Meskipun hanya dapat didengarkan melalui telinga, salah satu media penyiaran dari benda berukuran beragam yang mengeluarkan suara ini masih saja disenangi oleh para audiens. Radio namanya, sejak dulu memang sudah memberikan beragam informasi yang dibutuhkan oleh masyarakatnya. Hanya saja perbedaan pada misi dari tahun ke tahun dalam radio.

Dalam buku yang berjudul Menjadi Brodcaster Profesional yang ditulis oleh Masduki (2004), radio sejak tahun 1925-1940-an misi mereka adalah sebagai alat perjuangan antikolonialisme Belanda, Jepang, dan Sekutu. Pada tahun 1950-1960-an digunakan sebagai alat mobilisasi ideologi rezim otoriter Orde Lama dan Orde Baru. Pada tahun 1970-1980-an mulai berbeda, yaitu sebagai alat mobilisasi pembangunan, sarana berbisnis, serta hiburan. Sedangkan tahun 1990-an hingga sekarang ini, misinya ialah sebagai medium bisnis, hiburan, pencerahan publik, dan demokrasi.

Intinya radio pada zaman dahulu, masih tergolong radio analog karena menggunakan sistem frekuensi AM dan FM yang membutuhkan gelombang untuk menyalurkan sinyal. Sedangkan pada zaman sekarang menjadi radio digital, yang dimana tidak lagi menggunakan gelombang frekuensi namun menggunakan sinyal digital dengan kualitas sinyal yang lebih baik dan sangat mudah diakses. Meskipun berbeda, kedua tipe radio tersebut sama-sama membawa audiensnya untuk berimajinasi.

Dalam penyiaran radio, program hiburan juga sangat dibutuhkan dalam penyiaran agar pendengarnya juga merasakan sensasi yang berbeda dan mendapatkan keceriaan saat mendengarkan radio. Seiring berkembangnya zaman yang semakin maju dan teknologi berkembang kian pesat, radio menjadi berlomba-lomba mengubah atau membuat suatu program hiburan yang dikemas berbeda agar tetap disukai oleh para pendengarnya. Sebut saja seperti kos-kosan gayam, Desta & Gina in the Morning, dan lain sebagainya.

Program lain seperti kuis, berita kondisi lalu lintas, informasi kecelakaan, kemacetan, musik, dan lain sebagainya, semua disampaikan dalam bentuk suara tanpa adanya visualisasi seperti di televisi. Maka dari itu, radio menjadi media yang memiliki kekuatan terbesar jika menyangkut imajinasi. Menurut Phastika dalam artikelnya yang berjudul Di Balik Sandiwara Program Geronimo FM dimuat dalam Jurnal Komunikator Vol 8, No. 2 (2016), menyatakan, program-program yang menggerakkan imajinasi kita. Pikiran kita, kemauan kita adalah program yang penuh sugestivitas

Dalam radio, target setiap stasiun radio berbeda. Ada stasiun radio yang menargetkan orang tua, dan ada pula stasiun yang menargetkan usia remaja dan dewasa. Mayoritas stasiun radio menargetkan remaja dan dewasa, sehingga banyak stasiun radio jika kita mengganti saluran, kebanyakan isinya adalah lagu-lagu ter-update, sedangkan lagu-lagu lawas jarang sekali diputar.

Namun, semenjak hadirnya internet dan berkembangya internet saat ini, hampir semua remaja, orang dewasa serta beberapa orang tua mulai menggunakan internet. Dengan adanya internet mereka dimudahkan untuk mencari, mendengarkan, dan mendapatkan lagu yang mereka inginkan dengan mendownload. Hal tersebutlah yang membuat para stasiun radio tertantang untuk tetap menunjukkan eksistensi diri mereka dengan adanya hal tersebut. Persaingan antara stasiun radio dengan perkembangan zaman membuat stasiun radio kemudian memutuskan untuk memanfaatkan adanya internet yang canggih dan membuat radio streaming yang dapat didengarkan oleh siapapun tanpa perlu bersusah payah membawa benda berat dan besar seperti radio analog.

Hadirnya radio streaming atau radio digital saat ini, sangat memudahkan kita. Hanya bermodalkan kuota internet dan alat seperti handphone atau laptop, kita sudah dapat mendengarkan radio kesayangan kita untuk menemani hari-hari kita. Selain itu, radio streaming memiliki kualitas suara yang bagus dan jernih dibandingkan radio analog.