Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

kirania1996Avatar border
TS
kirania1996
(Cerbung, Twins Romance) Forbidden ~PROLOG~
Halo, salam kenal. Aku baru di sini. Mohon bantuannya ya emoticon-Smilie
Cerita ini sebenernya udah ku-post di Wattpad, tapi jujur aja aku masih merasa kurang kritikan. Jadi aku mencoba peruntungan di sini.
Langsung aja ya. Jangan lupa tinggalkan krisaran di akhir cerita. Check it out!

Recommended BGM (c) Manabu Miwa, Bruno Wen Li



Story Cover (c) ladyrainflower/kiraniaaarts

(Cerbung, Twins Romance) Forbidden ~PROLOG~


Blurb


18+ for Theme/Twincest/Slow romance/NO BLUE SCENE!

"Maaf ... karena sudah mencintaimu." Kata-kata getir itu adalah hal yang akan ia sesali selamanya. Mustahil baginya untuk kembali lagi. Tapi, Tuhan tak pernah tidur. Memberinya satu kesempatan lagi dengan menghapus ingatan orang yang paling ia cintai.


Kevin dan Kiran hidup damai di sebuah apartemen di Jakarta. Segala kebutuhan mereka tercukupi meski tak memiliki ayah. Sampai akhirnya mereka tahu kalau ibu mereka adalah seorang pramuria kelas atas. Tapi kekayaan tak selalu membawa kebahagiaan.

Sampai akhirnya ibu mereka terjangkit HIV dan ini menyebabkan Kiran dipaksa menggantikannya sebagai "utang budi". Tak ingin masa depan adiknya terancam, Kevin pun menggantikan posisi Kiran. Sebuah pekerjaan menjual mimpi yang mengantarkan Kevin pada mimpi buruknya sendiri.

Lalu kenangan masa lalu yang getir perlahan kembali setelah sekian lama memudar, memaksa mereka untuk menyadari kalau cinta saja takkan cukup untuk membuat keduanya bertahan. Dan hanya ada dua pilihan:

Antara keegoisan yang membuai atau kebijaksanaan yang menyakitkan.


FORBIDDEN
~PROLOG~

__________

Antara kejujuran yang menyakiti, atau kebohongan yang dapat melindungi, manakah yang akan kau pilih?

__________


Penyesalan memang selalu datang di akhir keputusan. Seandainya ia memiliki kekuatan untuk memutar waktu, maka ia bersumpah akan kembali ke masa sekian jam yang lalu. Menelan kembali kata-kata yang dengan impulsifnya lolos dari pangkal lidah. Membenahi hatinya, mengubur perasaannya dalam-dalam. Dengan begitu, ini takkan terjadi.

Pintu ICU tertutup rapat, dan ia hanya diperbolehkan menunggu di luar. Jam besuk sudah lewat semenjak kurang lebih lima jam lalu, tapi dia harus menetap. Karena dia harus ada di sisi orang itu hingga bisa dipastikan orang itu akan membuka mata dan kembali. Lalu akan tiba saat baginya untuk mengakui dosa yang telah ia lakukan. Mengatakan bahwa semua ini salahnya. Seharusnya ialah yang menanggung penderitaan yang justru menimpa orang itu.

"Maaf. Maafkan aku."

Bahkan kata-kata itu sudah berputar-putar dalam kepalanya semenjak ambulans membawa mereka ke rumah sakit, membuat kepala dan jantungnya serasa ingin meledak. Ia pantas merasakannya, malah seharusnya lebih parah lagi. Dosanya terlalu berat. Ia telah mengotori sebuah ikatan yang murni. Mengabaikannya bukanlah pilihan. Dan mau tidak mau ia harus membayarnya.

Sekali pun itu berarti harus dibenci oleh orang yang paling ia cintai, selain kemungkinan terburuk di mana ia bisa kehilangan orang itu selamanya.

Hari demi hari ia lewati dengan menguatkan diri dan bersiap kapan saja sosok itu kembali membuka mata. Waktu yang ia nantikan, sekaligus pula ia takuti. Karena hari itu akan menjadi detik penebusan dosa. Menghadapi perasaannya sekali lagi, yang telah berubah menjadi penyesalan juga janji untuk tak pernah mengulangi.

Jadi saat hari tersebut tiba, ia langsung menampar dirinya sendiri dalam hati. Mencoba menyingkirkan rasa takut yang menggerogoti dadanya, berkata kalau semua harus segera diperbaiki sebelum benar-benar terlambat. Ia harus bertanggungjawab. Sebelum mereka benar-benar hancur dan berantakan.

"Hei," sosok itu menyapanya serak begitu ia memasuki ruang opname tempatnya dipindahkan. Ia menatapnya nanar. Napasnya masih terengah, berpacu dengan waktu ketika mendengar kabar kalau dia telah sadar. Ia mendekat, matanya tampak basah hingga akhirnya air mata tak kuasa ia bendung.

Setelah apa yang ia lakukan, bagaimana mungkin senyuman hangat itu tetap menyambut kedatangannya dengan tulus?

"Sori, aku pasti membuatmu khawatir, ya?" tanyanya lemah. Sepertinya ia ingin menggerakkan tangannya tapi tidak bisa. Empat bulan ia terbaring koma, tentu saja seluruh otot dan persendiannya kaku. Banyak selang dan kabel peralatan medis menopang kehidupannya. Terlihat begitu lemah dan ringkih.

"Aku..."

"Rasanya kayak tidur sehari saja. Sekarang tanggal berapa?"

Tahu-tahu ia telah terjebak dalam sebuah percakapan yang terasa begitu kosong. Begitu hampa dan penuh rasa bersalah. Mungkin sosok itu ingin menghindarinya. Mengalihkan sebelum ia bisa mengatakan sesuatu tentang waktu itu. Detik-detik sebelum petaka ini terjadi. Karena itu sama sekali bukanlah kenangan indah yang patut disimpan.

Ia ingin memudarkan kenangan itu. Dan kalau bisa, melupakannya walau mustahil. Seandainya mampu ia lakukan bukan hanya kenangan itu saja, melainkan seluruh perasaannya pada sosok ini pun dapat menghilang tanpa jejak. Yang mana merupakan hal paling pertama yang tidak mungkin mampu ia lakukan.

"Kamu tahu, nggak... Entah mengapa aku merasa ada yang salah."

Tak pernah ia sangka, kalau Tuhan justru mengabulkan sebagian permintaannya.

"Sebelum kecelakaan itu, memangnya kita sedang apa? Jujur saja, aku sama sekali nggak ingat."

__________

Antara kejujuran yang menyakiti, atau kebohongan yang dapat melindungi, manakah yang akan kau pilih?

__________

Diubah oleh kirania1996 04-03-2018 05:57
anasabila
anasabila memberi reputasi
1
1.6K
7
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan