kue dadar.
Untuk mencegah karamnya, Jakarta harus menghentikan penggalian sumur, yang berarti pemerintah mesti menyediakan pasokan air bersih bagi penduduk, membersihkan saluran air, dan membenahi saluran pembuangan.
Aksi lainnya yang perlu dilakukan seperti pembersihan kanal dan sungai yang tercemar pabrik dengan bahan-bahan kimia. Janjaap Brinkman, ahli hidrologi yang telah mempelajari Jakarta selama puluhan tahun untuk lembaga riset di bidang air dan bawah permukaan air yang berpusat di Delft dan Ultrecht, Belanda, mengatakan proyek ambisius Giant Sea Wall atau tanggul raksasa dibangun tinggi untuk menahan naiknya air laut. Namun dengan tingkat penurunan tanah seperti saat ini, tanggul raksasa bisa berada di bawah laut pada 2030.
ahun Ini "Jika tanggul ini rusak, tidak ada yang menahan Laut Jawa," katanya. Pengamat cuaca setempat, Ardhasena Sopalheluwakan, berpendapat pembangunan tanggul raksasa tidak diperlukan, melainkan membawa Jakarta Utara ke alam dengan membangun hutan mangrove dan peremajaan waduk, termasuk beberapa yang dibangun pada Jakarta tempo dulu.
Banjir di kawasan bundaran air mancur di samping Patung Arjuna Wiwaha, Jalan MH Thamrin, Jakarta, Senin (9/2/2015). Curah hujan yang tinggi mengakibatkan sejumlah tempat di ibu kota terendam banjir. KOMPAS / LASTI KURNIA(KOMPAS / LASTI KURNIA) Tokyo abad 20 Ibu kota Jepang, Tokyo, menghadapi keadaan sulit yang sama setelah Perang Dunia II. Kota itu telah tenggelam sedalam 3,65 meter sejak 1990.
Namun, pemerintah kota mencurahkan sumber dayanya untuk membangun infrastruktur baru dan membuat aturan lebih ketat terkait pengembangan, dan dalam satu atau dua dekade berubah menjadi kota inovasi global.
"Jakarta bisa menjadi kota di abad 21 seperti Tokyo di abad 20, sebagai contoh untuk pengembangan kembali kota urban," ujar Irvan Pulungan, penasihat gubernur.
"Tapi kota yang tidak bisa memberikan layanan dasar adalah kota yang gagal," tambahnya. Seperti Tokyo setengah abad lalu, Jakarta berada di titik balik. "Alam tidak akan menunggu lama," katanya.
https://internasional.kompas.com/read/2017/12/23/16252181/the-new-york-times-10-tahun-lagi-jakarta-tenggelam-jika
--------------------------------

illustrasi
Kalau tahun 2030 ternyata betul kejadiannya bahwa Jakarta tenggelam ... yaaa berarti rezim yang berkuasa di negeri ini pun ikut tenggelam. Selanjutnya ada generasi baru yang pasti lebih baik , yang akan memimpin penduduk di negeri dimana orangnya tinggal sedikit akibat kelelep banjir itu.

Kamis, 1 Maret 2018 09:10
TRIBUN-TIMUR.COM - Beberapa waktu yang lalu, Najwa Shihab menggunggah video yang berjudul 'Jakarta Tenggelam', Selasa (27/2/2018).
Dalam video tersebut berisi tentang penuturan beberapa ahli mengatakan jika Jakarta akan tenggelam pada tahun 2030.
Bahkan, Jakarta dinobatkan menjadi kota ke-7 di dunia yg paling rentan akan kenaikan permukaan laut.
Kondisi ini diperburuk dengan laju penurunan muka tanah yang mencapai 10 sentimeter hingga 12 sentimeter per tahun.
Menurut narasumber Pengamat Lingkungan dari Universitas Indonesia, Firdaus Ali mengatakan latar belakang peristiwa ini lantaran air sungai yang tidak bisa mengalir ke laut.
Narasumber lain, Dodo Gunawan Kepala Pusat Perubahan Iklim BMKG, mengatakan bahwa Kota Jakarta tenggelam akan menjadi kenyataan.
"Nyata jadi itu memang sudah kita rasakan sejak sekarang. Tentu saja yang dimaksud dengan tenggelam itu kan dalam artian tadi. Dengan melihat laju kenaikan permukaan lautnya sekian', kata Dodo.
http://makassar.tribunnews.com/2018/03/01/gawat-jakarta-diprediksi-tenggelam-pada-2030-lihat-video-yang-diunggah-najwa-shihab?page=2
Terancam Tenggelam di 2030, Jakarta Tak Cuma Butuh Tanggul
Jumat, 08 Des 2017 11:25 WIB

Jakarta - Wilayah Jakarta Utara dan sebagian wilayah Jakarta lainnya terancam tenggelam pada tahun 2030 mendatang. Hal tersebut disebabkan oleh permukaan tanah wilayah Jakarta yang terus turun setiap tahunnya lantaran air tanah yang terus diserap oleh warga sebagai sumber air bersih.
Menteri Perencanaan dan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas, Bambang Brodjonegoro mengatakan, untuk mengatasi ancaman itu, pemerintah telah menginisiasi pembangunan tanggul pengaman pantai sepanjang 20 km sampai 2019 mendatang. Namun hal itu dirasa tak cukup untuk memitigasi resiko ancaman banjir di Jakarta di masa mendatang.
Permukaan tanah yang terus menurun lantaran pengambilan air tanah yang terus menerus menjadi penyebabnya. Mantan Menteri Keuangan itu bilang, pemerintah harus membangun penyediaan air bersih dan pengelolaan air limbah untuk menggantikan sumber air bersih warga Jakarta yang selama ini mengandalkan dari air tanah tadi.
"Sehingga kalau tahun 2030 tidak dilakukan apa-apa, maka Jakarta akan kena banjir dari dua arah. yang laut masuk, jadi hampir seluruh Jakarta Utara akan kena banjir laut, sedangkan yang daerah Jakarta yang lebih ke Selatan itu akan terkena banjir dari gunung," tambahnya.
Biaya investasi penyediaan air minum dan pengelolaan air limbah sebagai sumber air bersih di Jakarta pun tak main-main, mencapai Rp 89 triliun hingga tahun 2050.
Maka, ke depan pembangunan sistem penyediaan air minum dan pengelolaan air limbah di Jakarta harus segera dilakukan. Menjadi lebih miris ketika didapati fakta, bahwa Jakarta sebagai kota besar yang dihuni oleh belasan juta penduduk tidak memiliki sistem pengolahan air limbah.
"Kalau itu segera dibenahi, penurunan muka tanah agak bisa ditahan. Bukan disetop atau tidak bisa dibalikkan. Tapi yang penting, bisa diperlambat sehingga umur tanggul yang dibangun sekarang ini bisa dibangun lebih lama," pungkasnya.
https://finance.detik.com/infrastruktur/d-3760601/terancam-tenggelam-di-2030-jakarta-tak-cuma-butuh-tanggul
The New York Times:
10 Tahun Lagi Jakarta Tenggelam Jika...
23/12/2017, 16:25 WIB
Sekitar 40 persen wilayah di Jakarta sekarang berada di bawah permukaan laut. (The New York Times)
JAKARTA, KOMPAS.com - Terjangan "tsunami" buatan manusia di ibu kota Indonesia, Jakarta, menjadi ancaman terdekat bagi keselamatan kota itu.
The New York Times pada Kamis (21/12/2017) membeberkan bagaimana kota yang menjadi serbuan kaum urban itu menghadapi ancaman tenggelam oleh perubahan iklim. Dengan perubahan iklim, level Laut Jawa meningkat dan cuaca di Jakarta menjadi lebih ekstrem.
Awal bulan ini, badai yang tidak normal secara singkat mengubah jalanan kota yang berpenduduk lebih dari 30 juta orang ini menjadi sungai. Salah satu pengamat cuaca, Irvan Pulungan, yang juga penasihat gubernur, mengkhawatirkan temperatur bisa naik beberapa derajat Celcius, dan level laut meningkat sekitar 91,4 cm di abad selanjutnya.
Pemanasan global tidak hanya menjadi penyebab satu-satunya dalam sejarah panjang banjirnya Jakarta. Masalahnya, kota metropolitan itu memang sedang tenggelam. Jakarta tenggelam lebih cepat dibandingkan kota besar lainnya di dunia, sangat cepat, bahkan perubahan iklim yang menyebabkan laut naik, sehingga sungai terkadang mengalir ke hulu, hujan menyapu permukiman, dan bangunan perlahan lenyap seperti ditelan bumi.
Penyebab utamanya, penduduk Jakarta menggali sumur-sumur ilegal sehingga tetes demi tetes mengaliri lapisan bawah tanah, tempat di mana kota itu berdiri, seperti layaknya menggemboskan bantalan di bawahnya. Sekitar 40 persen wilayah di Jakarta sekarang berada di bawah permukaan laut. Daerah pesisir seperti Muara Baru, juga telah tenggelam sekitar 4,26 meter dalam beberapa tahun terakhir.
Pakar hidrologi menyatakan kota ini hanya memiliki satu dekade atau 10 tahun untuk menghentikan karamnya. Jika tidak, bagian utara Jakarta dengan jutaan penduduk akan berada di bawah air.
"Hidup di sini, kami tidak memiliki tempat lain untuk dikunjungi," kata Yudi dan Titi, penduduk Jakarta yang setiap Minggu pergi ke pusat kota dari Jakarta Barat untuk menghabiskan beberapa menit berjalan kaki.
Razia PT Aetra Air Jakarta di wilayah Muara Bahari, Jakarta Utara, Kamis (19/3/2015).(Kompas.com/Kahfi Dirga Cahya) Sumur ilegal Pengembang di Jakarta dan penduduk secara ilegal menggali sumur yang tak terhitung jumlahnya karena air pipa yang mengalirkan air ke lebih dari setengah penduduk Jakarta, harganya terlalu tinggi.
Lapisan kulit bumi berpori yang dapat menahan air (akuifer) tidak dibenahi, meski hujan lebat dan luapan air sungai terus menimpa kawasan itu, karena lebih dari 97 persen wilayah Jakarta sudah tertutupi lapisan beton dan aspal. Memang selalu ada ketegangan antara kebutuhan mendesak dengan rencana jangka panjang. Masalah Jakarta sama seperti kisah kota besar yang terancam tenggelam lainnya, Mexico City, Meksiko. Kedua kota itu menghadapi masalah akuifer yang kering menyebabkan bebatuan dan sedimen membuat Jakarta bak sebuah kue dadar.
Untuk mencegah karamnya, Jakarta harus menghentikan penggalian sumur, yang berarti pemerintah mesti menyediakan pasokan air bersih bagi penduduk, membersihkan saluran air, dan membenahi saluran pembuangan.
Aksi lainnya yang perlu dilakukan seperti pembersihan kanal dan sungai yang tercemar pabrik dengan bahan-bahan kimia. Janjaap Brinkman, ahli hidrologi yang telah mempelajari Jakarta selama puluhan tahun untuk lembaga riset di bidang air dan bawah permukaan air yang berpusat di Delft dan Ultrecht, Belanda, mengatakan proyek ambisius Giant Sea Wall atau tanggul raksasa dibangun tinggi untuk menahan naiknya air laut. Namun dengan tingkat penurunan tanah seperti saat ini, tanggul raksasa bisa berada di bawah laut pada 2030.
ahun Ini "Jika tanggul ini rusak, tidak ada yang menahan Laut Jawa," katanya. Pengamat cuaca setempat, Ardhasena Sopalheluwakan, berpendapat pembangunan tanggul raksasa tidak diperlukan, melainkan membawa Jakarta Utara ke alam dengan membangun hutan mangrove dan peremajaan waduk, termasuk beberapa yang dibangun pada Jakarta tempo dulu.
Banjir di kawasan bundaran air mancur di samping Patung Arjuna Wiwaha, Jalan MH Thamrin, Jakarta, Senin (9/2/2015). Curah hujan yang tinggi mengakibatkan sejumlah tempat di ibu kota terendam banjir. KOMPAS / LASTI KURNIA(KOMPAS / LASTI KURNIA) Tokyo abad 20 Ibu kota Jepang, Tokyo, menghadapi keadaan sulit yang sama setelah Perang Dunia II. Kota itu telah tenggelam sedalam 3,65 meter sejak 1990.
Namun, pemerintah kota mencurahkan sumber dayanya untuk membangun infrastruktur baru dan membuat aturan lebih ketat terkait pengembangan, dan dalam satu atau dua dekade berubah menjadi kota inovasi global.
"Jakarta bisa menjadi kota di abad 21 seperti Tokyo di abad 20, sebagai contoh untuk pengembangan kembali kota urban," ujar Irvan Pulungan, penasihat gubernur.
"Tapi kota yang tidak bisa memberikan layanan dasar adalah kota yang gagal," tambahnya. Seperti Tokyo setengah abad lalu, Jakarta berada di titik balik. "Alam tidak akan menunggu lama," katanya.
https://internasional.kompas.com/read/2017/12/23/16252181/the-new-york-times-10-tahun-lagi-jakarta-tenggelam-jika
--------------------------------

illustrasi
Kalau tahun 2030 ternyata betul kejadiannya bahwa Jakarta tenggelam ... yaaa berarti rezim yang berkuasa di negeri ini pun ikut tenggelam. Selanjutnya ada generasi baru yang pasti lebih baik , yang akan memimpin penduduk di negeri dimana orangnya tinggal sedikit akibat kelelep banjir itu.

0
2.4K
22


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan