Ada hal menarik yang kerap dialami oleh para pelaku Long Distance Relationship. Atau yang biasa disebut dengan LDR.

Umumnya, mereka ini bangga dengan status LDR-nya. Kata mereka, LDR itu ibarat sebuah ujian, tantangan, dan hambatan yang harus dilalui untuk mencapai hubungan harmonis, langgeng dan embel-embelnya. Padahal itu Cuma mitos. Dan nggak ada fakta yang membuktikan ke sana.

Nggak percaya? Silahkan buktikan.

Nih ya, buat kalian yang merasa bangga dengan kehidupan LDR, pikir-pikir lagi deh. Dimana letak kebanggaannya. Lah wong pacarnya jauh kok. Ketemu jarang tapi status hubungan udah pacaran.

Ibarat kata, pelaku LDR itu ibarat mayat hidup, mati kagak hidup udah nggak bisa, pacaran kagak nyari cewek lain takut ketahuan ceweknya.

Nah, ada juga yang bangga dengan LDR karena kesetiaan.

Nih ya, gue kasih tahu. Selaku pelaku LDR, hubungan yang kaya gitu nggak ngejamin pacar kalian itu setia atau kagak. Lah wong banyak juga kok pelaku LDR yang selingkuh dan cari hubungan lain.

Ya iya lah. Pacaran kagak tapi status udah punya pacar. Lah udah kaya mayat idup aja. Kagak jelas statusnya. Karuan jomblo. Sendiri tapi bisa nyari cewek lain. Lah pelaku LDR. Udah sendiri nggak berkutik pula. Alesannya setia nyatanya takut ketahuan dan ditinggal ceweknya. Kan parah!

Nggak cuma disitu sob.

Selain kaya mayat hidup, pelaku LDR itu ibarat investor yang nggak jelas.

Ngeluarin duitnya iya. Nuai hasilnya kagak. Kan basi.

Ya lu pikir aja dah. Gimana sih orang LDR itu ngeluarin duit buat beli kuota.
Anggaplah sebulan Cuma 50 ribu. Kali setahun jadi 600 ribu.

Itu baru kuota pribadi. Kalau kalian lagi apes ya bayarin juga tuh kuota cewek lu. Itung aja 600 ribu kali dua, 1,2 juta . Apa nggak gede tu duit?

Kalau yang jomblo mah ya udah dijadiin DP motor kali, hehehe.

Ya tapi itulah LDR. Setiap jengkal kisahnya memberi makna. Maksudnya, dengan itung-itungan ini kalian mikir.

Sebenernya para pelaku LDR di Indonesia itu kaya-kaya. Lah wong satu tahun aja harusnya bisa DP-in motor. Iya nggak?

Eh tapi itung-itungan tadi buat kalian yang bener-bener jarang ketemu loh.

Sebab kalau dapet pasangan yang gampang kangen yang sebulan pulang sebulan pulang, repot lagi. Sebab itungannya bakal beda. Beda banget, sumpah!

Nih yah. Kalau kalian dapet pasangan LDR yang pulang sebulan sekali karena alesan kangen, seenggaknya kalian bakal ngeluarin uang jalan sekitar 50-100 ribu, tergantung kalian jalan dan makan dimana.

Tapi angka itu juga bisa lebih kalau ada momen spesial, ya kaya ulang tahun dia, ulang tahun kalian, atau ulang tahun hubungan. Atau, ulang tahun hubungan yang dirayain tiap bulan. Maksudnya anniv-anniv gitu dah -_-

Nah, kalau momen kaya gitu, kalian bakal ngeluarin lebih. Kira-kira satu kali pertemuan disana dihargai 100-150 ribu. Ingel loh yah. Itungan gue ini itungan yang paling sederhana dan nggak neko-neko—dalam artian hanya makan, jalan, jajan, bensin, parkir, dan tiket tempat wisata.

Lalu ingat juga, itungan di atas belum termasuk hadiah anniv atau ulang tahun. Karena itu tergantung kalian. Jadi nanti tinggal itung sendiri aja.

Jadi intinya, untuk jalan-jalan tiap bulan—maksudnya sebulan hanya satu kali dua kali jalan—biaya yang harus kalian keluarkan kurang lebih 100 ribu. Itu tiap bulan. Untuk nilai satu tahun, kalian tinggal kalikan 12. Jadi hasilnya sama dengan 1,2 juta.

So, sejauh ini, untuk biaya kuota dan jalan selama satu tahun, pelaku LDR biasa menghabiskan 1,8 juta per tahun buat mereka yang nggak nanggung kuota pasangan dan 2,4 juta per tahun buat mereka yang nanggung kuota pasangan.

Nah Jon. Gimana, masih bangga dengan status LDR?

Dengan uang segitu para jomblo bisa membeli motor bebek bekas kelas Astrea loh. Bahkan bisa juga buat beli CB100 Classic.

Buat yang suka motor baru dan hobi kredit, 2,4 juta ini bisa dijadikan DP motor sport 150cc, mblo. Gimana, kaya-kaya kan pelaku LDR di Indonesia?

Ya ya ya. Begitulah LDR. Deritanya memang tiada ujung.

Tapi perhitungan tadi belum seberapa. Sebab apa yang gue sampaikan Cuma perhitungan beda provinsi doang. Yang artinya, jarak pasangan ini nggak harus nyebrang pulau.

Di belahan bumi lain masih ada pelaku LDR yang beda pulau, negara, bahkan benua.

Kalau perbedaan jarak sudah kaya gitu, perhitungan di atas sudah nggak berlaku. Sebab nominal yang mereka keluarkan bisa lebih kecil atau lebih besar. Tergantung bagaimana mereka menjalani hubungan itu.

Bayangkan jika pasangan LDR ini sudah beda negara. Anggaplah Indonesia-Jepang.

Biaya penerbangan pulang pergi Indonesia-Jepang saja sudah tembus 10 juta lebih. Itu kalau satu kali terbang.

Bayangkan bila mereka harus bertemu dalam tiga atau enam bulan sekali.

Berapa biaya yang mereka keluarkan?

Itu baru hitungan transportasi, belum makan, visa hingga penginapan.

Jadi, kalau dikalkulasi angkanya ya, bisa sampai 20 juta lah.

Ya itulah harga yang harus mereka bayar selain sabar dan sabar.

Itu kalau hubungannya masih satu benua loh ya, lain lagi kalau sudah loncat benua kaya Indonesia-Brazil atau Indonesia-Africa Selatan. Biayanya mungkin lebih dari itu.

Tapi ya itulah Long Distance Relationship. Tiap-tiap jengkal kisahnya punya makna tersendiri. Tergantung bagaimana kalian memaknainya.

Yang jelas dari hubungan ini adalah bagaimana sabar menjadi sesuatu yang tak bisa dinominalkan.

Sabar adalah kunci dari hubungan ini.
Sabar adalah syarat utama dalam hubungan ini.

Sabar, adalah sesuatu yang wajib dan harus dimiliki oleh mereka yang menjalani hubungan ini.

Tanpa sabar, sekaya apapun kalian, kalian nggak bakal bisa laluin hubungan ini dengan baik.

Tanpa sabar pula, sebaik apapun hubungan yang kalian jalani, cepat atau lambat, akan terguncang dan jatuh juga.

Bahkan, setulus apapun kalian, kalau sudah nggak ada sabar dalam hati kalian, hubungan jarak jauh ini akan amat melelahkan. Dan nanti pilihannya cuma dua, sematkan sabar dan sabar dalam hati, atau sudahi hubungan yang melelahkan ini.

Dan kembali. Sabar menjadi sesuatu yang tak dapat dinominalkan.

Gue selaku pelaku LDR selalu menyematkan sabar dalam hati gue. Susah emang. Capek juga. Cuma nggak ada pilihan lain. Hanya itu. Cuma itu.

Gue nggak tahu gimana ceritanya kalau gue gak bisa sabar hadapin kondisi ini.

Mungkin, di setiap pertengkaran nanti akan ada kata “ya udah, kita putus aja.”
Atau, “Yaudah, kita masing-masing aja” saat sabar sudah benar-benar musnah dalam hati kecil gue.

Cuma ya itu. Sabar jadi instrumen terbaik buat jadikan kami dua insan yang saling memahami, juga mengerti.

Tapi ya kalau dia yang bilang; “yaudah, kita masing-masing aja.” Gua tinggal bilang; “lu lupa waktu tangan lu kotor terus gue suapin lu pas makan? Lupa saat lu gue tenangin pas ada petir? Atau, lu lupa sama saat-saat dimana kita patungan karena nggak ada duit buat jajan?”

Dan kalau dia masih ingin udahan, berarti ya sudah.

Artinya dia nggak sabar. Dan kondisi itu nggak baik buat gue sama dia. Sebab cepat atau lambat, pertengkaran lanjutan akan terjadi. Dan gue nggak jamin apakah ketidaksabaran dia nanti berdampak baik atau buruk buat hubungan kami.

Pada akhirnya Long Distance Relationship adalah hubungan yang mahal.

Modal yang kalian keluarkan nanti nggak sedikit, banyak. Namun nggak seberapa jika dibandingkan dengan kesabaran.

Pesannya nanti kalian nggak usah sombong atau bangga jalanin LDR.

Biasa aja. Terlebih kalau duit pacaran lu masih dari orang tua.

Dan buat kalian yang masih pacaran pakai duit orang tua, apa lagi gaya pacarannya LDR, udahlah, putusin aja. Kasian. Kalian nggak bakal kuat, percuma.

Kalau kalian nggak percaya, tunggu aja. Tunggu sampai kalian nggak dikasih duit kuota lalu kena marah pacar. Hah, nanti juga tau sendiri.

Kalau nggak diomelin paling dibilang selingkuh atau mentingin yang lain dibanding doi.