SEPENGGAL CERITA
(Ditanah Wanu Kai Sai)



Beberapa hari yang lalu saya pulang ke kampung halaman tepatnya kecamatan Kilmury Negeri/Desa Kilmury. Kurang lebih saya menghabiskan waktu hampir tiga minggu lebih. Transportasi satu-satunya adalah kendaraan laut (speatbot) atau biasa disebut bodyfiber ada juga katinting/bodykayu yang jelas hanya tranportasi laut.

Sampai disana banyak hal yang salah lakukan, dari silaturahmi dengan keluarga, bermain dengan anak-anak, bergaul dengan pemuda, bermain volly ball, ke hutan dan bergotong royong membersihkan tempat-tempat dianggap sakral/keramat.

Selain itu ada agenda yang sakral dan dipandang penting disetiap negeri berjuluk Ita Wotu Nusa (katanya ini soal nyawa dan marwah negeri kedepan) sebut saja pemasang tiang tasbeh tepatnya di negeri tetangga yakni Negeri Adm Selor dan banyak hal yang saya dapati dari prosesi ritualnya itu. Sungguh mengagumkan budaya dan adat yang masih terpelihara.

Ya, mungkin itu sedikit kronologi perjalanan dan saya batasi sampai disini soal jalan-jalannya.

Saya mau cerita soal Pendidikan disana !!!
Tak lama saya datang disana dan beberapa hari kemudian ada beberapa Mahasiswa KKN dari STAIS Seram Timur untuk melakukan tahapan perkuliahan yakni PKL Keguruan dengan jumlah delapan orang dan satu koordinator.



Kedatangan mereka sungguh membantu, kenapa ? Ya, sebab sekolah di kota kecamatan untuk SMA sangat kurang sekali walaupun SK Guru ada yang disana dan Guru PNS hanya saja wajah mereka tak tampak. Waktu itu hanya tiga guru di Sekolah SMA Negeri Kilmuri. Dan untung-untung melalui Koordinasi ada beberapa guru SMP yang membantu mengajar. Syukurlah


Kecamatan saja gitu, apalagi di desa-desanya !!! Miris

Tak lama kemudian, saya berdiskusi banyak dengan koordinator PKL/salah satu staf dosen di STAIS Seram Timur dan salah satu Guru SMA yakni Pak D. Rumodar. Dari diskusi itu saya mewakafkan diri menjadi relawan mengajar sekaligus menjadi pembimbing mereka di Kilmuri saat proses PKL.



- Kebiasaan Bangun Pagi.
Bangun pagi adalah kebiasaan dan mengejar adalah aktivitas keseharian disana. Disana hanya ada empat kelas kelas 1 (satu ruangan) kelas 2 (dua ruangan) dan kelas 3 (satu ruangan) muridnya berkisar hampir 90 (sembilan puluh orang) satu sekolah.
Murid yang kurang seperti ini disebabkan soal gedung sekolah dan tenaga guru yang kurang mendukung dan memandai sebab itulah angkah sepertilah muridnya sebab kepercayaan sedikit kepercayaan orang tua wali belum ada.

- Pemda (Dinas Pendidikan dan Ketegasan)
Melihat fenomena pendidikan diatas di Kecamatan Kilmuri yang saya alami selama disana sangat dipandang penting untuk memberikan teguran terhadap guru-guru yang tidak turun mengajar disana. Sebab ke sekolah saja mereka harus melewati pantau, menyebrang sungai seperti yang sudah viral di tvOne kemarin-kemarin, sangat berdosa kalau mereka pulang tanpa ilmu yang didapat di sekolah konvensional (SMA Negeri Kilmury).

Beberapa hari saya mengajar disana ternyata semangat mereka luar biasa, mau mendapatkan ilmu hanya saja kekurangan buku mengajar dan tenaga guru membuat mereka eleh-elehan dan merasa apatis dengan penting pendidikan itu sendiri.

Gimana, relawan pendidikan ?
Ngomong-ngomong soal aktivasi pendidikan yang krueenn di sapa relawan (volunteer) sesekali main dan belajar memberikan ilmu dalam waktu senggang untuk Kec. Kilmury masih banyak dusun-dusun yang anak-anak belum mencicipi bangku pendidikan. Maka Kilmury punya posisi tepat untuk itu.

Bersambung.

Doc : Bersama dua Guru SMP yang membantu di SMA, Mahasiswi PKL dan Proses saya berakvitas belajar mengajar.

Lokasi : Sekolah SMA Negeri Kilmury Kec. Kilmury.