Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

jihadijohnAvatar border
TS
jihadijohn
Curhat SPG Rokok: “Keperawananku hilang sejak tamat SMA”






jurnalsumut.com – Hari sudah mulai gelap dan dalam hitungan detik saja sudah memasuki pukul 18.00 WIB pada Sabtu (24/4/2016) lalu, namun Vega (nama samaran) seorang Sales Promotion Girl (SPG) sebuah merk rokok ternama yang wajahnya sangat familiar di Kota Pematangsiantar ini masih terlihat sibuk mencari calon pembeli yang ia tawarkan satu paket dengan pemantik apinya.

Sepertinya hari itu dia belum mencapai target penjualan, terlihat dari raut wajahnya yang tampak sedikit lesu dan tak bergairah.

Sambil berjalan lenggak-lenggok layaknya seorang supermodel yang sedang berada diatas catewalk. Potongan rok warna hitam lima belas sentimeter diatas lutut yang dikenakan membuat jantung para lelaki yang melihatnya langsung bergetar.

Ibarat lagu dangdut koplonya Hesty, semua pria yang melihatnya mendekat langsung ‘klepek-klepek’, apalagi saat itu dirinya menghampiri dengan mengenakan baju ketat hingga membentuk seperti benjolan kembar di tubuhnya.

“Bang, udah pernah coba rokok ini? Ini produk baru lho dari ****(sensor), ambil sebungkus ya bang, kalau sama mancis harganya Rp 18 ribu,” katanya sambil menyodorkan sebungkus rokok jenis mild dan sebuah pemantik api.

Seraya menyedot dan menyemburkan kepulan asap rokok, calon pelanggan mencoba menolak tawaran itu dengan halus. Seperti layaknya SPG lain, meskipun ditolak tetap saja sambil senyum-senyum genit dan bersuara agak halus, Vega tak mau beranjak dari hadapan calon pembelinya dan tetap berharap agar rokok yang ditawarkannya laku terjual.

“Ambil napa bang, Rp 18 ribu ajanya,” rayunya dengan nada super centil ketika merayu calon pembeli di sebuah warung kopi di Jalan Wahidin, tepatnya di kedai kopi Suzuki, Kota Pematangsiantar.

Sambil mengeluarkan uang dari kantong untuk membayar produk yang ditawarkan, Vega mengambil selembar formulir dan mulai bertanya soal identitas, katanya sebagai laporannya ke atasan nanti.

Bersamaan dengan itu, pembeli memberi selembar uang pecahan Rp 20 ribu, pembeli juga curi-curi kesempatan menanyakan nomor seluler dan tempat tinggalnya. Dayung bersambut, Vega memberikan nomor ponselnya sambil berbisik “Jangan kasih tau orang ya bang”.

Waktu sudah menunjukkan pukul 18.15 WIB dan Vega langsung beranjak dari tempat itu. Tempo setengah jam kemudian, pembeli mencoba menelpon nomor tersebut, namun tak aktif. Pembeli kemudian mengirimkan pesan singkat SMS kepadanya, dan dibalas sekitar 2 jam kemudian.

Singkatnya dalam percakapan melalui teks yang saling berbalas itu, Vega mengaku tak pernah pulang kerumah, selama ini dirinya selalu tidur di salah satu kos-kosan yang ada di Kota Pematangsiantar.

Kosan itu ia sewa sebesar Rp 750 ribu per bulan. Dia mengaku senang tinggal di kos dengan biaya sewa yang lumayan mahal itu karena dilengkapi fasilitas seperti televisi, kamar mandi, dan Air Conditioning (AC).

Lewat lobi-lobi yang lumayan alot, pembeli akhirnya pada Sabtu malam sekitar pukul 22.00 WIB diberi kesempatan untuk berkunjung di kos tempat dia merebahkan tubuh selama ini.

Setibanya di kosan yang berukuran 5 x 6 meter itu, pembeli disambut senyuman khas yang seketika membuat iman yang selama ini dipegang teguh seolah menjadi rontok seketika. Lutut sempat gemetaran tatkala tangan Vega menjulurkan tangan mengajak bersalaman.

Ditempat itu, Vega mengajak kru untuk mengikuti aktifitasnya di hari selanjutnya.

Ditengah asiknya mengobrol, tiba-tiba Vega menyodorkan sebotol minuman mengandung alkohol dan dua gelas kaca berukuran imut. Bersamaan, Vega langsung mengajak kru curhat. Tampaknya dia memang bukan orang yang suka malu-malu dihadapan orang. Selain cantik, mulutnya yang agak ’ember’ juga blak-blakan memberitakukan kepada pembeli tentang siapa dirinya yang sebenarnya.

Dari curhatannya itu, Vega mengaku mengenal minuman keras sejak pertama kali duduk di bangku kelas 2 Sekolah Menengah Atas (SMA). Waktu itu dia diajak teman-teman sekolahnya yang sebagian besar laki-laki untuk melakukan hal yang tak patut ditiru itu.

Memasuki kelas 3 SMA, minuman keras dan pergaulan bebas baginya sudah menjadi pemandangan yang biasa. Apalagi saat merayakan perpisahan sekolah, Vega dan teman-temannya memutuskan untuk mengadakan kemah di salah satu tempat wisata ternama di daerah Kaban Jahe, Sumatera Utara. Disitulah jiwa liarnya mulai lahir.

“Mau cewek atau cowok ya sama aja, semua sudah pada minum (minuman keras) dan merokok. Pas perpisahan sekolah gilanya nambah, udah pada mesum di kemah. Tapi waktu itu satupun diantara kami belum ada yang berani mengkonsumsi narkoba,” ujarnya.

Awal keinginan untuk menjadi seorang pemuas nafsu syahwat tumbuh saat Vega tergiur dengan salah satu temannya yang dengan mudahnya mendapatkan uang.

Hampir tiap dua bulan sekali temannya itu mengganti smartphone, bahkan diusia belia temannya sudah memiliki sepeda motor jenis matic yang harganya berkisar Rp 16 jutaan. Sejak saat itulah Vega mulai menerjunkan diri menjadi pramuria dan simpanan seorang pengusaha bandot.

Vega pernah sempat merasa menyesal saat pertama kali ditiduri pria yang bukan suaminya. Padahal menurutnya jika dirinya masih perawan, dia bisa mendapatkan uang lebih banyak lagi dengan menjual keperawanannya itu.

Namun apalacur, menurutnya nasi sudah menjadi bubur. Wanita berambut panjang itu pun tak mau mengingat lagi kapan keperawanannya hilang. Namun katanya, keperawanannya saat itu hilang bukan karena dibayar melainkan dirusak oleh mantan kekasihnya sendiri yang saat ini tak diketahui dimana tinggalnya.

Bukan hanya vega yang berprofesi sebagai SPG sekaligus simpanan bandot, ada lagi teman seprofesinya juga memiliki profesi sebagai pemuas nafsu. Sayangnya, wanita bertubuh sedikit semok ini merahasiakan identitas teman-temannya.

“Kalau pagi sampai sore aku jadi SPG bang, kadang sampai malam. Kalau bandotku lagi keluar kota aku menunggu panggilan (germo) untuk melayani (lelaki pemburu syahwat),” akunya.

Dari hasil ‘jualan’, dia mengatakan bahwa uang yang didapat tak pernah bisa terkumpul alias habis begitu saja. Uang yang diniatkannya untuk ditabung langsung habis buat bayar tagihan pulsa, biaya kos dan membayar utang kepada temannya. Hanya bersisa sedikit saja untuk bertahan hidup dan kuliahnya.

“Uang setan dimakan hantu lah bang, habis-habis gitu aja, gak ada terkumpul. Ya cukup-cukup buat kos sama makan,” katanya.

Ketika disinggung soal cara menalangi dana lain apabila uang yang didapat masih kurang, Vega mengaku menerima tiap laki-laki untuk membookingnya dengan tarif Rp 500 ribu short-time.

“Kalau tambahan sih ada aja bang, kadang ada yang ngajakin short-time, gopek (ribu Rupiah),” lanjutnya.

“Abang mau?” tantang wanita berdada montok ini. (js/lnt)

https://jurnalsumut.com/kisah/2017/05/07/curhat-spg-rokok-keperawananku-hilang-sejak-tamat-sma/





0
27.9K
49
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan