- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Perdagangan Indonesia Defisit 3 Bulan Berturut-turut, BPS: Tanda Bahaya


TS
mau.mau.lah
Perdagangan Indonesia Defisit 3 Bulan Berturut-turut, BPS: Tanda Bahaya
Quote:

JAKARTA, (PR).- Neraca perdagangan Indonesia bulan Februari 2018 kembali mengalami defisit dengan nilai 0,12 miliar dolar. Hal itu berarti neraca perdagangan Indonesia sudah mengalami defisit tiga bulan berturut-turut.
"Ini merupakan warning dan perlu perhatian bagi kita semua. Kita punya satu kali lagi di bulan Maret supaya Pertumbuhan Ekonomi kwartal I tidak tertatik ke bawah karena salah satu faktor pertumbuhan ekonomi adalah pertumbuhan ekspor dan impor,"ujar Kepala Badan Pusat Statistik Suhariyanto di Jakarta Kamis 15 Maret 2018.
Dia mengatakan, neraca perdagangan sektor nonmigas sebenarnya mengalami surplus 0,75 miliar dolar. Berdasarkan data BPS, ekspor nonmigas Februari 2018 mencapai 12,7 miliar dolar. Sementara impor nonmigas Februari 2018 mencapai 11,95 miliar dolar.
Meski demikian, surplus tersebut terkoreksi oleh defisit pada sektor nonmigas 0,87 miliar dolar. Berdasarkan catatan BPS, ekspor pada sektor nonmigas mencapai 1,39 juta dolar. Sementara impor sektor nonmigas mencapai 1,4 juta dolar.
Peningkatan impor migas tersebut dipicu naiknya impor minyak mentah sebesar 359,1 juta dolar atau 62,6 persen. Namun, impor hasil minyak dan gas menurun masing-masing 306,4 juta dolar (21,32 persen) dan 51,3 juta dolar (20,67 persen).
Nilai ekspor menurun
Nilai total ekspor Indonesia Februari 2018 mencapai 14,1 miliar dolar atau menurun 3,14 dibandingkan ekspor Januari 2017. Sementara dibandingkan Februari 2017, nilainya meningkat 11,76 persen.
Menurut Suhariyanto, penurunan ekspor dibandingkan bulan lalu terjadi pada sektor pertanian sebesar -8,81 persen, industri pengolahan - 3,89 persen, dan pertambangan lainnya -3,74 persen.
"Penurunan ekspor nonmigas sektor pertanian tersebut diantaranya adalah CPO. Meskipun demikian, penurunan terbesar ekspor nonmigas Februari 2018 terhadap Januari 2018 terjadi pada mesin/peralaran listrik senilai 86,6 juta dolar atau 12,04 persen. Komoditas lainnya yang mengalami penurunan adalah alas kaki, bahan bakar mineral, besi dan baja, serta pakaian jadi bukan rajutan," ujar dia.
Sementara itu, kenaikan impor terjadi di sektor konsumsi sebesar 1,36 persen dibandingkan bulan lalu. Meski demikian, terjadi penurunan impor di kelompok bahan baku atau penolong sebesar -7,7 persen serta Barang Modal sebesar -9,19 persen dibandingkan bulan lalu.
"Penurunan ini bisa jadi disebabkan pelaku usaha menahan diri untuk tidak membeli terkait fluktuasi rupiah,"ujar dia.
Suhariyanto mengatakan, impor konsumsi tersebut di antaranya adalah jeruk kino dari Pakistan dan juga beras. Hal itu terjadi menyusul kebijakan pemerintah yang memberikan ijin pada Bulog untuk melakukan impor beras pada Thailand dan Vietnam sebesar 500 ribu ton.
"Seperti diketahui sektor pertanian Thailand tumbuh luar bisa, kita harus belajar dari sana,"ujarnya.
Dia berharap, neraca perdagangan Indonesia bisa mengalami surplus bulan Maret 2018. "Saya optimistis bisa alami surplus bulan depan karena sejak tiga bulan lalu, defisit neraca perdagangan semakin mengecil," tuturnya.
http://www.pikiran-rakyat.com/ekonom...-bahaya-421308
0
2K
Kutip
30
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan