Entah itu homogen atau bukan, kita pandai bukan karena diajar, tapi karena belajar
TS
babygani86
Entah itu homogen atau bukan, kita pandai bukan karena diajar, tapi karena belajar
Sekolah homogen atau heterogen, semua ada kelebihan masing-masing, jadi sebenarnya tak perlu dipertentangkan. Pertanyaan sederhana: sekolah boleh homogen atau heterogen, bagaimana dengan pendidikannya? Haruskah juga homogen atau heterogen, atau campuran keduanya?
Quote:
Ada hal hal yang akan kamu dapatkan jika sekolah di sekolah homogen. Salah satunya pasti gampang buat ngerti atau sepikiran sama temen sejenis kan? Makanya ikatan antar siswa di sekolah homogen bisa terjalin lebih erat. Suasana kekeluargaannya juga terasa banget. Cewek pasti lebih betah shopping sama sesama cewek. Cowok juga lebih semangat nonton bola bareng cowok juga. Jadi temen sekolah bukan sekedar temen belajar, tapi temen segala aktivitas. Terakhir, tidak akan sungkan tampil karena takut “pasaran” turun. Prestasi di kelas atau beraksi pas pelajaran olahraga is no big deal. Yang melihat kan cuma temen-temen cewek jadi lebih cuek.
Quote:
Namun keseringan bergaul sama teman yang sama jenis kelaminnya, bisa membuat kita kurang mengerti perasaan lawan jenis. Akibatnya kita jadi pukul rata dalam menyikapi semua orang. Biasanya murid- murid sekolah homogen juga tidak terlalu peduli sama penampilan. Datang ke sekolah nggak sisiran, nggak pakai parfum, bahkan nggak mandi pagi pun udah dianggap biasa. Terakhir, Sekolah bagai gurun pasir, tidak ada lawan jenis potensial buat dijadiin penyemangat hari, kalau untuk cari pacar atau gebetan memang harus ‘gerilya’ di luar sekolah.
Dalam banyak referensi, dalam komunitas anak-anak satu etnik sekalipun, keberagaman dan peminatan yang berbeda adalah hal yang wajar dan seharusnya, karena mereka bukan kumpulan robot yang senada dan seragam. Oleh karena itu, pendidikan yang bersifat heterogen sangat diperlukan, namun pendidikan homogen tentang satu hal yang sama tidak bisa dilupakan untuk sebuah negara sebesar Indonesia atau negara yang masih harus memperkokoh nasionalismenya.
Quote:
Saat ini ada kelompok-kelompok baru yang muncul dan ingin menonjolkan primordialisme mereka. Para generasi muda diharapkan bisa menjadi penerus bangsa yang tetap memegang teguh kedaulatan kebhinekaan di Indonesia. Mahasiswa harus jadi bagian dari misi negara menjaga persatuan Indonesia. Kita lahir, tumbuh, dan berkembang untuk menjadi sebuah kebhinekaan. Tapi akan sangat rentan kalau jika kebhinekaan itu tak dipompa.
Terlepas sekolahnya homogen atau heterogen, belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan. Jadi teringat sebuah pernyataan menarik dari artis Natalie Portman yang mengatakan, “Aku tidak suka studi, aku benci studi. Aku lebih suka belajar dan belajar itu indah”. Memang belajar itu penuh dengan risiko dan tantangan. Justru, risiko dan tantangan itu yang menjadikan diri tidak sekadar menguasai materi, namun juga tangguh secara mental.
Ada juga ungkapan Belajar itu ibadah, kebersamaan itu indah, ungkapan itu nampaknya cocok untuk menggambarkan betapa para siswa yang mengalami keletihan luar biasa ketika belajar. Setiap hari mereka harus bolak balik dari kos ke kampus, kemudian dari kampus ke kos, dan seterusnya. Kegiatan rutin itulah yang setiap hari mereka lakukan. Tentu, yang mereka lakukan bukan tanpa tujuan apa-apa, melainkan ingin menggapai mimpi mereka dengan apa yang sedang mereka pelajari. Dari aspek agama, tentu apa yang mereka lakukan itu sungguh kegiatan sangat mulia. Berada di jalan jihad. Jihad memperjuangkan masa depan generasi bangsa dan agama. Orang tidak akan mendapatkan ilmu kecuali dengan enam perkara, yaitu “kecerdasan, rakus pada ilmu, kesungguhan, biaya, dan bergaul dengan guru.”
Jadi tugas kita semua adalah bagaimana supaya anak didik di sekolah homogen atau heterogen kasmaran dalam belajar. Jangan hambat gairah belajar mereka dengan hal-hal menakutkan, karena belajar itu bukan kewajiban; belajar itu hak anak. Sekali lagi, belajar itu hak anak dan negaralah yang wajib menyediakan fasilitasnya.
Dan yang terakhir, harus diingat untuk semua orang entah itu di homogen atau sekolah heterogen, kita pandai bukan karena diajar, tapi karena belajar.