- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Share Cerita Fiksi dan Fantasi, Manusia dari Bumi yang Lain


TS
dodydrogba
Share Cerita Fiksi dan Fantasi, Manusia dari Bumi yang Lain

Kisah romansa, bercampur fantasi dan sci fi yang berseting di Jawa pada era 9 masehi. Zarkan yang merupakan prajurit dari planet Valda harus mendarat ke bumi karena mesin pesawatnya rusak. Tak disangka - sangka ia mendapatkan nasib sial yaitu menjadi tawanan kerajaan setempat. Di saat yang bersamaan entah kenapa ia juga jatuh hati dengan sang putri raja. Bagaimana kelanjutannya,baca langsung di sini!
Chapter:
- Bab 1 Jatuhnya Sebuha Benda Misterius
Bab 2
Bab 3 part 1
Bab 3 part 2
Bab 3 part 3
Spoiler for Bab 1 Jatuhnya sebuah Benda Misterius:
Suara ringkikan kuda itu benar - benar Cumiikkan telinga, sepertinya seseorang sedang terburu - buru menghindar dari kejaran yang tak terlihat. Kuda itu berhenti, disusul penunggangnya yang ternyata seorang wanita berparas cantik turun menjejakkan kakinya di bumi. Wanita itu menoleh ke kanan dan ke kiri lalu melangkah pelan menuju pohon besar di tepi sungai. Sambil duduk dan menyandarkan punggungnya di pohon, ia mulai memainkan sulingnya. Iramanya yang indah menggambarkan perasaanya yang sedang gundah gulana. Jangkrik, burung, tupai dan serangga lainnya mungkin akan tenggelam dalam kesedihan ketika mendengarnya. Sambil menatap langit yang gelap, ia berharap sebuah bintang jatuh turun ke bumi, mengabulkan keinginannya agar masalah hidupnya cepat terbenam. Namun di sisi lain sinar bulan beserta cahaya - cahaya bintangnya yang bersinar itu membuat suasana malam jauh lebih indah. Ditambah silirnya angin yang berhembus, membuat keadaan jauh lebih sejuk untuk sekedar bersantai.
Sementara itu di luar bumi tepatnya di luar angkasa sana, sebuah pesawat tempur dari planet kerajaan Valda melaju kencang setelah sebelumnya keluar dari lorong lubang cacing. Pesawat itu ternyata menghindari kejaran pesawat tempur dari planet Dracon, sebuah planet yang dikuasai kerajaan Dracon yang ingin menguasai beberapa planet lain dengan kejam dan otoriter. Pesawat tempur Valda itu meliuk - liuk dengan lincah, mengecoh serangan bertubi - tubi dari pesawat tenpur Dracon. Pesawat tempur Dracon pun tak pantang menyerah, tembakan demi tembakan terus diluncurkan. Berharap sang pesawat musuh tumbang lalu lenyap di angkasa. Tapi sepertinya itu hanya sia - sia saja, pesawat tempur Valda itu melakukan manuver tajam ke atas dengan cepat. Membuat pilot pesawat tempur draconian terkejut mendadak. Pesawat temput Valda itu seolah menghilang dengan begitu cepat. Namun uniknya radar menangkap pesawat itu masih berada di area itu.
Radarnya tiba - tiba mendeteksi serangan yang akan datang, namun sayangnya pilot pesawat Dracon itu sama sekali tak merasakan kehadiran musuh. Ia kembali memastikan layar radarnya itu berfungsi dengan baik. Dan tak disangka - sangka sebuah ledakan dari bawah pesawat menggetarkan pesawat Dracon itu dan merusak mesinnya.
"Hahaha, rasakan serangan dari bawah ini. Itulah akibatnya jika kamu tak waspada pilot Dracon yang bodoh!!" pilot pesawat Valda girang karena tembakannya berhasil mengenai pesawat tempur Dracon itu.
Walau berlagak sombong, pilot Valda itu tak menyadari bahwa pesawat tempur Dracon yang mengambang di luar angkasa masih bisa mengeluarkan satu tembakan lagi.
"Akhirnya, misi ini selesai juga," radar miliknya tiba - tiba menyampaikan pesan peringatan, "Bahaya, terdeteksi serangan musuh!! Bahaya, terdeteksi serangan musuh!!"
"Serangan musuh?? Bukannya sudah hhh..." sebuah tembakan berhasil mengenai bagian belakang pesawatnya.
"Sialann, masih hidup rupanya!! Aku harus ...," radar kembali memberi peringatan, "Bahaya, sebagian mesin tak berfungsi. Bersiap untuk mendarat di planet terdekat."
"Tidakk!! Kenapa harus terjadi sekarang sih?? Oke, berikan planet terdekat sekarang juga!!" perintah pilot itu.
"Baiklah, planet terdekat tak jauh dari sini ialah planet Terra. Apakah Anda ingin mendarat ke sana?" radar itu memberi saran.
"Iya, tentu saja. Aku butuh waktu buat memperbaiki pesawat ini," jawab pilot itu sambil menatap gambar bentuk planet Terra.
"Baiklah, bersiap untuk mendarat, kencangkan pengaman Anda, kita akan sampai beberapa meter lagi," pesawat itu dengan sisa - sisa tenaganya akhirnya meluncur menuju bumi.
Pesawat itu mulai menembus atmosfer bumi, terus bergerak ke bawah menuju pulau Jawa abad sembilan masehi. Pemandangan aneh nan indah itu menarik perhatian seseorang yang sedang memainkan alunan lagu. Ia pun terpaksa berhenti, menyempatkan waktu sempitnya memandangi momen yang ia harapkan muncul tersebut. Seseorang itu tak lain dan tak bukan adalah seorang wanita cantik yang bersender di sebuah pohon.
"Aku tak menyangka, dewa mendengar permintaan ku. Apakah mungkin dewa menunjukan kehadirannya melalui bintang jatuh itu? Entahlah, aku hanya berharap masalah yang menimpaku dan kerajaan ku segera selesai agar semakin tak merugikan semua rakyat," pinta wanita itu dalam hati.
Setelah diperhatikan lebih lama, ada yang janggal dari bintang jatuh itu. Semakin lama, jaraknya semakin mendekat ke arahnya. Sesaat ia menjadi panik, beranjak dari tempatnya lalu melarikan diri sambil berteriak kencang. Teriakan tersebut menarik perhatian orang - orang misterius lainnya yang berada di sekitar hutan tepi sungai itu. Mereka seperti mengintai gerak - gerik dari wanita cantik itu entah apa tujuannya. Mereka ternyata juga tertarik dengan benda misterius yang jatuh ke bumi itu. Di dalam benda itu sendiri, sesosok manusia yang berkulit sawo matang tengah mempersiapkan sesuatu sebelum pesawatnya jatuh ke bumi. Irama alarm yang keras saling bersahut - sahutan dari dalam kokpit, mengurangi konsentrasi sang pilot itu sendiri. Walau begitu ia tetap siaga sambil terus mengendalikan kemudi.
"Alvan, apa kamu sudah mempersiapkan semuanya?" pilot itu mengecek layar komputer di depannya.
"Proses analisa budaya, bahasa, geografis, teknologi, masih dalam proses," jawab AI dari planet Valda itu.
Artificial Intelegence Alvan merupakan sebuah sistem program pintar yang dibuat oleh kerajaan Valda yang terintegrasi ke semua perangkat keras teknologi canggih milik kerajaan tersebut. Berkat benda itu, beberapa prajurit kerajaan Valda bisa beradaptasi di sebuah planet yang berbeda karakteristiknya. Salah satu kemampuannya ialah dapat membuat penggunanya memahami dan berbicara bahasa asing yang tak ia ketahui sebelumnya. Kemampuan lainnya ialah bisa sebagai mekanisme pertahanan, medis dan lain sebagainya.
"Bumi semakin dekat, bersiaplah untuk kemungkinan terburuk," Alvan memperingatkan.
"Duuuurrrghhhhh" pesawat tempur itu akhirnya jatuh tepat di tepi sungai tersebut, hentakan kuatnya menimbulkan kawah besar di sekitarnya.
"Fuuuhhhh!!! Hampir saja aku kehilangan nyawa lagi," pilot itu merasa bersyukur.
"Teknologi Valda tak memungkinkan kamu untuk mati begitu saja, seragam yang kamu kenakan sangat kuat untuk menjagamu dari kemungkinan buruk lainnya," Alvan menjelaskan dengan penuh sarkasme.
"Oh iya, harusnya kamu tak perlu mengingatkan ku soal ini tadi," sindir pilot itu.
"Proses penyimpanan sudah selesai, gelang pintar ini sudah bisa kamu pakai tuan Zarkan," layar komputer di depannya tiba - tiba terbuka, lalu keluar sebuah gelang canggih yang terbuat dari besi.
"Baguslah, aku sudah merasa nyaman sekarang. Kalau boleh tahu, aku sedang berada di mana Alvan?" Zarkan penasaran.
"Kita sedang berada di planet Terra, namun penduduk lokal menyebutnya bumi. Tak jauh dari sini terdapat kerajaan besar yang bernama kerajaan Triwulan. Berbeda dengan planet Valda yang hanya ada satu kerajaan, planet ini mempunyai lebih dari satu kerajaan. Di pulau ini terdapat kerajaan lain, baik besar ataupun kecil. Dan uniknya udara di sini sama - sama berunsur oksigen, mirip dengan planet Valda," Alvan menjelaskan.
"Wow, benarkah, planet ini benar - benar menarik. Lalu butuh berapa lama buat kamu untuk memperbaiki pesawat ini?" Zarkan kembali bertanya.
"Nah itulah masalahnya?" jawab Alvan dengan gugup.
"Masalah?" Zarkan menggaruk kepalanya.
"Aku minta maaf Zarkan, tapi pesawat ini butuh lebih satu hari untuk memperbaiki perangkat lunaknya, sistemnya rusak ketika ditembak tadi, aku pun juga merasakan sedikit kerusakan di dalam sistem ku. Sedangkan untuk perangkat kerasnya, sepertinya kita tak punya pilihan lain yaitu mengirim pesan bantuan ke pangkalan terdekat. Peralatan yang ada tak cukup untuk memperbaiki pesawat ini, Revalda," Alvan menyarankan.
"Tidak ... tidak, ini benar - benar mimpi buruk buat ku. Sepertinya aku harus menunggu lama di planet asing ini," Zarkan merasa sedikit jengkel akan kondisinya.
"Jangan mengeluh Zarkan, prajurit Valda yang lain sudah pernah mengalami hal yang sama. Mereka berubah menjadi prajurit sangat tangguh setelahnya," Alvan menasehati.
"Iya - iya, cukup dengan basa - basi nasehat mu itu Alvan. Aku akan pergi keluar dari pesawat ini," bosan dengan ocehan Alvan yang bertubi - tubi, Zarkan mulai mengenakan gelang canggih itu.
"Tunggu apa kamu yakin ..." ketika Alvan ingin memastikan keadaan, Zarkan tiba - tiba membuka kap kokpit pilot yang terletak di bagian atas pesawat, "Dasar bocah sialan!"
Ia terdiam sejenak, merasakan kesejukan di dekat hutan belantara itu. Dari beberapa planet, baru planet ini yang membuatnya terkesan begitu cepat.
"Kamu benar Alvan, tempat ini benar - benar sejuk, gunungnya besar, pohonnya yang rimbun dan rindang membuat hutan menjadi semakin indah. Membuat ku menjadi rindu dengan planet asal ku," Zarkan menghirup udara malam sambil berdiri di punggung pesawat.
Selang beberapa detik, gelang Zarkan menyala. Alvan telah selesai melakukan proses pemindahan dari pesawat menuju gelang yang dikenakan oleh Zarkan itu.
"Sebaiknya kita tetap waspada, kita tak tahu apakah penduduk di sini baik atau buruk atau mungkin lebih parah yang kita duga?" Alvan mengingatkan.
Dan peringatan itu benar adanya, kedua manusia misterius yang ternyata pengawal rahasia kerajaan Triwulan mendatangi Zarkan dari dalam hutan dengan tatapan penuh amarah dan rasa curiga. Mereka berteriak dan berkata sesuatu, gelang Zarkan mulai melakukan alih bahasa untuk menyesuaikan keadaan sekitar.
"Alvan, siapa mereka itu?"
"Itu yang kuperingatkan tadi, sepertinya pengawal kerajaan."
"Benarkah? Mungkin kita bisa meminta bantuan kepada mereka?"
"Tapi kita tak tahu apakah mereka baik atau jahat, Zarkan."
"Aku harap mereka bisa diajak kerja sama."
Dua pengawal kerajaan dengan pakaian prajurit khas Jawa kuno itu berhenti di dekat benda asing itu. Setelah itu mereka mengeluarkan sebilah pedang sambil menunjuk ke arah Zarkan. Tak cukup sampai situ, mereka membentak Zarkan untuk turun dan menyerahkan diri kepada mereka.
"Hei kamu yang di sana, turun dan berlututlah!!" teriak salah satu pengawal itu.
"Ya, kamu mata - mata kerajaan lain bukan. Ikutilah perintah kami atau kami akan melakukan tindakan tegas kepada mu," pengawal lainnya ikut memperingatkan.
Zarkan yang baru saja turun ke bumi tentu tak mudah paham dengan maksud mereka. Maka ia pun mencoba menjelaskan dengan senyuman penuh keramahan agar tak dianggap sebagai pihak yang ingin cari perkara.
"Tenang kawan - kawan sekalian, sebelumnya saya perkenalkan diri saya dulu. Nama ku Zarkan, aku dari planet Valda dan aku datang ke sini dengan damai."
Pengawal itu bukannya luluh malah saling menatap satu sama lain dengan penuh curiga. Mereka malah semakin tak paham dengan apa yang dibicarakan pemuda asing dan aneh itu. Malah mereka mengira pria itu malah meremehkan kehadiran mereka itu.
"Hei, kamu jangan main - main ya!! Turunlah atau pedang ini akan menancap ke jantung mu," bentak salah satu pengawal itu.
Situasi yang malah semakin memanas itu semakin membuat Zarkan kebingungan. Maka ia pun meminta bantuan Alvan untuk mempersiapkan senjata khusus dari gelangnya itu untuk menghindari segala kemungkinan terburuk yang akan datang nantinya.
"Aku rasa mereka malah semakin marah ya."
"Tentu saja Zarkan, mereka mengira kamu bercanda, dan mungkin menuduh mu mata - mata kerajaan lain."
"Kalau begitu Alvan, bisakah kamu memasang mode senjata energi beam untuk saat ini?"
"Maaf Revalda, gelang ini ternyata tenaganya hampir habis, jadi tak bisa menggunakan senjata dengan daya kuat seperti itu."
"Hah??? Kenapa kamu baru kasih tahu sekarang?"
"Karena kamu tak bertanya, tapi untuk mode pengecoh sepertinya masih bisa."
"Mode pengecoh? Maksud mu kita kabur gitu?"
"Ya, tak ada cara lain selain cara itu."
Gelang milik Zarkan tiba - tiba mengeluarkan sinar biru terang benderang berukuran kecil yang menyilaukan mata. Dengan cepat helm tempur muncul menutupi mukanya dari arah leher belakang. Dua prajurit kerajaan itu kebingungan melihatnya. Beberapa detik kemudian sinar itu membesar lalu meluas, membuat pandangan para prajurit kabur hingga kepala pun menjadi pusing. Kelengahan prajurit itu dimanfaatkan dengan baik oleh Zarkan untuk melarikan diri ke dalam hutan.
Ia terus berlari kencang, helm tempurnya pun kembali tak digunakan.
"Alvan, apa yang kita lakukan setelah ini dan kita harus berlari ke mana?"
Berbeda seperti biasanya, Alvan kali ini tak menggubris pertanyaanya. Tentu hal ini membuat Zarkan menjadi kesal terutama di situasi seperti ini.
"Alvan, kamu dengar aku kan, Alvan!!!"
Ia menatap gelangnya, tampak sinar lingkaran mulai berwarna hijau. Pertanda Alvan sedang dalam mode tidur karena energi yang mulai habis.
"Bagus, di saat seperti ini malah dalam mode tidur! Apa boleh buat, aku harus bertahan hidup dengan insting ku untuk saat ini."
Walau ia berhasil melarikan diri, namun satu hal yang pasti ia masih belum beradaptasi dengan lingkungan bumi walau keadaan planetnya sedikit mirip. Maka ia pun mulai merasakan kelelahan, nafas menjadi terengah - engah, jantungnya mulai berdegup kencang. Ia capek sekaligus was - was terhadap keadaan yang ia hadapi. Sesekali menoleh ke belakang untuk mengawasi prajurit tadi, sayangnya hal tersebut malah membuatnya semakin lengah apalagi berlari di antara pepohonan yang rimbun di tengah gelapnya malam yang pekat. Tanpa disadari, sebuah pukulan gada besi menerjang kepalanya entah dari mana asalnya.
"Duuunnngggg!!!"
Ia jatuh tersungkur ke tanah, matanya mulai berkunang - kunang, rasanya dunia ini seperti berputar, tak lama kemudian bayangan gelap mulai menutupi keseluruhan pandangannya. Ia pun pingsan seketika di hutan tersebut, ditemani oleh Alvan yang sedang dalam mode tidur.
Diubah oleh dodydrogba 25-03-2018 06:00


anasabila memberi reputasi
1
3.1K
Kutip
17
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan