Publik sepakbola dikagetkan dengan sosok anak muda yang bertalenta, dialah pesepakbola belia asal SSB Ragunan, yang meraut asa hingga ke negeri seberang, yaitu benua biru eropa.



Egy Maulana Vikri, menjadi sorotan publik penggemar bola kaki di Indonesia. Dari mendapat penghargaan di Toulon, hingga akhirnya hijrah ke benua biru bersama KS Lechia di Polandia.



Egy, pun resmi dikontrak dengan durasi kontrak 3 tahun, namun adanya larangan kontrak pemain dibawah umur 18 tahun dari FIFA, sang bintang muda ini pun baru aktif kontraknya di bulan Juli. Namun Egy sendiri sudah diperkenalkan ke publik Lechia menjadi salah satu andalannya di sana, dengan nomor 10 sebagai bintang muda publik Lechia.



Walau publik Polandia sendiri meremehkan kemampuan Egy, namun netizen Indonesia menyanjungnya seakan ia sosok dewa bola pengganti Messi, maklum saja tidak adanya anak bangsa negeri ini yang bermain di liga utama kasta tertinggi di liga eropa, kecuali pemain keturunan alias blasteran. Membuat publik pecinta sepakbola terlihat norak, walau sempat dikabarkan ke klub eropa papan atas seperti Benfica, Warsawa, St Entienne bahkan Barcelona, kenapa Egy bersedia main di klub papan bawah liga utama Polandia. Bisa saja tahun depan Lechia terdegradasi ke kasta kedua !! Kenapa Egy mau ??



Selidik punya selidik, ternyata agent Egy menawarkan menit bermain di Lechia, dibandingkan bermain di klub papan atas ternyata hanya jadi penikmat bangku cadangan. Gaya bermain liga eropa tentunya berbeda, dan Lechia bisa saja menjadikan batu loncatan Egy di masa depan, semua perlu proses dan kedewasaan, tidak ada kesuksesan yang instant layaknya pesugihan. Mimpi anak negeripun sama, merangkak dari bawah dan menjadi bintang yang bersinar di masa depan.

Terlepas dari sosok Egy yang sudah pasti membela klub dari Polandia, sekarang kita lihat sedikit seperti apa klub Lechia itu.



Lechia sendiri merupakan klub Polandia yang bermain di Liga Ekstraklasa, kompetisi tertinggi dalam piramida sepakbola Polandia. Musim ini, untuk sementara klub tersebut duduk di posisi ke-12 dari total 16 kontestan atau berada di zona play-off degradasi. Bila kalah di play off kemungkinan tahun depan bermain di kasta kedua.



Klub ini berdiri pada 1945 ini mulanya bukan bernama Lechia melainkan adalah BOP Baltia Gdansk. Nama Lechia dipakai setahun kemudian. Disebut juga dengan KS Lechia Gdansk.



Gdansk sendiri adalah kota pelabuhan terbesar di Polandia. Kota ini diserahkan kepada Polandia setelah habisnya Perang Dunia II pada tahun 1945. Lechia sendiri cuma butuh waktu tiga tahun untuk bisa tampil di kompetisi tertinggi Polandia. Pada tahun 1948, klub yang bermarkas di Stadion Energa Gdansk ini promosi ke Ekstraklasa.

Namun di akhir musim Lechia gagal bertahan di Ekstraklasa. Klub dengan julukan Gdanskie Lwy itu menghuni dasar klasemen dengan mengumpulkan 11 poin hasil dari empat menang, tiga imbang, dan 15 kekalahan. Hingga akhirnya Lechia baru kembali lagi ke Ekstraklasa pada 1951 dan terdegradasi lagi pada 1953 selama satu musim. Pada musim 1956, Lechia finis ke-3 di Ekstraklasa Polandia, yang merupakan pencapaian terbesar dalam sejarah klub sejauh ini.



Di tahun inipun Lechia tertatih-tatih di dasar klasemen, walau ada pemain bintang disana yaitu Milos Krasic. Krasic merupakan winger Serbia yang gagal berkembang di Juventus dan Fenerbahce. Akan tetapi, tapi setelah bermain untuk di Lechia dia mendapat menit bermain yang lebih bagus, dengan mendapat posisi utama dengan tampil 59 kali sejak 2015/2016 di seluruh ajang kompetitif, tapi sayang kiprahnya tak membawa Lechia bernasib lebih baik.



Itulah sosok muda Indonesia, yang sudah menunjukkan kualitasnya, setidaknya apapun itu kita sebagai pecinta bola negeri ini harus terus mendukungnya.

Salam olahraga kawan, monggo seruupputt dolo...





Source

https://www.msn.com/id-id/olahraga/b...f6o?li=AAfukE3