Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

bringharjoAvatar border
TS
bringharjo
Hutang Menggunung, APBN Berdarah-darah


Jakarta--Ekonom senior dari Universitas Indonesia (UI) Jakarta, Faisal Basri menilai, pemerintah mampu membayar utangnya yang mencapai Rp4.034,8 triliun. Hanya saja, APBN bisa bleeding alias berdarah-darah.

Faisal bilang, bunga atau imbal hasil (return) dari surat utang negara yang ditawarkan kepada investor, tergolong lumayan tinggi.

Walhasil, beban bunga yang harus ditanggung pemerintah juga besar. "Kita masih mampu bayar nggak? Masih mampu tapi persentase APBN yang dialokasikan untuk bayar utang makin naik, karena kita semakin banyak berutang, menawarkan lebih banyak (surat utang), orang akan ambil surat utang kita, kalau bunga tinggi kan maka beban pembayaran bunga dari waktu ke waktu naik," kata Faisal di Jakarta, Sabtu (17/3/2018).

Faisal lantas membandingkan utang Indonesia dengan Jepang dan Amerika Serikat (AS). Memang, kata Faisal, jika patokannya rasio utang terhadap PDB (Produk Domestik Bruto), Indonesia tergolong rendah. Yakni berada di kisaran 28%-29%.

Namun, lanjut Faisal, baik Jepang maupun AS memiliki beban bunga yang relatif rendah ketimbang Indonesia. Apalagi jika nilai tukar rupiah terhadap US$ terus merosot, semakin berat beban keuangan negara.

"Indonesia utangnya itu net PDB rasio masih 30% beda sama Jepang yang sudah 200%, tapi beban bunga di Jepang utangnya secara persentase jauh lebih rendah dari kita. AS juga 100%, tapi beban utangnya lebih rendah dari kita," kata Faisal.

Jika beban bunga utang terus meningkat ini, lanjut Faisal, tentunya berdampak kepada APBN. Ibarat tubuh, APBN bisa mengalami bleeding atau berdarah-darah.

Lantaran harus membayar cicilan dan bunga utang yang besar."Jadi betul pemerintah masih punya keleluasaan untuk bayar cicilan dan bunga, tapi memang makin membebani (APBN)," katanya.

Akibatnya, porsi anggaran dalam APBN bisa saja makin lama makin kecil, semisal porsi anggaran kesehatan bisa dipotong lantaran untuk membayar cicilan dan bunga utang yang sudah jatuh tempo.

Apalagi dengan saat ini kondisi anggaran APBN yang boleh dibilang terbatas. "Kalau cicilan dan bunga itu naik, maka uang anggaran untuk kesehatan makin turun, pendidikan juga makin turun, kesehatan dan pendidikan bisa diundur, cicilan dan bunga utang harus dibayar tepat waktu. Maka utang akan semakin membebani," tegas Faisal. [air]

Sumber



Diubah oleh bringharjo 20-03-2018 03:43
bukan.bomat
bukan.bomat memberi reputasi
1
2.2K
31
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan