- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Video Salawat Jokowi Tuai Polemik, Lima Pembuatnya Minta Maaf


TS
kalex46
Video Salawat Jokowi Tuai Polemik, Lima Pembuatnya Minta Maaf
[VIDEOCARD][/VIDEOCARD]Video Salawat Jokowi Tuai Polemik, Lima Pembuatnya Minta Maaf
SLAWI - Sebuah video berisi salawat yang menyebut-nyebut Presiden Joko Widodo (Jokowi) beredar luas dan menuai polemik di media sosial (medsos) dalam dua hari terakhir. Pembuat video akhirnya meminta maaf.
Pernyataan maaf tersebut disampaikan di Mapolres Tegal, Jumat (9/3). Sebelum menyampaikan permintaan maaf, lima orang yang terlibat pembuatan video dengan judul shalawat merah putih itu mengikuti pertemuan dengan sejumlah ulama, pengurus NU, Muhammadiyah, perwakilan Kementerian Agama, Majelis Ulama Indonesia (MUI), Kesbangpolinmas, serta Satpol PP, dengan difasilitasi oleh Polres Tegal.
“Kami memohon maaf sebesar-besarnya kepada masyarakat Kabupaten Tegal dan umumnya seluruh warga negara Indonesia pecinta shalawat," kata ustad Syarifudin, salah satu pembuat video saat membacakan pernyataan maaf.
Syarifudin mengaku dirinya dan empat orang lain yang turut terlibat dalam pembuatan video khilaf dan menyesali pembuatan video yang kemudian viral di dunia maya dan menimbulkan polemik di kalangan masyarakat Kabupaten Tegal.
"Kami khilaf dengan viralnya video salawat merah putih untuk Pak Presiden Jokowi dan kami tidak akan mengulangi dan menyebarkan hal tersebut lagi,” ujarnya.
Syarifudin juga mengakui salawat merah putih yang dilantunkan dalam video tidak seperti salawat yang selama ini lazim didengar oleh masyarakat Indonesia. Dalam salawat merah putih, terdapat penyebutan ayat Alquran lebih dulu, kemudian empat item yakni merah putih, NU, Banser, dan Presiden Joko Widodo dan diakhiri dengan salam kepada Nabi Muhammad SAW.
“Kalau masyarakat biasanya mendengar shallallahu‘ala Muhammad atau Allahumma sholli'ala sayyidina Muhammad saja, kami mencoba berkreasi dengan shallallahu'ala merah putih, shallallahu‘ala nahdhatul ulama, shallallahu‘ala banser, shallallahu‘ala Jokowi,” ujarnya.
Tanpa menyebut tempat yang menjadi lokasi pembuatan, Syarifudin mengungkapkan jika video salawat merah putih dibuat, Rabu (7/8) lalu. Selain dia, empat orang lain yang ikut terlibat dalam pembuatan yakni Habib Husein Bin Yahya, warga Slerok, Kota Tegal, Khaeru Sholeh, wara Kramat, Kabupaten Tegal, Gus Rif’an Afif, warga Kejambon, Kota Tegal, dan Gus Shofa, warga Semarang.
Menurut pria berambut panjang itu, pembuatan video shalawat merah putih dimaksudkan untuk menegur Padepokan Sawunggaling, Surabaya, yang membuat shalawat Pancasila dan videonya juga viral di dunia maya.
“Kelompok Padepokan Sawunggaling melakukan sholawatan sambil melakukan segala sesuatu yang berbau musrik. Kami tidak sepakat dengan itu. Kami buat hal baru yang mirip tapi beda,” ungkapnya.
Kapolres Tegal AKBP Heru Sutopo mengatakan, video shalawat merah putih yang dibuat ustad Syarifudin bersama empat orang rekannya menurut pandangan ulama lebih banyak mudharat dibanding manfaatnya serta bisa menimbulkan perpecahan di masyarakat.
Lihat Videonya di Instgram @radartegaloffical
"Sehingga kami mengambil langkah mengumpulkan pihak yang berkepentingan untuk membahas ini. Dalam kesempatan ini mereka bertabayun dan minta maaf," ujar Heru.
Menurut Heru, selain meminta maaf, ustad Syarifudin dan empat rekannya juga bersedia untuk menghapus video shalawat merah putih yang sudah diposting di medsos. "Mereka tidak akan mengulangi dan akan hapus postingannya," tutup Heru yang menyaksikan pertemuan bersama Dandim 0712/Tegal Letkol (Kav) Kristiyanto. (far/zul)
https://radartegal.com/berita-lokal/...nya.21955.html
SLAWI - Sebuah video berisi salawat yang menyebut-nyebut Presiden Joko Widodo (Jokowi) beredar luas dan menuai polemik di media sosial (medsos) dalam dua hari terakhir. Pembuat video akhirnya meminta maaf.
Pernyataan maaf tersebut disampaikan di Mapolres Tegal, Jumat (9/3). Sebelum menyampaikan permintaan maaf, lima orang yang terlibat pembuatan video dengan judul shalawat merah putih itu mengikuti pertemuan dengan sejumlah ulama, pengurus NU, Muhammadiyah, perwakilan Kementerian Agama, Majelis Ulama Indonesia (MUI), Kesbangpolinmas, serta Satpol PP, dengan difasilitasi oleh Polres Tegal.
“Kami memohon maaf sebesar-besarnya kepada masyarakat Kabupaten Tegal dan umumnya seluruh warga negara Indonesia pecinta shalawat," kata ustad Syarifudin, salah satu pembuat video saat membacakan pernyataan maaf.
Syarifudin mengaku dirinya dan empat orang lain yang turut terlibat dalam pembuatan video khilaf dan menyesali pembuatan video yang kemudian viral di dunia maya dan menimbulkan polemik di kalangan masyarakat Kabupaten Tegal.
"Kami khilaf dengan viralnya video salawat merah putih untuk Pak Presiden Jokowi dan kami tidak akan mengulangi dan menyebarkan hal tersebut lagi,” ujarnya.
Syarifudin juga mengakui salawat merah putih yang dilantunkan dalam video tidak seperti salawat yang selama ini lazim didengar oleh masyarakat Indonesia. Dalam salawat merah putih, terdapat penyebutan ayat Alquran lebih dulu, kemudian empat item yakni merah putih, NU, Banser, dan Presiden Joko Widodo dan diakhiri dengan salam kepada Nabi Muhammad SAW.
“Kalau masyarakat biasanya mendengar shallallahu‘ala Muhammad atau Allahumma sholli'ala sayyidina Muhammad saja, kami mencoba berkreasi dengan shallallahu'ala merah putih, shallallahu‘ala nahdhatul ulama, shallallahu‘ala banser, shallallahu‘ala Jokowi,” ujarnya.
Tanpa menyebut tempat yang menjadi lokasi pembuatan, Syarifudin mengungkapkan jika video salawat merah putih dibuat, Rabu (7/8) lalu. Selain dia, empat orang lain yang ikut terlibat dalam pembuatan yakni Habib Husein Bin Yahya, warga Slerok, Kota Tegal, Khaeru Sholeh, wara Kramat, Kabupaten Tegal, Gus Rif’an Afif, warga Kejambon, Kota Tegal, dan Gus Shofa, warga Semarang.
Menurut pria berambut panjang itu, pembuatan video shalawat merah putih dimaksudkan untuk menegur Padepokan Sawunggaling, Surabaya, yang membuat shalawat Pancasila dan videonya juga viral di dunia maya.
“Kelompok Padepokan Sawunggaling melakukan sholawatan sambil melakukan segala sesuatu yang berbau musrik. Kami tidak sepakat dengan itu. Kami buat hal baru yang mirip tapi beda,” ungkapnya.
Kapolres Tegal AKBP Heru Sutopo mengatakan, video shalawat merah putih yang dibuat ustad Syarifudin bersama empat orang rekannya menurut pandangan ulama lebih banyak mudharat dibanding manfaatnya serta bisa menimbulkan perpecahan di masyarakat.
Lihat Videonya di Instgram @radartegaloffical
"Sehingga kami mengambil langkah mengumpulkan pihak yang berkepentingan untuk membahas ini. Dalam kesempatan ini mereka bertabayun dan minta maaf," ujar Heru.
Menurut Heru, selain meminta maaf, ustad Syarifudin dan empat rekannya juga bersedia untuk menghapus video shalawat merah putih yang sudah diposting di medsos. "Mereka tidak akan mengulangi dan akan hapus postingannya," tutup Heru yang menyaksikan pertemuan bersama Dandim 0712/Tegal Letkol (Kav) Kristiyanto. (far/zul)
https://radartegal.com/berita-lokal/...nya.21955.html

Diubah oleh kalex46 11-03-2018 11:03


tien212700 memberi reputasi
1
8.5K
46


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan