]

 Ashley tidak bilang bahwa itu adalah kejutan terbesar baginya ketika menemukan pornografi di ponsel suaminya, Ben.
Sebelum kejadian itu, ia merasa sudah ada hal-hal aneh yang terjadi antara dirinya dan Ben, terutama ketika Ben “kehilangan gairah seksual” sejak putri kembar mereka lahir.
Ashley awalnya hanya berasumsi, Ben sudah tidak menyukainya lagi.
Ia juga merasa dirinya sudah tidak menarik bagi suaminya itu. Meski begitu, keduanya masih mempunyai hubungan sangat baik.
Mereka bahu-membahu menjadi orangtua yang baik bagi anak-anak, berbagi peran dalam pekerjaan rumah tangga, dan masih menikmati momen-momen berkumpul bersama.
Mereka juga masih sering tertawa bersama dan, lebih dari itu semua, mereka masih saling mencintai.

Hanya saja, Ashley dan Ben sudah tidak berhubungan seks lagi.
Hari ketika semua berubah
Waktu itu mereka sedang berlibur di ketika Ashley mengambil ponsel Ben untuk mengubah musik yang ia mainkan.
Saat itulah Ashley melihat langsung bagaimana mimik muka Ben berubah.
Tak butuh waktu lama untuk tahu apa itu: aplikasi demi aplikasi pornografi.
Sejatinya bukan porno yang membuat Ashley kesal, tapi anggapannya bahwa Ben sudah tidak tertarik pada seks. Ia pun tahu bahwa Ben hanya tidak tertarik pada dirinya, bukan pada seks.
Menyadari ketakutan terburuk
Masih memegang ponsel, Ashley bilang ke Ben bahwa ia tidak khawatir dengan pornografi.
Toh ia sudah melihat porno ketika mereka pertama bertemu dan Ashley tidak keberatan jika Ben sesekali melihat film itu.
Hanya saja, Ben sepertinya lebih menyukai porno dibanding Ashley.
Ben mengakui
Ben mengakui bahwa itu benar—lebih menyukai porno dibanding Ashley.
Tubuhnya yang berukuran 12 tidak menarik perhatian Ben lagi.
untuk mendapatkan ereksi, ia perlu melihat payudara palsu, vagina yang dicukur mulus, dan orgasme palsu yang berlebihan. Itulah satu-satunya cara ia bisa terangsang.
Sialnya, itu bukan Ashley
“Saya asli, saya berkata-kata dan berpendirian, saya bisa menghadirkan orgasme yang nyata saat berhubungan seks, dan dengan ukuran 12, saya seperti wanita pada umumnya,” ujar Asley, seperti dilansir dari Whimn.com.au.
Ben memberi tahu Ashley bahwa dirinya kecanduan porno dan tidak tahu cara berhentinya.
Ia melihat film porno setiap hari. Meski begitu, Ashley tak mau menyerah.
Dengan segenap cinta yang ia miliki dalam pernikahan itu, Ashley bilang ke Ben bahwa ia siap untuk mempertahankan perkimpoian jika dia juga mau—mau melakukan terapi kecanduan dan memulai mengembalikan perhatian untuk berhubungan seks secara nyata.
Ben setuju untuk melalukan konseling, tapi dengan beberapa syarat.
Ia bersikeras pergi ke konseling sendiri karena ia menganggap bahwa itu adalah masalanya dan harus ia sendiri yang menyelesaikan.
Tapi…
Ashley mulai curiga jika Ben tidak hanya mengeluh tentang kecanduannya terhadap film porno kepada konsultanya.
Setiap kali Ashley bertanya bagaimana sesi konsultasi berjalan, jawaban Ben benar-benar tidak jelas.
Lebih dari itu, ia terkesan tidak ingin membicarakan itu.
Ashley sebenarnya tidak mau mempermalukannya tapi ia tahu ada hal lain yang Ben sembunyikan darinya.
Bom itu pun meledak…
Hingga suatu hari Ben mengajak Ashley mengikuti sesi konsultasi, dan di hari itulah Ashley merasa dunia runtuh.
Di hadapan konsultan yang belum pernah ditemui Ashley, Ben bilang ia menginginkan perceraian.
Hari itu hanya lima minggu setelah Ashley menemukan aplikasi porno di ponsel Ben—saat ia merasa pernikahannya baik-baik saja.
Setelah itu Ashley merasa seperti menarik benang dan sekarang seluruh kain pernikahannya telah pudar.
Ashley merasa benar-benar hancur. Hampir separuh hidupnya terikat dalam pernikahan, dan sekarang ia adalah seorang ibu tunggal.
Itu adalah hal yang tidak Ashley pikirkan sebelumnya. Meski begitu, ia merasa lega. Bagaimanapun juga ia harus menghadapi kenyataan itu.


http://wartakota.tribunnews.com/2018...atnya?page=all.