Terdapat spesies langka yang hanya hidup di Indonesia dan sebagian di Malaysia. Spesies ini juga merupakan salah satu kerabat paling dekat manusia, dengan kesamaan DNA yang mencapai 97%. Spesies tersebut tak lain tak bukan adalah orangutan, yang hanya hidup di Pulau Sumatera dan Pulau Kalimantan. Namun, manusia nampaknya tidak begitu bersahabat dengan spesies satu ini. Deforestasi, baik di Kalimantan maupun di Sumatera telah memperkecil habitat mereka, dan membahayakan eksistensi spesies mereka.

Sekitar bulan November tahun lalu(2017), tim ilmuwan mengumumkan spesies baru orangutan, yang dianggap unik dari spesies lainnya. Spesies tersebut adalah Orangutan Tapanuli, dengan nama ilmiah Pongo Tapanuliensis. Spesies ini ditemukan di ekosistem Batang Toru, Sumatera Utara. Mereka sebelumnya masih dianggap sebagai Orangutan Sumatera(Pongo Abelli). Namun, mereka terbukti berbeda secara genetik, morfologi, dan tingkah laku, mereka dianggap sebagai spesies yang berbeda. Diperkirakan, mereka memiliki morfologi, genom, dan tingkah laku yang berbeda karena telah terisolasi selama belasan ribu tahun dari populasi orangutan lain. 

Orangutan Tapanuli pertama kali ditemukan pada tahun 1997 ketika diadakan survei di daerah tersebut. Dalam 1 dekade setelahnya, Sumatran Orangutan Conservation Programme (SOCP) bersama dengan organisasi swasta lain, universitas-universitas, dan pemerintah Indonesia, memfokuskan untuk mempelajari lebih dalam mengenai populasi tersebut. Pada tahun 2006, sebuat stasiun penelitian didirikan di daerah tersebut untuk mempelajari genetik dan perilaku orangutan.

Pada 2013, ilmuwan mulai melihat hal yang ganjil ketika membandingkan tengkorang orangutan yang mati karena konflik alam liar. Ketika dibandingkan dengan orangutan dari populasi lain, Tengkorak dari populasi Batang Toru memiliki perbedaan karakteristik yang kasat mata. Penemuan ini memupuk inisiatif untuk melakukan penelitian terbesar orangutan liar. Hasilnya, data yang dikumpulkan secara gamblang mengidentidikasi adanya tiga garis keturunan yang berbeda diantara semua orangutan.

Penemuan spesies baru di abad ke 21 ini menyebabkan perhelatan. Namun juga menjadi panggilan untuk bertindak. Selayaknya orangutan lain, Orangutan Tapanuli sedang berada pada ancaman yang serius. Deforestasi yang dilakukan oleh manusia, pertambangan, rencana pembangunan pembangkit listrik tenaga air, serta pemburuan membuat mereka menghadapi bahya secara langsung. Saat ini, populasi Orangutan Tapanuli ini diperkirakan kurang dari 800 individu.

"Jika tidak segera dilakukan tindakan untuk mengurangi ancaman yang ada sekarang maupun di masa yang akan datang untuk melestarikan setiap sisa-sisa kecil hutan", kata para ilmuwan pada artikel yang mereka buat, "kita mungkin akan melihat penemuan dan kepunahan Kera Besar pada masa hidup kita."
WWF telah mengidentifikasi wilayah Batang Toru yang meliputi habutat Orangutan Tapanuli sebagai salah satu wilayah prioritas untuk konservasi spesies.
"Penemuan ini bukan hanya mendemonstrasikan seberapa tidak tahunya kita terhadap keanekaragaman hayati di planet kita, tapi juga menambah posisi genting spesies seperti Orangutan Tapanuli itu ada, karena rumah mereka di hutan semakin terancam dengan adanya alihfungsi lahan," kata Nilanga Jayasinghe, senior program officer for Asian Species, WWF. "Begitu genting untuk menunjukkan banyaknya ancaman kepada habitat mereka jika kita ingin menyelamatkan masa depan mereka."

Semoga aje kagak punah gan, supaya tidak mengganggu ekosistem, menjaga keanekaragaman hayati, dan masih bisa hidup damai bersama anak cucu kite nantinye ye...
(Johan Herdi Putra)