Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

annisaputrieAvatar border
TS
annisaputrie
Ustadz Abdul Somad Minta Jangan Pilih Pemimpin karena Disogok, Rp100 Ribu Juga Haram
Di Bireuen, Ustadz Abdul Somad Minta Jangan Pilih Pemimpin karena Disogok, Rp100 Ribu Juga Haram
Selasa, 13 Maret 2018 18:00 WIB

Penulis: Joniful Bahri



Ustadz Abdul Somad Minta Jangan Pilih Pemimpin karena Disogok, Rp100 Ribu Juga Haram
Ustadz Abdul Somad saat tampil di Lapangan Galacticos, Cot Gapu, Bireuen, Senin (12/3/2018) malam. (foto joniful bahri)


BIREUEN - Di penghujung tausiah Ustadz Abdul Somad di Lapangan Galacticos, Cot Gapu,  Kabupaten Bireuen, Senin (12/3/2018) malam, beliau meminta tidak memilih pemimpin yang menyogok dengan uang seratus ribu.Penyampaian tausiah di Bireuen, Ustadz Abdul Somad menitikberatkan terhadap manajemen kalbu, hal yang dapat merusak hati, takabur, merasa diri besar, angkuh dan sombong.

"Dalam memilih pemimpin, jangan sampai karena disuap atau disogok, apalagi dikasih uang seratus ribu. Sebab semua itu haram," katanya.

Dibagian lain, Ustadz Abdul Somad juga menyampaikan tentang penyakit hati kedua adalah hasad, tak senang melihat orang lain dapat nikmat.

Membersihkan hati, tambah Ustad Abdul Somad, ketika orang lain dapat nikmat, lalu kita marah, dan itu merupakan penyakit hasad, yang tahu hasad itu diri kita sendiri dan Allah.

"Hasad itu tak bisa dideteksi, tak nampak dari luar. Golongan ini tak masuk surga jika ada kesombongan di hatinya meski sebesar biji sawi sekalipun. Tak ada cara lain, selain merendahkan diri, tak sombong," sebutnya.

Untuk menghilangkan penyakit hati, tambah Ustad itu, doakan orang dapat nikmat itu yang baik-baik dan tidak mendoakan yang jelek-jelek. "Diantara penyakit hati ketiga yaitu, syirik, masih mempercayai selain Allah," sebutnya.

Pantauan GoAceh, puluhan ribu warga memadati lapangan tersebut untuk mendegar isi tausiah dengan ciri khas ceramah, dibumbui humor serta guyonan Ustadz Abdul Somad.

Sementara itu Bupati Bireuen, Saifannur dalam sambutannya menyebutkan ustad Somad kecil-kecil cabe rawit. ''Untuk malam ini saya tak berceramah panjang lebar, karena ada Ustadz, panggung ini milik Ustadz Abdul Somad,'' ujar Saifannur.

https://www.gosumut.com/berita/baca/2018/03/13/di-bireuen-ustadz-abdul-somad-minta-jangan-pilih-pemimpin-karena-disogok-rp100-ribu-juga-haram#sthash.Cz4AEvDb.dpbs

Saat Kaum Muslimin Dihadapkan hanya 2 Pimpinan: 
Muslim tapi Bejat Moralnya atau Kafir yang Baik?




Survei Time: 

Praktik Politik Uang Dilarang, Tapi Dianggap Wajar

SENIN, 19 MAR 2018 10:24


KUDUS - Menjelang Pilkada serentak 2018, Yayasan Tasamuh Indonesia Mengabdi (Time) melakukan survei kepada masyarakat di Jawa Tengah tentang politik uang. Hasilnya mengejutkan. Mayoritas masyarakat memiliki persepsi bahwa politik uang itu wajar.


Hasil itu berdasarkan survei kepada 255 responden yang dilakukan acak (random) dikirim lewat nomor handphone pada Desember 2017. Responden yang menjawab  merima uang, pilihan terserah sekitar 40 responden atau 16 persen. Sedangkan, money politics tidak salah kalau untuk ganti uang transportasi ada 124 responden atau 48 persen. Responden yang menjawab apapun alasannya, money politics tidak boleh ada 91 responden atau 36 persen.

Penanggung Jawab Survei Time Dr. M. Saekan Muchith, S.Ag, M.Pd menerangkan, hanya 36 persen masyarakat yang secara jelas menolak segala bentuk praktik politik uang. Selebihnya sekitar 64 persen proses menyatakan politik uang dianggap hal yang wajar.


Menurutnya, di tengah-tengah masyarakat terjadi penyimpangan. Di satu sisi bangsa Indonesia sedang giat-giatnya memberantas korupsi. Tetapi, disisi lain masyarakat memiliki persepsi politik uang itu sesuatu hal yang wajar. “Padahal, politik uang merupakan salah satu bentuk praktik korupsi yang harus dibersihkan tanpa pandang bulu,” paparnya. 


Setidaknya ada tiga faktor yang menyebabkan maraknya praktik politik uang. Yakni, faktor ekonomi belum stabil sehingga memberi peluang besar terjadinya praktik politik uang, faktor akademis, yaitu ketidaktahuan atau ketidakpahaman masyarakat terhadap manfaat pemilu bagi kehidupan sosial, dan faktor budaya tentang anggapan seseorang yang rajin memberi sesuatu materi dianggap orang yang baik dan sukses.  


Untuk itu, Yayasan Time memberikan rekomendasi kepada panwaslu agar melakukan langkah-langkah taktis dan strategis serta sinergis agar para peserta Pilkada atau Pemilu tidak memiliki ruang gerak melakukan praktik politik uang. Panwaslu bisa bersinergi dengan berbagai elemen masyarakat untuk menjalin kerja sama. Sehingga masyarakat memiliki kesadaran tinggi untuk melaporkan segala bentuk pelanggaran, khususnya politik uang.


Agar kinerja panwaslu optimal, dia menambahkan, tokoh agama dan masyarakat harus ikut aktif melakukan sosialisasi melalui forum pengajian, jamiyyah, dan pertemuan. Hal ini perlu dilakukan agar masyarakat benar-benar paham dan memiliki keberanian serta komitmen untuk menolak segala bentuk pelanggaran hukum yang berkaitan praktik politik uang dan lainnya.


“Kesuksesan pemilu tidak hanya di tangan para penyelenggara pemilu dan pemerintah. Peran serta masyarakat akan ikut menentukan sukses tidaknya Pilkada Serentak 2018 dan Pemilu Legislatif, serta Pemilihan Presiden 2019,” paparnya. 

https://www.jawapos.com/radarkudus/read/2018/03/19/58158/survei-time-praktik-politik-uang-dilarang-tapi-dianggap-wajar

---------------------

 sami'na wa atho'na ... saya dengar, saya taat ...



gaptex0209
gaptex0209 memberi reputasi
1
7.7K
102
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan