- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Euro Nyaris Sentuh Rp 17.000, Poundsterling di Rp 19.321


TS
mau.mau.lah
Euro Nyaris Sentuh Rp 17.000, Poundsterling di Rp 19.321
Quote:

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap mata uang Eropa bergerak melemah. Bahkan kini euro diperdagangkan nyaris menyentuh kisaran Rp 17.000/euro.
Pada Selasa (20/3/2018) pukul 13.30 WIB, euro berada di posisi Rp 16.975/euro. Rupiah melemah 0,51% dibandingkan penutupan sehari sebelumnya.
Sementara poundsterling diperdagangkan di Rp 19.321,82/GBP. Rupiah melemah 0,1% dibandingkan posisi pembukaan pasar.

Tidak hanya terhadap rupiah, euro dan sterling ini memang tengah menguat terhadap mata uang dunia termasuk dolar AS. Setelah beberapa waktu dolar AS menguat, greenback hari ini melemah di hadapan saudara tuanya di Benua Biru.
Penguatan poundstering terhadap mata uang global disebabkan oleh tercapainya kesepakatan dengan Uni Eropa (UE) mengenai keluarnya Negeri Elizabeth dari organisasi tersebut (Brexit). Inggris tetap akan menjadi anggota UE tanpa hak suara (non-voting member) sampai akhir 2020. Kemudian disepakati pula bahwa Irlandia Utara akan tetap menjadi wilayah pabean UE.
Mulusnya kesepakatan ini membuat pelaku pasar yakin bahwa Brexit tidak akan membawa dampak positif bagi perekonomian. Oleh karena itu, proyeksi pertumbuhan ekonomi 1,7% pada 2018 (naik dari perkiraan sebelumnya yaitu 1,5%) masih sangat relevan.
Dengan perkembangan tersebut, pasar pun semakin yakin bahwa Bank Sentral Inggris (BoE) akan mulai menerapkan kebijakan moneter ketat. BoE dijadwalkan akan melakukan pertemuan untuk menentukan suku bunga acuan pada 22 Maret waktu setempat.
Konsensus pasar menilai BoE masih akan mempertahankan suku bunga acuan pada pertemuan tersebut. BoE diperkirakan baru menaikkan suku bunga pada pertemuan Mei, dan bahkan beberapa pihak memperkirakan ada kenaikan sekali lagi pada tahun ini.
Perkembangan ini membuat sterling menguat signifikan. Kenaikan suku bunga yang semakin dekat akan menjangkar inflasi mata uang ini sehingga berpotensi menguat.
Tidak hanya poundsterling, euro pun mengalami apresiasi. Seperti halnya sterling, penguatan euro pun didorong oleh wacana pengetatan kebijakan moneter.
Reuters melaporkan, sejumlah pengambil kebijakan di Bank Sentral Uni Eropa (ECB) kini mulai berpikir untuk mengubah arah kebijakan. Awalnya, alur pengetatan moneter dilakukan dengan mengurangi pembelian surat-surat berharga (quantitative easing), tetapi kini mulai ada pemikiran agar langsung melalui kenaikan suku bunga.
Kabar ini langsung menjadi bensin bagi euro untuk melaju. Euro tentu akan menjadi instrumen yang menarik jika ada kenaikan suku bunga, setelah cukup lama berkutat di suku bunga negatif.
Situasi di Zona Euro memang sudah jauh lebih baik selepas krisis keuangan global 2008 dan krisis fiskal 2010. Pada 2018, pertumbuhan ekonomi Zona Euro diperkirakan mencapai 2,4%. Lebih baik dibandingkan proyeksi yang dibuat akhir tahun lalu yaitu 2,3%.
Akibat dari pemulihan ekonomi ini, ECB pun sudah tidak canggung untuk bicara pengetatan moneter. Dalam pengumuman setelah pertemuan belum lama ini, Presiden ECB Mario Draghi mengatakan pihaknya bisa saja memperpanjang masa quantitative easing sampai lewat dari September 2018.
Namun Draghi tidak menyebutkan pembelian lebih lanjut. Ini dibaca pasar sebagai sinyal ECB akan menyelesaikan stimulus dan sudah bersiap mengakhiri era kebijakan moneter longgar.
https://www.cnbcindonesia.com/market...ng-di-rp-19321
0
2K
Kutip
17
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan