Beberapa Faktor Yang Perlu Di perbaiki Dalam Perfilman Indonesia
TS
inginmenghilang
Beberapa Faktor Yang Perlu Di perbaiki Dalam Perfilman Indonesia
Film atau Movie adalah media komunikasi menceritakan tentang realita kehidupan yang terjadi dalam sehari-hari serta dikemas dalam bentuk audio dan visual. Film juga merupakan perpaduan antara seni dan teknologi. Semakin berkembangnya zaman juga berbanding lurus dengan teknologi yang bermunculan pada sebuah karya film, contohnya seperti efek CGI, yang merupakan sebuah pencitraan melalui komputer demi menampilkan efek visual yang memukau.
Banyak unsur yang terdapat pada film sehingga bisa menghasilkan sebuah karya yang dapat dinikmati oleh banyak orang. Tapi sayang, tidak semua film diolah dengan apik sehingga terkadang menimbulkan rasa kekecewaan tersendiri bagi penontonnya. Seringkali para kreator film mengabaikan beberapa aspek yang sebenarnya terlihat sepele namun bisa jadi aspek tersebut menjadi salah satu kunci keberhasilan suksesnya sebuah film.
Dunia perfilman Indonesia bangkit dari mati suri pada awal 2000-an diawali oleh sebuah film karya Rudi Soedjarwo berjudul Ada Apa Dengan Cinta. Setelahnya banyak bermunculan film-film yang meramaikan belantika perfilman Indonesia. Namun sayang, dengan bangkitnya dunia perfilman Indonesia tidak diikuti oleh karya-karya film berkualitas dan layak ditonton. Terbukti dengan hadirnya film-film bergenre horor dengan judul amburadul yang hanya menjual kemolekan tubuh para pemain wanitanya, tanpa bisa menyampaikan apa makna yang ingin disampaikan pada para penonton diselingi plot yang tidak jelas. Jangankan untuk mengapresiasi, untuk memahami jalan ceritanya saja perlu berpikir keras, sampai-sampai film sekelas Shutter Island nya bang Leonardo saja kalah jauh rumitnya. Ironis memang...
Sebagai penikmat film tapi bukan seorang kritikus berpengalaman, kali ini TS akan melihat dari sudut pandang sebagai orang awam didunia perfilman, dan akan mencoba merangkum beberapa aspek yang perlu ditingkatkan dalam perfilman Indonesia.
Quote:
1. Dialog
Quote:
Adalah percakapan lisan antara dua orang atau lebih. Tanpa dialog, sebuah film akan terasa hambar. Pada awalnya film hanya berupa visual dan disebut film bisu. Kalian mungkin mengenal Charlie Chaplin? Dia adalah tokoh terkenal saat film bisu berjaya di era 1920-an.
Dialog yang cerdas pada sebuah film akan meninggalkan kesan yang mendalam bagi penontonnya. Isi percakapan tidak melulu harus yang rumit, cukuplah dengan kalimat yang sederhana tapi bermakna. Seperti contoh dialog kapten Miller di film perang Saving Private Ryan, "all we can do here is die," yang sampai saat ini masih terngiang di kepala TS. Dalam sebuah adegan pada film disertai dialog yang pas, akan meninggalkan kesan yang mendalam.
Kelemahan beberapa film Indonesia sedari dulu ada di poin ini. Dialog yang miskin kosakata dan terdengar biasa sudah menjadi hal lumrah. Atau ada dialog yang berat tapi malah terkesan lebay. Untuk membuat porsi dialog yang sinkron dengan situasi di film memang tidaklah mudah. Diharapkan para penulis skenario film di Indonesia dapat membedakan mana dialog untuk novel mana dialog untuk film. Keduanya sama sekali tidak sama. Akan terasa sangat kaku saat sebuah film menggunakan dialog berisi materi untuk novel, karena film adalah bentuk audio dan visual dimana dialog harus sesuai dengan adegan. Berbeda dengan novel yang mengharuskan penulis mengisi dialog serta menceritakan situasi dan penokohan secara detil dalam bentuk tulisan karena tidak ada bentuk visual disana. Ketika dialog pada novel digunakan untuk film, maka hasilnya akan seperti film 5cm. Silahkan menonton sendiri filmnya untuk menyimpulkan.
Quote:
2. Plot Cerita
Quote:
Plot atau rangkaian peristiwa yang terjadi dalam jalannya sebuah cerita di film cukup berpengaruh terhadap penilaian penonton. Inkonsistensi plot atau tidak memiliki keterkaitan antara satu kejadian dengan kejadian lainnya akan membuat bingung para penonton mencerna kronologis cerita dari awal sampai akhir film. Sering kita melihat di film-film Indonesia, tidak ada angin tidak ada hujan tiba-tiba masih dari tahap alur perkenalan langsung loncat pada titik klimaks cerita tanpa dijembatani awal konflik sehingga terasa absurd.
Sineas Indonesia harus berhati-hati menyusun alur cerita karena sudah banyak film lokal dengan plot yang tidak jelas dan hasilnya membuat penonton bertanya-tanya setelah menonton film tersebut. Ada banyak gaya pengaturan plot di dunia perfilman agar penonton tidak merasakan bosan dengan alur cerita yang mudah ditebak dan begitu-begitu saja. Tapi kesalahan sering terjadi saat para kreator film mencoba bereksperimen dengan karyanya.
Quote:
3. Efek Visual
Quote:
"Awas sayangku, didepan ada bemo..!!" Si cewek berteriak. "Ah, tidaaaak..!!!" Cowoknya banting setir jadi pedagang.. Dan, "Braakk, duarr.. Makpyaaarr...!!! Terjadilah tabrakan.
Adegan yang cukup membuat para penonton menjadi histeris. Tapi sayang... Hanya beberapa detik saja kita disuguhkan adegan yang membuat was-was, selanjutnya adalah pengambilan gambar sebuah mobil sedan mewah yang ceritanya menabrak pohon. Tapi yang menggelikan, sedikitpun tidak terlihat kerusakan pada mobil tersebut, hanya beberapa ranting pohon saja menutupi kap mesin mobil ditambah kepulan asap yang entah darimana datangnya. Yang lebih dahsyat adalah ketika para penumpangnya terlihat berdarah-darah tapi kondisi mobil mulus no minus. Airbag pada mobil pun sama sekali tidak berfungsi. Seandainya yang dijadikan properti adalah mobil sedan keluaran lama zaman bang Rhoma masih muda, mungkin penonton akan sedikit maklum airbag nya tidak mengembang.
Membuat sebuah karya film yang serba tanggung akan memperlihatkan betapa tidak seriusnya kreator film menggarap proyek tersebut. Budget produksi yang minim jangan dijadikan dalih untuk mencari pembenaran. Banyak film berbudget rendah namun dapat menghasilkan sebuah karya yang prestisius. Sebut saja film Paranormal Activity. Film tersebut hanya bermodalkan kurang lebih 200 juta namun mampu menghasilkan pendapatan 2 triliun lebih.
Bisa bikin cerita tentang kehidupan orang kaya tapi bikin lecet bemper mobil sedikit saja kenapa takut?
Quote:
4. Figuran
Quote:
Semua aspek yang terdapat pada sebuah film sangatlah penting tak terkecuali para figuran atau extras. Akting pemeran utama yang mumpuni seketika akan terlihat hancur lebur saat akting figuran terlihat tidak maksimal dan terkesan asal-asalan. Pemeran pendukung dengan atau tanpa dialog memang hanya sebagai pemanis semata, namun keberadaannya tidak dapat dipandang sebelah mata. Kejadian saat figuran tidak maksimal menjalankan tugasnya sering terjadi saat pengambilan gambar di sebuah restoran atau tempat umum lainnya dimana pemeran utama harus dikelilingi banyak orang. Selalu ada adegan yang terlihat tidak natural dilakukan para figuran saat pemeran utama sedang sibuk melakukan adegan dengan lawan main. Entah karena pihak casting yang kurang berkompeten memilih calon figuran atau ada hal lain, entahlah..
TS pernah melihat sebuah adegan di film, dimana saat terjadi dialog oleh pemeran utama yang berpakaian ala desa di sebuah pedesaan berlatarkan area persawahan. Tiba-tiba dibelakang berjalan dua orang figuran berpenampilan layaknya anak perkotaan, bercelana jeans berbaju kemeja. Penampilan figuran sangat tidak pada tempatnya. Sungguh pemandangan yang merusak momen.
Perbaikan di poin ini sangat disarankan untuk para casting director dalam mencari pemeran figuran. Ketelitian sangat dibutuhkan untuk menemukan pemeran pendukung yang cocok untuk memerankan figuran di kondisi yang sesuai.
Quote:
5. Teknik Pengambilan Gambar atau Sinematografi
Quote:
Ditangan kameramen yang tepat, sebuah film akan semakin terlihat sempurna. Penampakan visual yang memukau ditentukan oleh kepiawaian kameramen dalam pengambilan gambar dan menggerakan kamera. Ada beberapa teknik pengambilan gambar yang harus dikuasai oleh kameramen. Film harus menyampaikan visual menjadi sebuah cerita yang membuat penonton enggan beranjak dari kursinya. Inception adalah salah satu film dengan sinematografi terbaik yang mampu memanjakan mata para penonton. Di film tersebut kita dipaksa untuk mengagumi visual yang dihasilkan oleh Wally Pfister.
Para penonton setia film-film Indonesia masih mengharapkan para Sinematografer nasional agar terus meningkatkan hasil karyanya. Beberapa film Indonesia harus diakui sudah mampu menghasilkan film dengan visual yang baik namun harus tetap ada peningkatan bila ingin bersaing dengan film luar.
Quote:
6. Musik
Quote:
Peran musik dalam sebuah film sangatlah krusial. Apa jadinya film tanpa musik? Musik merupakan ekspresi dari film itu sendiri. Sebagai aspek yang mampu menghidupkan suasana dalam sebuah film, musik juga berfungsi sebagai perantara pesan yang ingin disampaikan oleh film tersebut. Namun menempatkan musik pada film tidak bisa sembarangan. Film drama romantis dengan para tokohnya yang lemah gemulai akan sangat absurd bila diisi dengan musik underground.
Lagi-lagi perfilman kita sering luput memperhatikan hal kecil ini. Seringkali ada adegan dengan musik yang dimainkan tidak sesuai sama sekali. Kesalahan yang sering terjadi adalah ketika para tokoh melakukan dialog dimana seharusnya musik tidak diperlukan atau setidaknya terdengar pelan, tapi iringan musik yang lebih cocok diputar saat adegan klimaks pun mengalun. Konsentrasi penonton terpecah antara harus mendengarkan musik yang menghentak atau memasang pendengaran lebih tajam untuk menyimak dialog apa yang sedang terjadi.
Demikian Thread ini TS buat sebagai uneg-uneg penikmat film dalam negeri. Bagaimanapun juga mari kita dukung perfilman Indonesia. Apalagi saat ini Indonesia mulai berbicara di kancah perfilman Internasional melalui The Raid dan Pengabdi Setan. Kedua film tersebut sudah diputar di berbagai negara bukan hanya Asia tapi Amerika dan Eropa. Itu adalah bukti bahwa Kreator-kreator perfilman Indonesia juga berkualitas.
:ayoindonesia :ayoindonesia
Spoiler for sumber:
sumber : pemikiran TS sendiri
sumber gambar : google